Sebelum Srdan Ostojic, tercatat ada 9 kiper yang berkiprah di liga Indonesia. Diantaranya adalah Darryl Sinerine Petrokimia (Trinidad Tobago), Mbeng Jean Mambalaou bersama Persija (Kamerun), Mariusz Muscharski bersama Persib (Polandia), Sergio Vargas bersama PSM (Chile), Zheng Cheng bersama Persebaya (China), Shintaweecai Hathairathanakool bersama Persib (Thailand), Evgheny Khmaruk bersama Persija (Moldova), Yoo Jae-Hoon bersama Persipura (Korea), Denis Romanovs bersama PBR (Latvia).
Adapun yang paling melekat di hati para pemirsa sepakbola hanya sebagian. Salah satunya adalah Darryl Sinerine yang menjadi kiper asing pertama yang berkiprah di Indonesia. Bersama Petrokimia Gresik, ia merupakan salah satu pemain yang sukses dengan mengantarkan timnya ke final Liga Dunhill. Sayang, saat itu Petrokimia kalah dari Persib Bandung. Meski begitu, kiper berpaspor Trinidad and Tobago ini selalu terpilih dalam setiap laga perang bintang.
Tak berselang lama pada musim 1997/98, Persija kedatangan kiper berpaspor Kamerun. Mbeng Jean Mambalaou. Ia andil bagian di tim juara 2000/01. Tentu saja Mbeng Jean lebih melekat di hati para Jakmania ketimbang Egnheny Khmaruk yang sempat masuk daftar hitam komdis setelah bergesekan dengan striker Christian Gonzales sehingga pada 2008 namanya dilarang beredar dikompetisi nasional.
Keadaan serupa juga menimpa tim Maung Bandung saat mendatangkan Shintaweecai Hathairathanakool atau dikenal dengan sebutan Kosin. Kiper berpaspor Thailand itu begitu melekat di hati Bobotoh. Meski tidak menuliskan tinta emas dengan meraih prestasi, Kosin dianggap sebagai salah satu pemain asing terbaik yang pernah direkrut manajemen Persib.
Kosin keluar masuk tim Maung Bandung dalam dua periode, pada musim 2006 dan 2009/10. Tentu keadaan berbanding terbalik dengan yang dirasakan Mariusz Muscharski yang direkrut Persib pada 2003 silam. Memiliki wajah sangar dan postur tinggi besar membuat ekspetasi Bobotoh pun ikut sempat meninggi namun hasilnya mengecewakan.
Kiper asing dari kawasan Asia memang sebetulnya diawali oleh kedatangan Zheng Cheng, publik sepak bola Surabaya mungkin tak akan pernah lupa dengan nama yang satu ini. Sepeninggal Hendro Kartiko yang hengkang ke Persija pada tahun 2005, keputusan menunjuk kiper dari Tiongkok yang asal usulnya tak begitu dikenal akhirnya berakhir manis.Â
Selain performa apiknya di lapangan, paras kiper yang satu ini juga cukup menawan. Sayang, Ia hanya bertahan satu musim. Kabarnya, musim ini ia menjadi salah satu kiper termahal di Liga Tiongkok bersama Goangzhou Evergrande.
Sedangkan di tanah Papua, langkanya potensi kiper membuat Yoo Jae-Hoon menjadi pilihan utama sejak 2010. Ia telah menghasilkan tiga gelar Liga sejak musim 2010-2016 bersama Boaz cs. Selain itu, pada 2014 Yoo turut berkontribusi mengantarkan tim mutiara Hitam melaju ke semifinal AFC Cup sebelum akhirnya dikalahkan oleh Al Qadsa dengan agregat 2-10.
Dan yang terakhir, nama Denis Romanovs tak mungkin bisa dipinggirkan sebagai kiper berkualitas lainnya dan terbilang sukses bersama Pelita Bandung Raya. Dibawah arahan pelatih Dejan Antonic, ia berhasil membuat gawang timnya tidak dibobol lebih banyak. Maklum saat itu PBR dianggap sebagai tim kuda hitam berkat pemain-pemain yang tidak terlalu mewah di kompetisi ISL 2014. Namun berkat kepiawaiannya menjaga gawang, PBR berhasil diantarkan menjadi semifinalis.
Romanovs dan Jae Hoon merupakan kiper asing terakhir yang pernah kita lihat. Sebelum akhirnya Milan Petrovic memanggil Srdan Ostojic bergabung ke tim Arema. Jika Ostojic mampu tampil konsisten dan terbebas dari cedera. Bisa dipastikan  akan mencatatkan namanya diantara legiun asing yang berposisi sebagai kiper.
Tak hanya itu, andai mampu membawa Arema bangkit dari keterpurukannya, dengan jumlah supporter yang fanatik di Malang nama Ostojic akan melekat tak ubahnya Kosin dan Romanovs di Bandung, Mbeng Jean di Jakarta, Zheng Cheng di Surabaya, dan Yoo Jae Hoon di tanah Papua.