Padahal aku pun belum tahu, bayi itu berjenis kelamin perempuan ataukah laki-laki. “Astaga, kok keceplosan!” tegurku dalam hati.
Tak ada yang menggubrisku, aku pun memutuskan untuk berbalik arah. Meninggalkan mereka dan mengerjakan pekerjaanku seperti tadi. Menikmati dunia maya.
***
Kedatanganku ke sini bukan tanpa alasan. Pengadilan bagaikan kantor keduaku. Semua persidangan harus kuikuti, untuk kutulis dan kuberitakan. Seperti halnya hari ini, di hari rabu yang agenda sidangnya mengular tak berkesudahan hingga petang.
Matahari sudah berada di atas kepala. Aku sudah mengantongi tiga berita. Kuputuskan untuk berjalan menuju kantin, di gedung sebelah. Saat itu rute yang kulalui melintas di ruang tahanan pengadilan.
“Eh itu Marni lagi, dengan anaknya,” gumamku sembari sontak mengeluarkan kamera dari saku tas.
Jepret!
Berhasil kuabadikan, ia tengah menimang anaknya.
***
Di sela-sela kesibukan pengadilan, aku mencoba mendekati ruang tahanan. Membujuk penjaga agar aku bisa mengobrol santai dengan Marni. Ini karena rasa penasaran yang hampir membuncah.
“Boleh gak yaaa..?” goda penjaga iseng.