Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kegamangan di Rumah Timnas Junior

1 Agustus 2018   01:11 Diperbarui: 1 Agustus 2018   08:28 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analogi stres di dunia pendidikan kiranya dapat sedikit dijadikan pembanding dengan apa yang saat ini tengah dirasakan penggawa Timnas muda kita. Boleh jadi mentalitas tim asuhan Fachri Husaini itu kini tengah menanjak. Namun, andai perjalanan mereka mulus menuju final atau sekurangnya sampai semifinal tak ubahnya apa yang menimpa Egy Maulana Vikri dkk di AFF U-19. Bagaimana rasa bersalah remaja tanggung itu karena tak sanggup memikul ekspetasi publik yang tinggi? Mudah saja memulihkan mental tersebut karena mereka seorang atlet terlatih. Akan tetapi, kekecewaan publik lebih sulit diobati.

Gamang Bersama Keresahan Arsene Wenger

Status media sosial publik sepakbola tanah air saat ini tengah memuji-muji tim Garuda Asia (Timnas U-16, red). Betapa tidak, penampilan Bagas Kaffa cs begitu memukau di dua pertandingan awal AFF U-16 2018 ini. Setelah melibas Filipina (8-0), mereka berhasil menekuk Myanmar (2-1) dipertandingan kedua fase grup.

Terlebih lagi mereka mampu menghibur dengan sepakbola proaktif. Disinilah lagi-lagi ekspetasi publik membumbung tinggi, hari ini penonton yang hadir lebih dari 8.000 dan kemungkinan besar berkat penampilan apik Timnas U-16, di laga selanjutnya harapan, tekanan, dan atmosfer bakal bertambah mengiringi anak-anak berusia dibawah 16 tahun ini.

Entah kenapa, di tengah luapan euforia dan harapan dari Gelora Delta Sidoarjo penulis malah merasakan kegamangan yang makin menjadi-jadi. Khawatir anak-anak muda itu terbebani, resah jika Andre Oktaviansyah bernasib sama seperti Martin Odegaard di Real Madrid yang tak kuasa menahan tekanan dan ekspetasi media, atau Sutan Zico menjadi seperti Anthony Martial yang digadang-gadang menjadi pemain besar tapi kesulitan menembus tim utama akibat tekanan berlebihan dari fans United.

Semua terasa begitu aneh, ditengah euforia yang berhasil dikonversi menjadi kemenangan demi kemenangan oleh Bagas Kahfi dkk penulis merasa tak bisa berbaur dengan kebanggaan yang mereka milikki. Ada kekhawatiran yang berlebih, melihat harapan terus membuncah setiap pertandingannya.

Tiap pertandingan usai. Penulis kembali mencari Arsene Wengers yang resah terhadap tekanan pemain muda beberapa waktu silam. Memang dalam beberapa tahun terakhir kita melihat banyaknya pemain di usia belia mampu menembus tim utama sebuah klub besar. Pada satu sisi pemain tersebut menegaskan bahwa dia punya kualitas dan potensi yang mumpuni. Namun disisi lain, memperlihatkan bahwa di usia yang relatif muda pemain tersebut sudah mendapat tekanan yang seharusnya tak dia dapati di usia tersebut.

"Orang tua memiliki ekspetasi tinggi dan memberikan tekanan besar untuk anak-anak mereka (pesepakbola). Anak-anak muda ini tidak dijaga secara maksimal. Mereka dalam tekanan besar untuk mendapatkan sukses secepat-cepatnya. Datang ke tempat latihan dengan rasa takut tak menjadi sukses tiap paginya", ujar mantan pelatih Arsenal itu kepada Express.

"Apakah kita menganggap mereka spesial terlalu cepat? Terlalu cepat memberikan mereka pelatihan yang banyak dan tak ada kebebasan didalamnya. Apakah kita mengisolasi mereka dari olahraga lain, bahkan dunia sosial?", tambahnya.

"Saya mengembangkan hasrat pada permainan dengan menggunakan efek bosan anak-anak ini agar bisa dimanfaatkan dengan sesuatu yang positif. Sedangkan sekarang tekanan sudah sangat besar untuk pemain muda", pungkas dia.

Ya, tak ada yang salah dengan tekanan. GDS telah bergemuruh, Sportcaster yang seharusnya mengedukasi pemirsa terus mengulang kalimat "harapan juara harus tetap dijaga", dan kita tak henti-hentinya mendoakan Tim ini mendapatkan bonus yang pernah Xavi ucapkan: menang/juara itu bonus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun