***
Jakarta, September 2018
Dear Teresa,
Bagaimana rasanya berada di Surga? Apa kamu sudah bertemu dengan Permata, anak perempuanku yang pergi duluan ke sana setengah jam setelah ia lahir? Aku pikir Tuhan cukup mengambil anakku saat itu. Tapi kini, aku mendengar kabar dari Adian bahwa kamu telah berpulang.
Kejadian di tol kota Jakarta membuat mobil yang kalian tumpangi tertabrak truk dari arah belakang. Dari keterangan suamimu itu, empat dari lima orang yang ada di mobil terluka parah dan langsung di bawa ke rumah sakit. Sayang, nyawamu tidak tertolong.
Begitu Adian menghubungiku dan menceritakan semua kejadiannya, badanku seketika lemas, air mata mengalir dari wajahku yang kaku tanpa ekspresi. Klarisa sempat menenangkanku yang tidak bisa mengontrol diri. Bayangkan saja, aku kehilangan dua orang dalam waktu yang begitu singkat.
Maka, aku menulis surat ini begitu sampai di Jakarta, tempat kamu lahir dan tempat kamu beristirahat untuk selamanya. Tadi aku sekalian membeli sebuket bunga matahari, bunga favoritmu yang selalu membuatmu histeris ketika aku memberinya. Rencananya aku akan menyelipkan surat ini di buket bunga dan menyimpannya di tempat peristirahatanmu.
Aku harap, bunga ini bisa sampai ke Surga, dengan harap mengembalikan senyummu yang lama tak kulihat.
Teresa, jaga anakku di sana, ya.
Salam kehilangan,
Nata