Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kegamangan di Rumah Timnas Junior

1 Agustus 2018   01:11 Diperbarui: 1 Agustus 2018   08:28 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua kemungkinan yang membikin antusiasme masyarakat Kota Delta sebutan Kabupaten Sidoarjo membludak tatkala menyaksikan tim nasional junior yang notabene tak ada nama-nama tenar yang berlaga di Gelora Delta Sidoarjo. Pertama, karena Delta Mania pendukung dari Deltras Sidoarjo merindukan atmosfer tertinggi sepakbola nasional, mengingat The Lobster musim ini harus terjerembab ke Liga 3. Kedua, ingin mengulang kenangan manis Evan Dimas cs saat menjuarai AFF U-19 pada tahun 2013 silam.

Apapun alasannya, euforia yang dihadirkan oleh pecinta sepakbola nasional di Jawa Timur ini patut diapresiasi. Khususnya bagi Delta mania yang merupakan kelompok supporter terbesar di Sidoarjo, mereka selalu welcome terhadap supporter manapun yang ingin menyaksikan tim nasional bertanding di kota mereka. 

Tak pelak jika kemudian Bonek Mania (Surabaya), LA Mania dan Curva Boys (Lamongan), Ultras Mania (Gresik), MP Mania (Mojokerto), hingga Aremania (Malang) bersatu menanggalkan atribut kecintaan terhadap klubnya.

Terhitung sejak awal Juli lalu, intensitas nasionalisme disana lebih tinggi. Kebetulan Asprov PSSI Jawa Timur mendapat mandat untuk menggelar AFF U-19 yang telah selesai pada 2-14 Juli lalu dan AFF U-16 yang kini tengah berlangsung, 22 Juli-11 Agustus 2018. Sebetulnya terdapat dua venue pertandingan AFF U-19 dan U-16 ini, namun pertandingan untuk tuan rumah digelar seluruhnya di Gelora Delta Sidoarjo.

Terlepas dari kenangan manis 2013 lalu dan membuat stadion ini dijuluki sebagai rumah Timnas junior, Gelora Delta memang memiliki kualitas diatas standar yang telah ditentukan. Sejak direnovasi pada tahun 2011 silam, fasilitas yang dimiliki GDS cukup baik. Rumput, pencahayaan, kapasitas (35.000 penonton), hingga saluran drainase yang baik.

Dari laporan panitia pelaksana (baca: Panpel) pertandingan, hingga match ke-2 AFF U-16 ini terhitung tak kurang dari 8.000 tiket ludes terjual. Sebelumnya animo masyarakat yang ingin menyaksikan langsung aset sepakbola Indonesia ini lebih gila lagi, 25.000 pasang mata lebih menyaksikan Todd Ferre cs. Artinya, stadion Gelora Delta tak pernah sepi penonton di dua gelaran AFF U-19 dan U-16 ini.

Namun ribuan pasang mata yang hadir di GDS tak datang begitu saja, mereka tentu saja membawa harapan: ingin melihat bibit sepakbola Indonesia bermain cantik, tak ingin kecewa (kalah), bahkan mereka menuntut lebih. Tidak hanya ingin merayakan selebrasi gol tetapi juga melakukan selebrasi juara.

Dukungan yang awalnya menjadi sorum penyuntik semangat, bisa saja berbalik menjadi beban bagi pemain yang masih hijau. Law of the game pertandingan tentang durasi waktu bermain (2x40 menit) agaknya bisa jadi penegas bahwa Sutan Zico dkk masih dalam lingkup pembinaan. Setiap kali menonton Timnas U-19 dan U-16 bertanding selalu muncul kegamangan dalam hati: Bagaimana beban mereka disaksikan ribuan pasang mata?

Karakter Buruk Sepakbola Indonesia

"Aku dibina dan dilatih di akademi La Masia bukan untuk menang dan juara. Tapi aku dibina dan dilatih untuk berkembang dan matang disetiap tahapan usiaku. Menang, kalah, seri, dan juara adalah bonus permainan. Biarkan anak-anak berproses merasakan pahit-manisnya pertandingan karena pertandingan itu sendiri sudah merupakan beban bagi mereka. Jangan Bebani mereka harus menang dan juara", Xavi Hernandez, gelandang legendaris Barcelona FC.

Apa yang dikatakan sang maestro tiki-taka itu ada benarnya. Pembinaan pemain muda di Eropa dan Asia atau jelasnya Indonesia memang tak jauh berbeda secara garis besar. Ada tiga bagian: fun phase/fase bersenang-senang dengan bola (usia 6-12 tahun), formatif phase (usia 13-15 tahun), dan final phase (16-19 tahun). Perbedaannya mungkin hanya satu yakni soal target.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun