Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suatu Waktu di Jakarta

17 Desember 2024   21:27 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:27 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut lain kota, nenek tumbang di tanah,
dua kali pingsan bulan ini.
"Itu cuma panas matahari," katanya.
Keringatnya menetes ke tanah keras,
ia bangkit lagi, tangannya menyeka wajah,
mengikuti bayangan tubuhnya yang memanjang.
Bayangan itu, satu-satunya yang bisa dia punya,
berjalan lurus ke ladang tak kasat mata.
Rumah beratap seng menunggu,
di dalamnya anak tiga tahun mengunyah debu.

Jakarta, pagi yang tak tahu malu,
menyembunyikan lapar di balik suara
gerinda besi dan mesin mobil tua.
Bapakku berdiri lagi, mengepal,
mencium sisa roti di ujung bibir.
Di lorong sempit, anak-anak menghilang,
hanya bayangannya yang ditinggalkan:
tipis, panjang, patah-patah,
seperti nama yang tak pernah sempat
disebut lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun