Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelajaran dari Kakek

21 November 2024   12:05 Diperbarui: 21 November 2024   12:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.  

Di tengah pagi yang berembun,

ia berdiri dengan senapan tua,

matanya seperti matahari terbit;

tajam, penuh janji.

Seekor burung puyuh melesat,

sayapnya membelah udara dingin,

dan dengan satu tembakan,

ia menjatuhkan keangkuhan alam.  

2.

"Lihat, ini bukan soal membunuh," katanya,  

"tapi soal memahami;

burung itu tahu kapan harus terbang,

dan aku tahu kapan harus menembak."  

Tangan tuanya, kasar seperti kulit kayu,

mengangkat burung kecil itu,

seperti memegang rahasia dunia.  

3.

Aku bersembunyi di semak belukar,

mengumpulkan kelinci-kelinci liar

yang gemetar seperti aku.

Di kejauhan, kudengar napas kuda Gadingmas,

ritmenya seperti detak waktu.

Kakek menungganginya dengan anggun,  

menari di pelana seperti badai kecil.  

4.

"Jangan pikir kakek cuma tua," katanya,  

"dalam darahku, ada jejak serigala."

Ia melompat dari pelana,

senapan di tangan,

mata tertutup, namun pelurunya

menemukan sasaran seolah dituntun takdir.

Aku hanya bisa menganga.  

5.

Di bawah bayang-bayang pohon tua,

aku bertanya apa maksud semua ini.

Kakek tertawa, suaranya seperti angin.

"Pelajaran bukan soal jawaban,

tapi keberanian menghadapi dunia."

Ia melesat pergi, meninggalkan jejak  

yang bergetar di tanah;

sebuah legenda yang tetap hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun