***
"Sarapan apa kamu hari ini?" tanya Fahri manja melalui sambungan aplikasi Zoom.
Dera tak perlu menjawab. Di depan laptopnya, ia menunjukkan roti dengan selai nanas yang dibuatnya saat matahari terbit. Sementara itu di negara asalnya, Fahri sedang sarapan bubur ayam kesukaannya yang tak jauh dari tempatnya bekerja. Hal seperti ini baru pertama kali dilakukan keduanya. Ternyata tak terlalu buruk. Dera bahkan bisa merasakan bahwa kekasihnya ini masih tetap terasa dekat.
Malamnya, baik Fahri atau Dera akan menelepon. Keduanya bercerita soal apa yang terjadi hari itu. Pekerjaan yang menumpuk dilengkapi omelan atasan, ketidaksangajaan melakukan hal konyol di depan umum, ataupun sekadar mengatakan rindu karena memang hanya itu satu-satunya yang terasa bagi mereka.
Pernah suatu ketika di anniversary mereka yang ke-2, Fahri ingin membuat momen yang tak terlupakan. Ia mengajak Dera untuk dinner meski secara virtual. Keduanya mengenakan pakaian formal yang sederhana. Dera dengan dress merah jambunya, sementara Fahri dengan kemeja biru dongker. Sama-sama berhadapan lewat laptop, keduanya menikmati hari ini dengan bahagia.
"Terima kasih sudah mau bertahan sampai sajauh ini," kata Dera menahan tangis.
"Terima kasih juga sudah ikut berjuang sampai di titik ini. I love you."
Maka, hari demi hari hingga berbulan lamanya mereka lewati dengan cukup baik. Meski ada konflik kecil yang sesekali hadir dalam kehidupan, baik Fahri dan Dera sama-sama bisa menyelesaikan dengan cara yang dewasa.
Seperti saat Dera sama sekali tak bisa dihubungi selama 12 jam. Fahri khawatir, bahkan sampai tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Ia pun tak memiliki kontak teman Dera di Kuala Lumpur. Hingga akhirnya di jam 10 malam waktu setempat, ada panggilan dari perempuan itu. Fahri mengangkatna tanpa pikir panjang.
"Kamu ke mana aja, sih? Tahu nggak aku khawatirnya kayak apa?"
"Maaf, kerjaan kali ini benar-benar banyak. Aku keliling kota, bahkan..."