"Listen to me. How do you know about my broken heart probability? We have known each other for thirty minutes. Thirty-minutes. You... only know my self from cover, not inside."
Dia tersenyum simpul memandangku, nyaris tertawa. Dan... senyumannya sungguh indah. Aku hampir terhipnotis.
"Maaf kalau aku sok tahu."
"Nggak apa-apa, kok. Aku suka sama senyuman kamu..."
Apa? Apa yang tadi kukatakan? Aku benar-benar kehilangan konsentrasi barusan. SIAL!
"Maksud aku... aku suka sama perempuan yang sok tahu kayak kamu. Itu berarti aku suka sama kamu."
Perempuan ini langsung tertawa terbahak-bahak, memegang perutnya untuk menahan rasa sakit karena tertawa.
"Maaf, aku nggak pernah segugup itu sebelumnya," kataku malu menatap ke bawah balkon.
"Nggak apa-apa, kok. Aku suka sama laki-laki yang lucu... kayak kamu, misalnya."
Dan malam itu, kami berdua menghabiskan sepanjang malam dengan penuh tawa dan bahagia. Hanya ada suka, tanpa duka. Tentang tunangannya yang koma pasti masih menganggu di pikirannya. Tapi, bukankah kita tidak boleh terus berputar di kesedihan yang sama? Sesekali mencoba bangkit tidak ada salahnya, bukan?
Tanpa sengaja, di bawah kemilau bintang dan lampu-lampu bangunan di kota ini, mengenakan pakaian khusus pasien, telapak tangannya menyentuh tanganku. Aliran darah langsung mengalir lebih deras. Jantung pun berdetak lebih kencang. Semoga jantungku tetap baik-baik saja.