"Makasih ya, Julian, kamu udah bikin aku tersenyum hari ini," katanya menatap mataku, dengan senyuman yang lagi-lagi menghipnotis diri ini.
***
Clara Anastasya & Jonathan Mathew
Gadis di rumah sakit itu mengirim undangan pernikahannya tiga puluh menit lalu ke rumahku. Akhirnya setelah calon suami Clara sadar dari komanya, hubungan mereka berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Aku senang, dan tentunya harus datang ke pernikahan mereka.
Kebetulan saat itu ada Dion di sini. Aku dan dia memang sama-sama terkejut, tapi aku mencoba untuk lebih rileks.
"Aku percaya kamu akan baik-baik aja, Je. Lagipula, kamu belum suka sama dia, kan?" tanyanya memastikan.
"Belum, kok. Butuh waktu yang lebih lama untuk aku menyukai seorang perempuan. Bukan dengan waktu sesingkat itu."
"Good. Itu artinya, hati kamu nggak akan patah untuk yang kesekian kalinya."
"How do you know about my broken heart?"
"Jangan remehkan seorang sahabat, Je. Aku tahu di kondisi apa kamu akan patah hati, begitu pula dengan probabilitasnya."
Dan memang benar, justru sahabat lah yang lebih tahu mengenai peluang patah hati ini dan akan membantuku di saat-saat terburuk dalam hidup. Lalu, apa yang harus kukhawatirkan mengenai ini?