Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Detektif - Rampok

6 Januari 2021   16:49 Diperbarui: 6 Januari 2021   19:22 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by thecinemacritic.wordpress.com

"Tubuh Tama besar, cukup untuk membunuh dua orang dewasa dan seorang remaja. Apa lagi yang kini kita ragukan?"

"Bukti, Jer," kataku memotong. "Hanya ada pisau tanpa sidik jari pelaku. Dan lagi, pistol yang digunakan saat membunuh anaknya belum ditemukan. Jika hanya sebatas spekulasi seperti itu, aku tidak yakin bisa membawanya ke meja hukum."

Saat kesenyapan membungkam kami berempat, aku mendapat panggilan dari psikolog yang berjaga di rumah sakit. Ternyata ini soal anak Prahadi. Laki-laki kelas 6 SD itu sudah bisa dimintai keterangan. Dan beberapa saat lalu ia mengatakan satu fakta penting soal pembunuhan keluarganya itu.

Ternyata, Prahadi lah yang menembak anak pertamanya.

***

Di ruangan tempat anak itu dirawat hanya ada aku, dia, juga psikolog yang beberapa hari terakhir menemaninya. Kata psikolognya, kondisi Beno sudah lebih tenang dan bisa diajak bicara. Dengan sangat hati-hati, aku menanyakan soal peristiwa itu. Apa yang terjadi, siapa pelaku yang kira-kira bersalah, hingga kenapa dia bisa ada di kamar mandi.

"Aku sengaja ke kamar kakak karena tidak bisa tidur. Di sana, Papa menembak Kakak di tempat. Suaranya sangat keras sampai telingaku sakit."

Beno terus memberi keterangan. Tentang dia yang teriak saat itu juga, juga tentang Prahadi yang berbalik arah menodongkan pistol pada dirinya. Aku tak tahu apa yang merasuki Prahadi saat itu. Tapi bisa saja ini berhubungan dengan perselingkuhan istrinya, lalu ia tak percaya bahwa mereka berdua bukanlah anak kandungnya.

Istri Prahadi menuju lantai dua. Ia berhasil menggagalkan aksi suaminya dengan menendang pergelangan tangan hingga pistol terjatuh. Ya, aku sempat mendengar bahwa istrinya ini memang atlet karate.

"Di lantai satu Mama dan Papa bertengkar hebat. Aku bersembunyi sejauh mungkin dari mereka, apalagi melihat Papa yang terus mengincarku."

Sampai akhirnya istri Prahadi menyelamatkan anaknya. Ia membawa Beno ke kamar mandi dekat gudang untuk bersembunyi di sana sampai bantuan datang. Selanjutnya, anaknya itu mendengar jeritan dan barang pecah belah yang terdengar dari balik pintu kamar mandi. Ia tak bisa berbuat banyak selain menangis dan berdoa semoga Ibunya baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun