Sebab setiap kali kehilangan bola, para pemainnya diintruksikan buat menekan pemain lawan secepat mungkin terutama di zona pertahanan lawan.
Tak heran jika kemudian strategi tersebut kadang menjadi bumerang bagi timnya sendiri. Liverpool-nya Klopp seringkali kehabisan bensin saat liga mendekati akhir musim. Belajar dari pengalaman yang lalu, Klopp pun mulai berinovasi sedemikian rupa.
Seperti yang diutarakan oleh James Gheerbrant lewat tulisan yang berjudul "Liverpool The Best Hunters in History" yang dimuat di The Times.Â
Sang penulis menganalisis permainan sempurna Liverpool musim ini. Ia menyebut The Reds secara sistematis selalu berhasil menempatkan pemain lawan di jalan kebingungan.
"Liverpool secara sistematis akan mematikan segala opsi yang Anda miliki dengan menempatkan Anda di jalan buntu," demikian hipotesis yang diajukan James Gheerbrant dalam tulisannya.
Hasil dari perubahan ini ternyata sangat signifikan bagi pasukan The Reds. Mereka berhasil menghemat energi untuk merebut penguasaan bola di wilayah lawan.Â
Statistik menarasikan jika jumlah tekel James Milner cs menurun, meski begitu hal itu tak mengurangi sedikitpun kekuatan mereka dalam merebut bola di daerah lawan.
Perbandingannya, pada musim lalu mereka mencatat 16,1 kali tekel dan rata-rata hanya 4,89 kali merebut bola di wilayah pertahanan musuh.Â
Sementara musim ini -- sekurangnya hingga periode Februari 2020 -- rata-rata takel mereka turun menjadi 15,2 per pertandingan, namun jumlah merebut bola justru melonjak ke angka 6,62 kali.
Jika diejawantahkan ke dalam bahasa sederhana, mereka tak lagi mengandalkan otot demi ambisi buka puasa meraih gelar Liga.
Klopp terlalu cerdik musim ini, Ia menyusun perangkap untuk menggiring lawannya ke jalan buntu. Kemudian bisa meraih trofi apapun yang diinginkannya. Tentu evolusi gegenpressing mesti terus dilakukan demi kejayaan Liverpool yang lebih abadi.