Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Via Vallen, Pola Tiga Bek, dan Leonardo Bonucci

24 Mei 2017   11:35 Diperbarui: 24 Mei 2017   11:46 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dara cantik asal Sidoarjo bernama Maulidia Octavia sedang mengundang kekaguman kalangan remaja tanah air. Bagaimana tidak, wanita kelahiran 1 Oktober 1990 ini mendongkrak kembali belantika musik dangdut Indonesia dengan terobosan-terobosan baru. Persepsi negatif terhadap genre dangdut yang selama ini dianggap kampungan atau ketinggalan jaman mulai menunjukan kembali pamornya dengan tampilan lebih segar dan kekinian berkat kehadiran wanita cantik dengan nama panggung Via Vallen itu.

Via Vallen muda merupakan penikmat sekaligus penyanyi pop. Rentetan musik dan grup luar negeri macam Evanescence hingga Avril Lavigne jadi pengiring bagaimana seorang Via tumbuh saat itu. Bahkan, nama panggung ‘Vallen’ berawal dari plesetan lagu Evanescence yang berjudul Fallen. Namun, apa yang membuat Via banting setir menjadi musisi dangdut? Adalah Muhamad Arifin yang mengubah genre bernyanyi Via.

Dimana orang tersebut merupakan ayah daripada Via Vallen, sang ayah yang juga merupakan seorang gitaris orkes melayu sering membawa Via saat manggung di berbagai tempat. Secara tidak langsung, aktivitas tersebut mengubah pola pikir penyanyi yang sukses di album Selingkuh itu. Pada akhirnya, keputusan Via berbuah manis, Ia begitu dikenal luas oleh masyarakat dari berbagai kalangan di tanah air.

Selaras dengan suaranya yang merdu, penampilannya pun tidak menarasikan seorang penyanyi dangdut. Ia berpenampilan lebih modis ala Korea. Dalam aksi panggungnya Via lebih sering membawakan cover lagu dari musisi kekinian tanah air maupun luar negeri. Lagu-lagu macam ‘Ku Tak Bisa’ gubahan grup band Slank dibawakan secara koplo, pun dengan lagu bergenre Regge dari Souljah berjudul ‘Kuingin Kau Mati Saja’, dan banyak lagi lagu lainnya yang di adopsi menjadi genre dangdut koplo. Agaknya terobosan itu yang membuat para anak muda mulai menerima kembali musik dangdut.

Selain sering mengcover lagu masa kini Via juga membawakan beberapa lagu berbahasa Jawa. Meski begitu, lagu yang dibawakan tetap bisa diterima oleh berbagai etnis. Termasuk etnis Sunda, etnis Betawi, dan lainnya. Karena itulah musik dangdut kini tak segan memasuki sekolah-sekolah hingga kampus-kampus tanah air.

* * *

Dunia sepakbola pun mengalami sedikit pergeseran pola permainan musim ini, tak ubahnya musik dangdut yang mulai diterima kembali oleh masyarakat, pola tiga bek yang mulai jarang digunakan oleh klub-klub top Eropa kini mulai bergeliat kembali diadopsi oleh beberapa pelatih termasuk mereka yang manggung di Liga Primer Inggris. Menjadi sebuah kejelasan ketika di Liga Italia menggunakan pola tiga bek adalah hal yang biasa karena memang tradisi sepakbola klasik masih terkandung disana.

Jauh sebelum Antonio Conte membawa pola 3-4-3 ke London Biru (baca: Chelsea), Louis van Gaal sudah lebih dulu menggunakan pola 3-4-1-2 bersama Manchester United. Lebih jauh lagi, saat Brazil menjuarai Piala Dunia 2002, pelatih Phil Scolari menempatkan Roberto Carlos dan Marcos Cafu sebagai penopang pola tiga bek.

Sebetulnya formasi tiga bek ini akan lebih efektif jika digunakan saat meladeni tim yang menerapkan pola 4-4-2.Idealnya, dua bek akan menjaga dua penyerang lawan,sementara satu bek lagi akan bertugas menyapu bola dari belakang. Kita bisa menarik kesimpulan dini dari pernyataan diatas, mengapa Juve bisa menguasai Seri A tiga tahun beruntun bersama Antonio Conte? Jawabannya sederhana: karena disana banyak yang menggunakan pola dua penyerang dengan 3-5-2, 4-4-2, maupun dengan 5-3-2.

Sebetulnya Conte pun menerapkan formasi 3-5-2, kenapa Ia bisa lebih baik dari tim lain yang menggunakan formasi sama? Karena kualitas pemain yang dimilikki Juve lebih baik dari tim lain. Bagaimana pola tiga bek Conte bersama Chelsea musim ini? sebenarnya tidak jauh berbeda, modul klasik tersebut bisa berjalan dengan baik karena ditopang pemain yang berkualitas.

Kita ungkap sedikit tabir dibalik penggunaan formasi 3-4-3 ala Conte musim ini di Chelsea. Tim baru menggunakan formasi 3-4-3 disaat menyerang, sedangkan ketika bertahan tim bertransisi menumpuk pemain bertahan menjadi 5-4-1 dengan memanggil para wingback untuk menjaga area pertahanan. Satu syarat utama yang harus dipenuhi dalam penggunaan pola tiga bek ini yakni tim harus memiliki seorang ball-playing defender.

Seorang bek yang benar-benar nyaman dengan bola, yang bisa memainkan umpan akurat ke sisi lapangan, dan yang dapat melebar juga. Hal ini sangat penting, mengingat pola klasik tiga bek ini sangat menekankan bahwa pertahanan adalah kunci. Poros permainan tim berada di area pertahanan, merekalah (para bek) yang memainkan tempo permainan. Conte mempercayai David Luiz untuk melakukan tugas tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun