Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Persahabatan Brian Clough dan Peter Taylor dalam Menyulap Tim Semenjana

26 April 2020   17:23 Diperbarui: 29 April 2020   02:56 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brian Howard Clough bersama Peter Taylor, duet pelatih yang sukses saat mengarsiteki tim semenjana| Sumber: The Guardian

Brian Howard Clough telah mengubah persepsi tentang definisi pelatih hebat. Ya, pelatih hebat tak cuma kolektor trofi belaka, sebab jika ukurannya prestasi sudah barang tentu dunia sepak bola tak kekurangan pelatih hebat. Sebut saja Sir Alex Ferguson, Pep Guardiola, Jose Mourinho, dan banyak lagi.

Apa yang dicapai oleh para pelatih besar itu menjadi hal yang lumrah. Mereka menjalankan klub dengan stabilitas keuangan, pemain-pemain berkualitas, hingga fasilitas yang lebih maju. Berbeda dengan yang dilakukan Clough, ia menghasilkan trofi demi trofi bersama klub-klub gurem, semenjana, atau kelas pekerja.

Namun, tak lengkap rasanya jika tak menyebut nama Peter Taylor atau akrab disapa Petey dalam kesuksesan Clough di bidang manajerial. Sebab Clough mengalami masa-masa indah bersama Petey disisinya dan melewatkan keterpurukan tanpa Petey. 

Ibarat sebuah alur cerita, Clough adalah ceritanya, Petey adalah sub-plot.

Bersama Petey Taylor, Clough berhasil membawa Derby County dan Nottingham Forest mengukir sejarah di sepak bola Inggris dan Eropa. Namun, ketika keduanya berpisah yang terukir hanya persoalan demi persoalan.

Pertemuan Clough dan Petey
Keduanya telah bertemu sejak masih aktif bermain pada sebuah musim panas tahun 1955 dalam laga uji coba tim Middlesbrough. Petey yang berusia tujuh tahun lebih senior dari Clough merupakan seorang kiper, sedangkan Clough masih sangat muda dan penuh talenta sebagai penyerang.

Seperti dinukil dari Football Whispers. Pelatih Middlesbrough, Bob Dennison, diyakini tak akan merekrut Clough jika tanpa intervensi Petey. Sejak saat itu keduanya menjadi teman baik.

Clough dikenal sebagai penyerang yang mematikan, bersama klub kampung halamannya, Middlesbrough (1955), Ia mengoleksi 197 gol dari 213 kali mentas. Usai cabut dari klub pertamanya, Clough berhasil menghimpun 54 gol dari 61 laga bersama Sunderland (1964).

Namun, statistik moncer itu tak bertahan lama. Karirnya terbilang singkat sebagai predator haus gol dan hanya mencatatkan dua caps bersama Timnas Inggris, Clough gantung sepatu pada usia 29 tahun akibat terjangan pemain belakang klub Bury, Chris Harker, yang menyasar lutut kanan Clough.

Momen tersebut tak hanya berhasil menutup lutut kanan Clough dengan plester selama tiga bulan ke depan melainkan juga menutup karirnya sebagai pemain.

Sementara itu sahabatnya yang lebih senior dari Clough telah beralih profesi menjadi manajer Burton Albion. Namun jabatan tersebut tak berlangsung lama, setelah Clough juga memutuskan untuk mengambil alih kursi manajer Hartlepool United.

Clough didaulat sebagai manajer termuda Inggris pada waktu itu. Meski lebih senior Petey berminat menjadi asisten Clough. Duo ini memberikan Hartlepool nasib terang di tengah keuangan klub yang buruk. Beberapa pemain muncul, seperti John McGovern, dan ikut membantu klub promosi ke Divisi Tiga tahun 1967.

Tidak lama setelah itu, banjir tawaran menghampiri keduanya, termasuk ketika Direktur Derby County, Sam Longson, membawa proposal penawaran buat keduanya. 

Tugas untuk mengeluarkan Derby yang telah mendekam selama dua dekade lamanya di Second Division menjadi target baru keduanya.

