Jika dibandingkan dengan 26 pertandingan yang telah dijalani Ardi musim ini, tentu setelah sanksi dari Komdis PSSI itu menerjang timnya ada penurunan performa individu yang dialaminya. Berikut ini statistik Ardi musim ini: 3 saves/blocks (0,12 avg/rata-rata), 55 clearances (2,12 avg), 67 success tackle (2,58 avg), 95 intercepts (3,65 avg), 38 success aerial (1,46 avg), 21 success dribbling (0,81 avg), 6 success crossing (0,23), serta 4 key pass (0,15 avg).
Bahkan di laga ini (melawan PSMS Medan) Ardi mencatatkan statistik terburuknya: 0 saves/blocks, 1 clearances, 1 successful tackle, 3 intercepts made, 1 successful aerial, dan tanpa pernah mencatatkan successful dribble, successful cross, serta key pass. Catatan tersebut yang membuat Gomez memutuskan mengganti Ardi dengan Puja Abdilah dipertengahan babak kedua. Serupa dengan Ghozo yang menempati sektor kanan, kondisi fisik diyakini jadi faktor utama kenapa Ardi menurun performanya.
Terakhir ada nama Inkyun, meskipun eks pemain Mitra Kukar ini tidak bermain di laga ini, Ia tetap menjadi salah satu bagian terpenting dalam tim ini. Awal musim pemain asal Korsel ini agak bisa menjawab masalah kronis Persib soal area Final Third yang sering mandek itu.
 Namun, pemain yang kerap diguyon dengan julukan "Grade A" ini mulai melempem penampilannya jelang akhir kompetisi. Berbeda dengan Ghozo dan Ardi, masalah Inkyun lebih ke frustatif. Kendati demikian tak menutup kemungkinan Ia pun mengalami persoalan serupa.
Sebab Inkyun jadi pemain paling sibuk dalam mengejawantahkan strategi pelatih. Inkyun boleh jadi sosok yang tepat dalam memecah masalah kronis Persib di sepertiga area penyerangan, namun dengan catatan tandem lini tengahnya bermain, yakni Dedi Kusnandar.
Setelah Dado/Dedi Kusnandar menepi karena cedera, permainan Inkyun jadi terpecah. Ia jadi tidak terkonsentrasi pada satu tugas: menyerang. Ia harus lebih mendekati area yang ditempati oleh Hariono, sebab meskipun type bermain pemain asal Sidoarjo itu sama seperti Dado, faktanya si gondrong tak punya visi bermain sebaik Dado. Hanya urusan-urusan menghentikan lawan, menghalau bola, dan mengacaukan alur serangan lawan saja Hariono terlihat lebih baik dari Dado.
Akurasi umpan dan visi bermain itulah yang menjadi kekhawatiran Inkyun akhir-akhir ini. Sehingga dirinya pun tidak seleluasa seperti saat Dado berada di lapangan. Rapor kuningnya perlahan semakin terlihat, pendeknya, dalam beberapa pertandingan terakhir Inkyun telah merugikan tim sebanyak dua kali.
Pertama saat Inkyun gagal mengeksekusi penalty melawan Bali United dan berujung hasil seri. Kedua, saat di kartu merah melawan Bhayangkara FC, meskipun akhirnya Persib menang ketika itu, aksi dari Inkyun dalam memprovokasi lawan sedikit mengganggu kekondusifan tim. Kerugian dihitung secara garis besar saja, karena hal-hal kecil macam: kehilangan bola, gagal build up, error pass, dan rapor buruk action map defense tidak dijabarkan lebih kompleks..
Karena jika dijelaskan secara gamblang, agak sedikit kurang etis. Mengingat kompetisi tengah bergulir dan tim masih punya kans juara. Sebab bisa menimbulkan persepsi seolah penulis menghakimi/mengevaluasi terlalu dalam siapa pemain yang layak dicoret musim ini. Tentu sangat mengganggu kekondusifan di ruang ganti.
Match Analysis Persib
Pelatih Roberto Carlos Mario Gomez mengawali laga ini dengan formasi dasar yang biasa digunakan: 4-4-2. Secara skema tak ada perubahan berarti, hanya saja beberapa pemain pelapis seperti Patrice Wanggai dan Eka Ramdani ditampilkan sejak awal untuk mengisi kekosongan posisi yang ditinggal Bauman dan Inkyun. Bahkan Agung Mulyadi, dan Puja Abdilah pun diturunkan di babak kedua.
Sedang Peter Butler memainkan seluruh pemain andalannya sejak menit awal. Itu mengapa pasukan Ayam Kinantan menggebrak sejak awal, mereka mengandalkan kecepatan dua sisi sayapnya: Rachmad Hidayat dan Frets Butuan. Selain itu, Alexandros Tanidis pun jadi protagonist sejak menit awal. Sedang tupoksi menjaga kedalaman, Legimin Raharjo dan Abdul Azis ditugaskan bergantian untuk menjadi braker.