Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Cara AC Monza Mengadopsi Masa Lalu AC Milan

6 Desember 2020   22:34 Diperbarui: 7 Desember 2020   02:06 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga tahun pasca menjual AC Milan, Eks Perdana Menteri Italia dan pemilik lama AC Milan, Silvio Berlusconi, berhasrat untuk segera kembali ke Seri A bersama AC Monza. Manuver itu kian realistis selepas pada Juni 2020 silam, pandemi membuat kompetisi Seri C dipersingkat dan AC Monza mengamankan tiket promosi pertama mereka ke Seri B dalam sejarah klub.

Gelar Seri C merupakan bukti betapa mimpi Berlusconi untuk kembali menggapai Seri A bukan semata bunga tidur, sebabnya AC Monza cukup mendominasi Seri C sebagai juara grup A dengan margin 16 poin dengan tim-tim di bawahnya. Berlusconi tak sendirian merajut mimpi di kota yang identik dengan sirkuit Formula 1 nya itu.

Ia mengajak beberapa koleganya yang juga sempat menangani AC Milan, seperti tangan kanan Adriano Galliani. Kebetulan Galliani lahir dan memulai karir di manajerial sepak bola nya di Monza pada tahun 1984. Sebelum kemudian, dua tahun berselang Berlusconi melihat potensi untuk membangun AC Milan yang nyaris bangkrut bersama pria berkepala pelontos tersebut.

Kini, Berlusconi meyakini bila direktur olahraga paling cerdas yang pernah dimiliki Milan itu masih punya mimpi yang sama untuk kembali ke Seri A.

Seperti diketahui bersama, di masanya Galliani dikenal sebagai ahli transfer gratis, dimana nama tenar seperti Rivaldo, Marcos Cafu, David Beckham, Alex, dan Ronaldinho berhasil diboyong ke San Siro tanpa pesangon sepeser pun.

Keduanya meninggalkan sejarah, dibalik gundukan trofi yang tersimpan di Casa Milan (museum AC Milan, read) yang mana 29 diantaranya dihasilkan pada periode Berlusconi dan Galliani bersama.

Tak heran bila kini, Galliani kembali mengamini mimpi-mimpi Berlusconi saat berbicara anggaran tim yang hendak Ia gunakan sebaik-baiknya demi mencapai tiket promosi ke Seri A dalam waktu dekat.

"Tujuannya sekarang adalah membangun tim top, kami sudah mulai berbicara tentang transfer. Anggaran kami akan digunakan untuk pergi ke Seri A, kami tidak akan menjadi gila tetapi kami akan melakukan apa yang diperlukan," ujarnya pasca AC Monza promosi ke Seri B Juni silam. Seperti dikutip dari Sky Sports.

Sejauh ini setidaknya Galliani tidak kehilangan tajinya saat merekrut pemain. Eks pemain timnas Italia Gabriel Paletta, penjaga gawang Genoa Eugenio Lamanna, bek Leeds United Giuseppe Bellusci, dan kapten Chievo Nicola Rigoni diikat secara gratis tahun lalu.

Akankah AC Monza Menjadi Milan Ketiga di Seri A?

Galliani tak sendirian, eks pemain dan eks pelatih AC Milan, Christian Brocchi juga menjadi bagian dari proyek baru Berlusconi di Monza. Tak cuma di jajaran manajerial dan staff pelatih, Berlusconi juga menghimpun beberapa eks pemain AC Milan di klub barunya, diantaranya Kevin Prince Boateng, Gabriel Paletta, Marco Fossati, dan yang teranyar Mario Balotelli.

Sebetulnya manuver keduanya dalam mereplika kesuksesan bersama AC Milan mudah dibaca saat mengganti nama klub dari SS Monza ke AC Monza beberapa saat pasca keduanya berinvestasi di klub tersebut pada tahun 2018 silam. Bahkan rasa AC Milan kian pekat sebab Berlusconi pernah merayu pelatih revolusioner milik AC Milan tahun 90-an, Arrigo Sacchi.

CalcioMercato.com
CalcioMercato.com

Seperti yang diutarakan Galliani di awal, rencana anggaran AC Monza akan digunakan seperlunya. Sejurus dengan keinginan Berlusconi yang tak mau terlalu jor-joran mendatangkan pemain label bintang atau pelatih kawakan, Ia punya visi memberdayakan pemain muda potensial Italia demi mencapai tujuannya ke Seri A.

Milan dan San Siro memang punya sejarah penting bagi Berlusconi dan Galliani, tak heran bila banyak kalangan menyebut bahwa Monza akan menjadi klub ketiga Milan bila berhasil promosi ke Seri A dibelakang AC Milan dan Inter Milan tentunya.