Perseteruan yang Membawa Mereka Lebih Sukses
Brian Clough terlalu terobsesi dengan Leeds United -- yang saat itu merupakan tim papan atas di bawah manajerial Don Revie -- saking ia termotivasi untuk mengalahkan "permainan busuk Leeds-nya Don Revie", ia sampai berseteru dengan sang majikan, Sam Longson.

Clough kerap melangkahi tupoksi sang direktur demi mencapai ambisi besarnya itu. Ia kerap merekrut pemain dengan nominal besar bagi finansial klub yang tengah terlilit utang, runyamnya hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan sang direktur.

Manuver demi memperbaiki komposisi tim itu tak terjadi sekali saja. Meski hasilnya cukup signifikan bagi klub sendiri.

Bersama Petey, manajer termuda itu mampu membawa Derby naik level dengan rekor 22 laga tanpa kalah di Second Division. Bahkan pada tahun pertama mereka di First Division pada 1971/72, Derby langsung mencicipi trofi juara. Second Division saat itu setara dengan Championship, sedangkan First Division adalah Premier League.

Gengsi Clough terhadap Leeds dan Don Revie terus terjaga sampai pada sebuah kesempatan Ia dihadapkan pada dua pertandingan penting, laga lanjutan First Division melawan Leeds United dan semifinal European Cup (Liga Champions) melawan Juventus.

Ia kembali berseteru dengan Longson, sebab Clough memilih menyelamatkan harga diri Derby di pertandingan melawan Leeds. 

Sementara sang direktur menginginkan Clough buat berpikir lebih pragmatis untuk memasang tim lapis kedua saat berhadapan dengan Leeds dan menurunkan tim terbaik untuk pertandingan yang lebih bergengsi melawan Juventus.

Benar saja, Leeds bermain kotor dan memaksa Clough untuk memasang tim lapis kedua ketika menghadapi Juventus di European Cup akibat cederanya beberapa pemain inti. Hasilnya mereka menelan kekalahan telak 3-1 dari salah satu kekuatan terbesar dari sepak bola Italia.

Imbas dari kekalahan tersebut, benih-benih konflik mulai menerpa hubungan Clough -- Petey -- Longson serta kondusifitas di klub Derby itu sendiri. 

Clough mengajukan ide kontroversi untuk mengundurkan diri bersama sang asisten. Hasilnya pengunduran diri itu diterima dan Petey pun mulai murka terhadap Clough.

Clough mengira bahwa keputusannya itu bisa mendepak sang direktur yang kerap tak sepakat dengannya. Namun, Clough lupa jika jabatan direktur lebih tinggi dari pelatih. 

Meskipun gelombang protes atas perginya Clough dan Petey terus bergulir. Hal tersebut tak membuat Longson dan seluruh direksi Derby melunak.

Meski begitu, keduanya tak berlama-lama menganggur. Mereka langsung dikontak oleh klub divisi ketiga, Brighton & Hove Albion, sebuah klub semenjana yang hanya memenangkan 12 dari 32 pertandingan pada musim 1973/74. 

Namun disaat bersamaan, Clough juga dicari oleh sekretaris Leeds United, menyusul hengkangnya Don Revie menuju Timnas Inggris pada akhir musim 1973/74.

Tak butuh waktu lama, Clough yang sedari lama terobsesi dengan Leeds langsung membelot ke Elland Road pada 1974 dan meninggalkan perseteruan dengan Petey. 

Sebab, Petey ditinggalnya sendiri di Brighton & Hove Albion dengan catatan mereka telah menerima sekitar 99% kesepakatan -- hanya tinggal tanda tangan kontrak.

Tanpa Petey, Clough bak sayur tanpa garam, hambar. Ia menjalani hari-harinya di Elland Road -- markas Leeds United -- dengan dimusuhi para pemain didikan Don Revie. Billy Bremner cs seolah tak ingin bermain demi Clough yang peringainya dikenal buruk terhadap Ayah mereka, Don Revie.

