Ego ini sudah seperti rasa lapar, semua orang pasti pernah merasa lapar tapi tidak semua orang punya kendali ketika mereka lapar. Begitu juga dengan ego.Â
Kita semua pasti punya ego tapi tidak semua bisa mengendalikannya.
Ego yang beriringan dengan pertumbuhan kita kadang terlalu sulit untuk dikendalikan. Terlebih kalau kita sudah menjalani hidup dengan waktu yang cukup lama. Ego menjadi raksasa dan rasa lapar dalam waktu yang bersamaan. Semakin kita tua, secara alami tingkat rasa serba tahu juga semakin meningkat, semakin kita serba tahu, semakin menjadi kesombongan dan kesongongan kita.
Meski berjalan beriringan dengan waktu, ego sering tidak sejalan dengan kedewasaan. Kita lihat atau diri kita sendiri banyak orang-orang tua tapi selalu ingin dimengerti, dipahami, diperhatikan, semua berpusat tentang dirinya sendiri dengan cara yang salah.
Bila orang tua yang memiliki kesempatan dan waktu belajar menjadi dewasa lebih lama saja masih belum berhasil, apalagi anak muda yang menghabiskan waktu lebih sedikit.
Walaupun ada kemungkinan kita bersikap dewasa lebih cepat, jalannya selalu tidak gampang, dan tentu saja lebih berat.
Kenapa kita sulit menjadi dewasa?
Alasan yang kedua adalah karena kita selalu mengharapkan orang lain yang menjadi dewasa ketika menghadapi kita tanpa tahu bagaimana cara kita menghadapi orang lain.
We put the expectation of maturity on other people instead ourself
Ih ga dewasa banget sih dia, ih harusnya kan dia begini, dasar ga dewasa, ih kelagukannya engga banget deh, ih kok dia bisa gitu ya, seberapa sering kita menyalahkan orang lain dan terlalu sibuk melihat, menilai ketidakdewasaan seseorang tanpa sadar bahwa kita sendiri juga perlu untuk menjadi dewasa.
Merendahkan ketidakdewasaan orang lain adalah satu bentuk ketidakdewasaan kita sendiri.