Beberapa hari setelah penyelenggara Seri A mengumumkan penundaan kompetisi, publik dibikin kaget oleh pernyataan resmi klub raksasa asal Turin, Italia, bahwa salah satu satu pemainnya dinyatakan positif Covid-19.Â
Seperti kita ketahui bersama, pemain yang dimaksud adalah Daniele Rugani. Bek muda potensial yang dimiliki Si Nyonya Tua.
Rugani divonis positif virus dalam kondisi sehat. Sebelumnya pemain berusia 25 tahun itu tidak menunjukkan gejala apapun. Tak heran jika kemudian kasus ini menjadi sorotan publik Italia bahkan dunia sebab Rugani merupakan pesepak bola profesional pertama yang terjangkit virus corona di Italia.
Disaat bersamaan, nyaris semua orang terdekatnya panik, tak hanya keresahan para pemain yang pernah melakukan kontak dengan Rugani melainkan juga beberapa rekan setimnya yang begitu khawatir terkait kondisi Rugani setelah dinyatakan positif.
Namun di tengah kepanikan, Rugani menarasikan beberapa pesan lewat media sosialnya. Dirinya mengklaim kondisinya baik-baik saja pasca dinyatakan positif, bahkan dia menganggap dirinya beruntung menjadi pemain pertama yang terjangkiti corona sebab hal itu dapat meningkatkan kesadaran kolektif bagi mereka yang belum betul-betul paham dengan betapa seriusnya masalah virus corona ini.
"Saya menganggap diri saya beruntung meskipun rasanya seperti pukulan telak, sebab saya yang pertama di lingkungan kami dan meningkatkan kesadaran semua orang yang belum paham keseriusan masalah ini," ujarnya seperti dinukil dari Goal.
Setelah kasus pertama, penyebaran Covid-19 di kalangan pemain sepak bola di Italia dan beberapa negara lainnya seperti Inggris, Spanyol, Jerman, dan tentunya Tiongkok itu sendiri angkanya cukup beranjak signifikan.
Sampai artikel ini ditulis, Seri A masih memimpin daftar pemain positif corona dengan jumlah 14 pemain. Disusul oleh La Liga Spanyol yang memiliki 5 pemain, Bundesliga 2 pemain, Premier League 1 pemain serta 1 pelatih, dan Liga Tiongkok 1 pemain.
Lantas bagaimana virus ini bisa menyerang para pemain sepak bola yang notabene punya kebugaran fisik yang prima serta selalu mendapat asupan makanan yang bergizi?
Pemain Bola Justru Rentan Terkena Covid-19
Banyak orang berasumsi jika tubuh atlet punya daya tahan yang kuat sehingga mereka akan kebal terhadap pandemi yang satu ini.Â
Sebab mereka memiliki jadwal latihan yang terprogram, asupan makanan bergizi, serta kedisiplinan lainnya yang ditetapkan oleh lingkungan klub sepak bola profesional. Namun, anggapan demikian tak sepenuhnya benar.
Kondisi tersebut membuat kekebalan tubuh para pemain tertekan secara teratur. Hal itu disampaikan oleh eks dokter tim Chelsea, Eva Carneiro.
"Pemain profesional telah terbukti tertekan kekebalannya secara teratur. Itu karena para olahragawan melakukan aktivitas melelahkan, mereka kadang bermain 72 jam, serta pelatihan yang menciptakan ketegangan dalam tubuh," imbuh wanita yang kini bekerja sebagai dokter olahraga di The Sports Medical Group, London, seperti dinukil dari Give Me Sports.
Oleh sebabnya, sistem kekebalan pemain yang kian menurun akibat kelelahan bertanding dan berlatih membuat mereka rentan terinfeksi berbagai penyakit seperti virus corona.Â
Selain itu, ada kultur yang sulit dihindari dalam permainan si kulit bundar yaitu budaya berjabat tangan dan berpelukan.
"Secara budaya, mungkin sulit untuk membujuk para pemain atau staf untuk mengubah perilaku yang menyebabkan penyebaran infeksi seperti berjabat tangan dan berpelukan," tandasnya.
Potret tak sehat lainnya di lingkungan sepak bola adalah penggunaan botol minum yang sama, terutama saat latihan dan bertanding.Â
Selain aktivitas padat dari sisi teknis. Seperti latihan dan pertandingan. Pemain juga merasakan betapa lelahnya sebuah perjalanan. Bahkan bagi beberapa klub yang mentas di kompetisi antar negara membuat mereka mesti menjalankan kegiatan melelahkan, berkelana ke negara lain.
Dalam sebuah perjalanan lintas negara, pemain akan merasakan perbedaan waktu serta cuaca sehingga membuat pola tidur mereka juga ikut berubah.
Dokter Carneiro juga menyebut aktivitas tersebut cukup riskan, para pemain bisa dengan mudah tertular karena bertemu dengan banyak orang apalagi dalam kondisi yang melelahkan.
"Itu artinya pemain harus memasuki bandara meski terkadang mereka menggunakan pesawat pribadi. Melakukan perjalanan juga membuat pola tidur berubah, kembali ke rumah saat pagi, menciptakan rasa lelah dan membuat pemain menjadi rentan," pungkasnya.
Kondisi tersebut tak hanya dialami oleh pesepak bola saja, namun seluruh atlet dari cabang olahraga apapun.
Hal senada diutarakan oleh Dr. Joselito Sta. Ana, selaku Country Chair dan General Manager Sanofi Pasteur Indonesia, saat menghadiri sosialisasi pencegahan Covid-19 bagi induk-induk cabang olahraga (cabor) di Gedung Fx Lt. 16, Senayan, Jakarta, pada Jumat (6/3).
"Covid-19 dan influenza adalah penyakit yang paling bisa menyerang seorang atlet. Partisipasi di ajang olahraga bisa menyebarkan virus ini karena kegiatan bersama, menggunakan peralatan, dan berada di bangunan yang sama," demikian pernyataan Dr. Joselito dinukil dari Suara.
Dengan berbagai kondisi yang menghantui para pesepak bola, mulai dari aktivitas melelahkan, budaya bersama-sama serta respek, hingga kegiatan lain yang rentan terkait penularan virus.
Maka dari itu, seluruh dokter yang bertugas di Seri A pada Sabtu (14/3) menyuarakan beberapa hal terkait situasi darurat Corona yang tersebar dikalangan pesepak bola.
"Tim medis Seri A menyampaikan keprihatinan besarnya mengenai perlindungan kesehatan para pekerja klub jika latihan dan acara kumpul-kumpul lainnya segera dilanjutkan," demikian menurut para dokter liga itu dalam satu pernyataan. Seperti dinukil dari AFP.
"Oleh karena itu, dengan suara bulat, tim medis menyarankan bahwa kami tidak melanjutkan pelatihan sampai ada kemajuan yang jelas dalam situasi darurat," pungkas pernyataan tersebut.
Pandemi Corona tak mengenal siapa dari kalangan apa. Virus ini begitu masif, cepat menular dengan cara apapun. Kita sama-sama menghadapi musuh yang belum kita ketahui celah dan kelemahannya.Â
Maka dari itu, melihat kasus-kasus yang juga menyebar di kalangan pesepak bola, kiranya hal itu mampu membangun kesadaran kolektif kita untuk belajar.
Ada pola yang sama serta bisa kita pelajari dari problem yang menyerang para pesepak bola dan sebenarnya ini merupakan hal yang umum dalam pencegahan virus corona.
Mengurangi ritme beraktivitas diluar rumah, meminimalisir bertemu orang banyak, menjaga kebersihan, menjaga pola hidup sehat termasuk menjaga pola tidur dan masih banyak lagi variabel lain yang mesti diperhatikan termasuk cara berinteraksi.Â
Sebab corona tak hanya sekadar menyerang manusia dalam kondisi tidak fit. Melainkan juga orang sehat tanpa menunjukkan gejala. Jangan ada Rugani lain setelah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H