Kondisi tersebut membuat kekebalan tubuh para pemain tertekan secara teratur. Hal itu disampaikan oleh eks dokter tim Chelsea, Eva Carneiro.
"Pemain profesional telah terbukti tertekan kekebalannya secara teratur. Itu karena para olahragawan melakukan aktivitas melelahkan, mereka kadang bermain 72 jam, serta pelatihan yang menciptakan ketegangan dalam tubuh," imbuh wanita yang kini bekerja sebagai dokter olahraga di The Sports Medical Group, London, seperti dinukil dari Give Me Sports.
Oleh sebabnya, sistem kekebalan pemain yang kian menurun akibat kelelahan bertanding dan berlatih membuat mereka rentan terinfeksi berbagai penyakit seperti virus corona.Â
Selain itu, ada kultur yang sulit dihindari dalam permainan si kulit bundar yaitu budaya berjabat tangan dan berpelukan.
"Secara budaya, mungkin sulit untuk membujuk para pemain atau staf untuk mengubah perilaku yang menyebabkan penyebaran infeksi seperti berjabat tangan dan berpelukan," tandasnya.
Potret tak sehat lainnya di lingkungan sepak bola adalah penggunaan botol minum yang sama, terutama saat latihan dan bertanding.Â
Selain aktivitas padat dari sisi teknis. Seperti latihan dan pertandingan. Pemain juga merasakan betapa lelahnya sebuah perjalanan. Bahkan bagi beberapa klub yang mentas di kompetisi antar negara membuat mereka mesti menjalankan kegiatan melelahkan, berkelana ke negara lain.
Dalam sebuah perjalanan lintas negara, pemain akan merasakan perbedaan waktu serta cuaca sehingga membuat pola tidur mereka juga ikut berubah.
Dokter Carneiro juga menyebut aktivitas tersebut cukup riskan, para pemain bisa dengan mudah tertular karena bertemu dengan banyak orang apalagi dalam kondisi yang melelahkan.