Pembuatan destinasi digital baru dengan lanskap 'Instagramable' ini seharusnya mengikuti identitas dan fungsi dari tempat tersebut, sehingga ada identitas yang dihidupkan sebagai tanda bahwa potensi pariwisata ini tidak sekedar dibuat serampangan sehingga membuat nilai dan ditanamkan malah menjadi salah arti.
Hal tersebut terkait dengan beberapa tempat yang membangun destinasi berkonsep membangunnya miniatur landmark ikonik yang terkenal dari berbagai negara.
Di Indonesia sendiri, sudah ada sekitar 12 tempat dari berbagai provinsi yang membangun minatur landmark dari berbagai tempat di dunia ini.
Ke dua belas tempat tersebut adalah Museum Angkut di Malang, Taman New Balekambang di Tawangmangu, Merapi Park di Jogjakarta, Small World di Purwokerto, Taman Bunga Celosia di Semarang, Negeri Dongeng di Blitar, Devoyage di Kota Bogor, World of Wonders di Tangerang, Little Europe di Lampung, Stonehenge di Sleman, dan dua yang terbaru adalah Miniatur 7 Keajaiban Dunia di Boyolali dan di Lembah Harau, Padang.
Tentu saja destinasi-destinasi semacam ini akan menuai pro dan kontra, karena tujuan wisatawan mancanegara dan dalam negeri berwisata dengan mengunjungi berbagai tempat juga bermacam-macam. Ada yang sekadar mendapatkan tempat dengan lanksap Instagramable, ada yang sebagai wisata keluarga, ada juga yang melihat nilai atau nyawa dari sebuah tempat tersebut. Bahkan kehilangan nilai Ke-Indonesia-an itu sendiri.
Pembuatan tempat destinasi seharusnya tidak main-main, karena seharusnya kesan dan perasaan terkait tempat yang menjadi destinasi tujuan wisata benar-benar tersampaikan dengan baik.
Jangan sampai segala hal yang dilakukan untuk menarik wisatawan dengan membangun, Â merevitalisasi atau menambah 'hal baru' justru malah menghilangkan nilai dari tempat tersebut, seperti yang terjadi di Lembah Harau, Payakumbuh, Sumatera Barat.
Merapi Park memang ditujukan sebagai destinasi wisata keluarga yang memfokuskan edukasi strategis pada anak-anak sehingga mereka setidaknya bisa tahu dan mempelajari suasana di berbagai daerah luar Indonesia. Namun Merapi Park yang mengusung tema The World Landmark justru menghilangkan bangunan identitas dari Indonesia dan Merapi itu sendiri.