"Itu pujian yang bisa memberi saya kesenangan, tapi Monza bukan tim ketiga Milan. Itu adalah tim kota Monza, provinsi Brianza dan 900.000 penduduknya. Monza berbeda dengan Milan, Ia punya identitas yang jelas," pekiknya. Seperti dinukil dari Il Cittadino.

Meski begitu, setiap langkah politis Galliani dan Berlusconi saat membuat keputusan untuk AC Monza sulit dipisahkan dengan politisasi kala keduanya menukangi Milan. Sekalipun Berlusconi menolak me-Milan-kan Monza, namun relasi, sejarah, dan masa lalu sulit disembunyikan.

Berkat AC Milan pula lah, Berlusconi dapat menguasai lanskap sepak bola Italia bahkan dunia. Eks PM Italia itu tak hanya dikenal ulung dalam hal berpolitik, bersama Galliani di Milan Ia mendapatkan masa keemasannya di industri sepak bola.

Dengan penguasaan lanskap politik dan sepak bola yang luas, bukan tak mungkin keduanya bisa menjadikan AC Monza sebagai tools untuk mereplika golden era yang pernah dimiliki AC Milan. Sangat mungkin.

Kesempatan Kedua bagi Mario Balotelli

Mario Balotelli sempat bermain untuk AC Milan dalam dua periode berbeda, pada pertengahan musim 2012/13 Ia tiba di Milanello (baca: tempat berlatih AC Milan), dalam 13 laga Ia menyumbang 12 gol dimana itu merupakan rasio gol terbaik yang pernah Ia ukir. Selanjutnya musim 2013/14 Super Mario menghimpun 14 gol dari 30 partai liga.

Pada musim 2014/15 Balotelli dilego ke Anfield dengan mahar 16 juta poundsterling dan Ia mengalami musim yang buruk dengan hanya mencetak sebiji gol dalam 16 penampilan di Liga Inggris. Balo pun dipulangkan ke Milan dengan status pinjaman.

Pada periode keduanya di Milan musim 2015/16, Balo bermain 20 kali dan hanya mencatatkan sebiji gol saja. Saat itu, Berlusconi dan Galliani masih berada dibalik layar AC Milan dan memutuskan untuk tidak mempermanenkan sang pemain.

Bila merujuk pada statistik periode pertama bersama Milan, sebenarnya catatan tersebut tak buruk-buruk amat bagi seorang penyerang lokal Italia, namun attitude menguapkan potensinya yang besar.

Pada akhirnya sikap semaunya sendiri membikin pelatih dan petinggi AC Milan muak, salah satu buktinya saat beredar video Balotelli malas-malasan di sesi latihan. Belum lagi jumlah kartu yang Ia dapat, 20 kartu kuning dan satu kartu merah, cukup tinggi dan menarasikan agresifitas yang negatif bagi seorang pemain depan.

"Saya memberinya kesempatan untuk berbicara dan mengatakan kepadanya bahwa ini benar-benar yang terakhir, benar-benar kesempatan terakhir untuknya. Saya sangat mencintai Balotelli, dia adalah pemain dengan kualitas teknis dan fisik yang memungkinkan dia melakukan lebih banyak hal dalam karirnya," ucap Galliani. Seperti dinukil dari Football Italia.

Pasca didepak oleh Brescia, Balotelli sontak tak memiliki klub. Tak banyak pula klub yang ingin meminangnya selain Vasco de Gama dari Brasil dan AC Monza sendiri. Namun Monza lewat sang CEO, memiliki misi yang mulia untuk penyerang berdarah Ghana itu. Ia berharap eks penyerang timnas Italia itu menjadi pribadi yang lebih baik di dalam maupun luar lapangan.

"Presiden sangat antusias, dia memberi saya izin untuk merekrutnya, dan saya menyerahkan telepon kepadanya untuk berbicara. Dia menerima gaji yang lebih rendah dengan beberapa variabel yang didasarkan pada kinerja, penampilan, dan promosi ke Seri A," pungkasnya.

Keberadaan Super Mario kian menegaskan betapa Monza ingin mereplika sejarah dan masa lalu AC Milan. Namun di usianya yang tak lagi muda, 30 tahun, bisakah Balotelli merubah sikap dan membantu mimpi-mimpi para eks petinggi Milan untuk kembali ke San Siro sebagai lawan?

Pada 6 September 2020, separuh mimpi itu telah terwujud lewat laga persahabatan yang mempertemukan AC Milan vs AC Monza di San Siro dengan kemenangan sang tuan rumah 4-1. Namun bagi dua pria ambisius yang pernah meraih segalanya di sepak bola laga uji coba saja tak cukup, mereka ingin menantang Milan di Seri A bahkan Liga Champions atau Liga Europa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun