Baca cerita sebelumnya di sini
Jakarta, Desember 2017
Hai, Teresa. Ini aku, Adian. Mungkin kamu bingung kenapa aku membuat video ini dan mengirimnya lewat email. Hal ini aku lakukan agar kamu bisa melihat aku, tapi tidak sebaliknya. Aku tidak tahu kamu sedang apa atau sedang menggunakan pakaian apa sekarang. Tapi kamu bisa melihat aku sedang duduk di kamar, mengenakan kemeja putih polos hadiah ulang tahun yang kamu beri sebulan lalu.
Mungkin aku hanya seorang pengecut. Aku egois karena hanya ingin didengarkan tanpa ingin mendengar jawaban kamu. Karena sesungguhnya yang aku butuhkan adalah membuat kamu paham. Itu saja.
Kita saling kenal cukup lama, karena saat kuliah 7 tahun lalu kamu sempat dekat dengan teman sekelasku. Aku juga tahu pada akhirnya kalian sempat memiliki hubungan khusus. Namun karena satu dan lain hal, kamu dan Nata memutuskan untuk menjadi teman saja dan tidak bisa seperti dulu lagi.
Aku paham kesedihan kalian saat itu. Aku juga jadi saksi bagaimana rapuhnya Nata ketika harus melepas kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun.
Tak lama setelah lulus, ternyata kita bekerja di tempat yang sama. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja, aku tahu. Tapi melalui hal-hal sederhana itu membuat aku berpikir bahwa ada tujuan lain kenapa Tuhan mempertemukan kita seperti sekarang ini.
Ter, aku udah jatuh cinta pada seseorang yang sekarang sedang menonton video ini. Ini memang gila, bahkan sangat gila karena aku tidak memiliki keberanian untuk bicara langsung. Semuanya konyol. Aku pun tidak akan tersinggung jika kamu sampai menertawakan ini, sungguh.
Tapi sebelum kamu benar-benar tertawa, izinkan aku untuk bilang bahwa...
Aku mencintai kamu dan ingin membawa hubungan ini ke tahap yang lebih serius.
Teresa, apa kamu bersedia menjadi pendamping hidup aku? Untuk yang pertama, juga yang terakhir.