Bahkan beberapa pemain mengejek Clough bahwa Petey lah yang mestinya menangani Leeds, sebab sang asisten dinilai lebih berbakat ketimbang Clough. Di hari ke-44 Clough menangani Leeds, Ia akhirnya pergi dari Elland Road karena dinilai gagal di klub tersebut.

Setelah hengkang Clough tak langsung buru-buru mencari klub, melainkan mencari sahabatnya lebih dulu. Ia pergi ke rumah Petey untuk meminta maaf. Setelah bersekutu kembali, keduanya dipanggil Nottingham Forest, sebuah klub gurem yang berada di belakang hutan Forest. 

Meskipun klub kecil keduanya menggarap kekayaan hutan Forest dengan baik. Di musim pertamanya mereka berhasil menciptakan kesuksesan yang nyaris instan.

Pada 1977, Nottingham langsung dibawanya promosi ke divisi satu sebagaimana pernah dilakukannya terhadap klub semenjana lain, Derby County. 

Semakin mirip dengan kondisinya di masa lalu, Forest merengkuh gelar juara divisi satu di musim perdananya. Menyelesaikan liga dengan defisit tujuh poin dari penantang utamanya, Liverpool.

Musim berikutnya, meski gagal mempertahankan trofi -- menjadi runner-up di bawah Liverpool -- mereka berhasil menjadi jawara European Cup (Liga Champions) selepas mengandaskan perlawanan Malmo FC di final.

Mereka juga kembali merengkuh Piala Liga persis 12 bulan setelah mereka berhasil mendapatkannya pada kali perdana untuk Forest. Kemudian setahun berselang, pasangan ini sukses untuk kedua kalinya di Eropa, kali ini mengalahkan perlawanan sengit Kevin Keegan, Hamburg SV dengan skor 1-0.

Sebagaimana pelajaran hidup, andai saat itu keduanya tak berseteru atau terus berada di zona nyaman bersama apa yang telah diraihnya di Derby, mungkin Clough takkan mendapatkan empat gelar prestisius yakni dua piala Liga dan dua piala Champions serta menjadikannya manajer Inggris tersukses sepanjang masa.

Akhir yang Muram
Petey Taylor meninggal saat berlibur di Majorca pada 4 Oktober 1990 pada usia 62 tahun. Ironisnya Clough dan Petey belum berbaikan. Imbas perseteruan kedua ketika Petey mengiyakan tawaran Derby County pada musim 1981/1982.

Petey hanya sendirian menerima kesepakatan itu, Ia merasa ada yang belum selesai di rumah lamanya. Namun, alih-alih mengulang sejarah Petey malah membawa Derby kembali ke asalnya: kompetisi Divisi Dua.

Perseteruan meledak bukan karena Petey memutuskan berpisah dan kembali ke klub lama. Melainkan saat Petey mengikat salah satu pemain andalan sekaligus simbol klub Nottingham Forest, yakni John Robertson. Clough yang masih menjadi pelatih disana pun geram dengan perlakuan sahabatnya itu.

Sebuah kisah transfer pemain pemain yang memicu polemik hingga akhirnya diselesaikan oleh pengadilan. Clough tidak tahu atas pendekatan sahabatnya saat merekrut Robertson, dalam situasi itu Clough menyebut kontrak tersebut bertentangan dengan aturan FA. 

Insiden itu membawa permusuhan keduanya kembali mendidih.

Pada akhirnya Clough menyadari kesalahannya setelah mendengar berita wafatnya Petey. Ia kian menyadari momen-momen terbaiknya selama berkarir selalu terjadi dengan Petey disisinya, sementara titik terendahnya paling sering tanpa dia. 

Clough telah meletakkan ambisi besarnya dan menggantinya dengan menghapus kata-kata kasar yang pernah terucap untuk Petey, namun semuanya terlambat!

"Aku seharusnya mengangkat telepon. Hanya satu panggilan telepon yang akan berhasil. Dalam lima menit kita akan melupakan semua kata-kata kasar, semua kepahitan," pekik dia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun