Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bangku Kayu

23 November 2024   17:28 Diperbarui: 23 November 2024   20:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bangku Kayu. (Sumber: Pexels/Lana Kravchencko)

1

Ayah bicara soal Tuhan dan lubang-lubang

yang tak pernah penuh,

kata-kata memanjang seperti bayang-bayang sore,

menggapai ketinggian yang tidak terlihat.

Aku duduk di sini, mendengar gelap

menyebut namanya sendiri.

2

Kesendirian punya suara,

seperti desahan air dalam,

atau dengung pohon di hutan

yang lupa siapa mereka sebelum malam datang.

Aku takut pada lorong-lorong ini,

bukan karena gelap,

tapi karena aku tahu: aku bagian darinya.

3

Malam menyulam mimpi buruk,

langitnya berlapis keheningan

yang berat seperti kain basah.

Tapi bukan malam yang menakutkan,

melainkan bayangan yang menolak

mengingat cahayanya sendiri.

Apa itu gelap, jika bukan sesuatu yang lemah?

4

Aku berpikir, kita hanyalah suku-suku kecil

yang berjalan di garis tipis

antara kehampaan dan keinginan.

Matahari sore menjadi getaran,

perlahan tenggelam dalam warisan leluhur

yang lupa nama kita. Namun, pikiranku mulai jernih:

kita adalah mereka yang lupa melambat.

5

Musim panas ini, aku melihat keinginan

menjadi wajah yang pudar di cermin.

Aku bisa menyerah padanya,

membiarkan bentuk-bentuk itu

tumbuh sebesar dunia, tapi siapa

yang akan tetap tinggal di bangku kayu ini?

Siapa yang akan duduk, dan belajar

mendengar gelap tanpa perlu melawannya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun