Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi Datang Lagi

5 Desember 2024   12:01 Diperbarui: 5 Desember 2024   12:08 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Cahaya Matahari Pagi. Sumber: Freepik/Wirestock

1.

Bangun, katanya, suaranya menusuk seperti trompet patah.

Cahaya merayap di tembok bata, menghancurkan sisa mimpi.

Langit adalah kanvas yang dicoret-coret tangan asing,

matahari memburu bulan, seperti pencuri dalam film noir.

Aku melihatmu di sela bayangan,

wajahmu seperti gema yang tak pernah hilang.

2.

Kita adalah debu di kaca jendela,

cahaya membentuk pola membentuk pola yang hanya kita mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun