PENDAHULUAN
Konflik antara Israel dan Palestina telah menjadi sorotan internasional selama beberapa dekade, menyisakan tragedi kemanusiaan, perdebatan politik, dan ketegangan regional yang mendalam. Sejak berakhirnya Mandat Britania atas Palestina pada tahun 1948, kawasan ini telah menjadi saksi dari berbagai bentuk ketegangan, serangan, dan perundingan yang belum membuahkan solusi yang berkelanjutan.
Konflik ini melibatkan sejumlah isu kompleks, seperti hak atas tanah, nasib pengungsi Palestina, status Yerusalem, pembentukan negara Palestina, dan keamanan Israel. Ketidaksepakatan dalam menyelesaikan isu-isu tersebut telah menyulitkan upaya perdamaian dan menciptakan ketidakstabilan yang berkelanjutan.
Peristiwa-peristiwa terkini menunjukkan bahwa konflik Israel dan Palestina masih sangat relevan, dengan insiden kekerasan yang terus berlanjut, meningkatnya ketegangan di Yerusalem, dan perbedaan pendekatan politik yang mempersulit upaya rekonsiliasi. Oleh karena itu artikel ini akan mengulas perkembangan terkini dari konflik tersebut, menganalisis faktor-faktor yang memperkeruh suasana, dan mengeksplorasi upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perdamaian serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut.
LATAR BELAKANG MASALAH
Konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, menjadi sebuah perbincangan yang mendalam dalam konteks sejarah kontemporer. Akar masalah berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, menciptakan dampak yang signifikan tidak hanya di tingkat regional tetapi juga secara global. Pertempuran berkepanjangan antara pejuang rakyat Palestina dan pasukan militer Israel menciptakan situasi yang penuh ketegangan dan kebuntuan. Ketidaksetujuan ini tidak hanya bersifat lokal, melainkan juga merambat ke dunia Arab dan bahkan melibatkan perhatian masyarakat internasional.
Pentingnya pemahaman terhadap dimensi konflik menjadi krusial, terutama dalam konteks klaim atas tanah di wilayah Palestina. Meskipun banyak yang menganggap konflik ini bersifat agama, akar permasalahan sebenarnya terletak pada persaingan klaim atas tanah yang dianggap sebagai tanah dijanjikan. Israel, dengan motivasi dasarnya yang dapat dikategorikan sebagai id, menginginkan tanah Palestina sebagai tanah air nasional, memandangnya sebagai "tanah dijanjikan" dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dimensi ini menciptakan konflik yang melibatkan ketegangan moral dan etika, mengingat wilayah Palestina juga dianggap sebagai bagian strategis dunia Arab.
KONSEP ATAU TEORI YANG DIGUNAKAN
Dalam konteks teori kepribadian yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, terdapat tiga struktur utama kepribadian yang saling berinteraksi, yaitu ID, Ego, dan Superego. Jika terapkan teori ini pada analisis konflik Israel-Palestina:
1. ID (Israel):
ID mewakili aspek kepribadian yang bersifat primitif dan didasarkan pada dorongan-dorongan naluriah dan keinginan instan. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, keinginan Israel untuk memiliki tanah Palestina dapat diartikan sebagai dorongan dari ID. Israel mungkin merasa kebutuhan mendalam untuk memenuhi keinginan dasarnya akan keberadaan sebagai negara dan memiliki tanah air nasional.
2. Superego (Palestina):
Superego adalah bagian kepribadian yang mencerminkan norma-norma sosial, moral, dan nilai-nilai yang diajarkan oleh masyarakat. Dalam kasus ini, klaim Palestina terhadap tanah mereka, didasarkan pada aspek agama, sejarah, dan norma-norma moral, dapat dianggap sebagai representasi Superego. Mereka mempertahankan tanah mereka sebagai hak yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan moral.
3. Ego (Upaya Penyelesaian):
Ego berfungsi sebagai perantara antara ID dan Superego, mencoba mencapai keseimbangan antara keinginan dan tuntutan moral. Dalam konteks konflik ini, upaya-upaya perdamaian, negosiasi, dan rekonsiliasi dapat dianggap sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Ego. Ego berusaha menemukan solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak dan mengurangi konflik.
4. Konflik antara ID dan Superego:
Konflik utama dalam teori Freud adalah pertarungan antara ID yang menginginkan kepuasan segera dan Superego yang memegang prinsip moral. Dalam kasus konflik Israel-Palestina, terdapat pertarungan antara keinginan Israel untuk memiliki tanah (ID) dan klaim moral serta nilai-nilai sosial yang dipegang oleh Palestina (Superego). Konflik ini menciptakan ketegangan yang sulit diatasi.
5. Dampak Global:
Dampak global dari konflik ini dapat diartikan sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara ID dan Superego. Konflik lokal antara kebutuhan dasar dan pertimbangan etika menjadi masalah global yang melibatkan komunitas internasional. Konflik ini bukan hanya menjadi persoalan antara dua pihak lokal, tetapi juga melibatkan perhatian dan keterlibatan dari berbagai negara dan organisasi internasional.
Dengan mengaitkan konsep-konsep ini, kita dapat memahami konflik Israel-Palestina sebagai perang antara dorongan-dorongan primitif untuk memenuhi kebutuhan dasar (ID) dan tuntutan moral serta nilai-nilai sosial (Superego), dengan upaya penyelesaian konflik yang diwakili oleh usaha ego untuk mencapai keseimbangan dan rekonsiliasi. Pemahaman psikologis ini dapat memberikan pandangan tambahan terhadap kompleksitas faktor-faktor yang terlibat dalam konflik ini.
ANALISIS
Konflik Israel-Palestina merupakan salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah kontemporer dan telah menewaskan banyak orang dan menghancurkan dasar kehidupan masyarakat sipil yang tak bersalah. Akar masalah ini bermula dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, menyebabkan dampak yang signifikan tidak hanya bagi wilayah tersebut tetapi juga berdampak besar pada dunia secara keseluruhan dan khususnya di Dunia Arab. Tidak dapat disangkal bahwa ketegangan dan pertempuran terus dirasakan oleh kedua belah pihak. Pertempuran berkepanjangan melibatkan perlawanan dari pihak pejuang rakyat Palestina di satu sisi, dan pasukan militer Israel di sisi lain, yang belum pernah surut sejak dimulainya konflik hingga saat ini. Konflik antara Palestina dan Israel terus berlanjut hingga sekarang. Sumber ketidaksetujuan ini berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, mengakibatkan dampak yang signifikan tidak hanya untuk daerah tersebut, tetapi juga menimbulkan dampak besar secara global dan terutama di wilayah Dunia Arab. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketegangan dan pertempuran terus berlangsung antara kedua belah pihak. Pertempuran yang berkelanjutan melibatkan perlawanan dari pejuang rakyat Palestina di satu sisi, dan pasukan militer Israel di sisi lain, yang belum pernah reda sejak dimulainya konflik hingga saat ini.
Sebagian besar masyarakat dunia menganggap bahwa konflik antara Israel dan Palestina memiliki dimensi agama. Namun, akar konflik sebenarnya berasal dari persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina. Konflik ini timbul karena bangsa Yahudi berkeinginan untuk mendirikan tanah air nasional di tanah Palestina. Mereka menganggap Palestina sebagai tanah yang dijanjikan, dengan keyakinan bahwa Yerusalem harus menjadi ibu kota Israel.
Israel yang merupakan pendatang dan memiliki keinginan besar untuk memiliki wilayahnya sendiri dapat dikategorikan sebagai id. Id di sini maksudnya adalah kebutuhan dasar manusia yang mendasarkan pada prinsip kesenangan yang berusaha memuaskan semua keinginan dan kebutuhan. Jika ini tidak tercapai, ketakutan dan ketegangan muncul. Lalu, keinginan Israel yang besar untuk mengambil alih wilayah Palestina yang dianggap sebagai jantung hati dunia Arab karena wilayah negara Palestina yang sangat strategis karena menjadi titik hubungan antara benua Asia, Afrika, dan Eropa termasuk ke dalam superego. Superego disini maksudnya adalah komponen moral dalam kepribadian, yang muncul dari pengajaran orang tua atau norma dan nilai sosial, berdasarkan pada prinsip moral dan penilaian etika. Superego dan ego memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang serupa terkait suatu hal; superego membuat keputusan berdasarkan standar moral, sementara ego mengambil keputusan dengan mempertimbangkan pandangan orang lain. Kemudian ego mereka yang bertindak untuk memilih mengikuti id atau superego yang ada. Namun, mereka lebih memilih untuk mengikuti superego dan melakukan genosida di Palestina serta merebut wilayah mereka. Hal ini dapat dikategorikan sebagai ego. Ego merupakan bentuk pertanggungjawaban dari kepribadian dalam menghadapi realitas. Proses sekunder menjadi sarana yang digunakan oleh ego untuk mencapai tujuannya. Proses ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan menemukan objek yang dapat memenuhi kebutuhan. Secara sederhana, fungsi ego adalah mengelola dorongan-dorongan dari id agar sesuai dengan realitas.
KESIMPULAN
Konflik Israel-Palestina, salah satu yang terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah kontemporer, berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Pertempuran berkepanjangan melibatkan perlawanan dari pejuang rakyat Palestina dan pasukan militer Israel, menciptakan ketegangan yang belum surut sejak dimulainya konflik. Meskipun banyak yang menganggap dimensi agama sebagai penyebab konflik, akar sebenarnya adalah persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina. Bangsa Yahudi menginginkan tanah air nasional di tanah Palestina, memandangnya sebagai tanah yang dijanjikan dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dalam analisis psikologis, keinginan Israel untuk mengambil alih wilayah Palestina dapat dikategorikan sebagai dorongan dari id, mendasarkan pada prinsip kesenangan untuk memuaskan kebutuhan dasar manusia. Namun, aspek moral dan etika dalam tindakan ini dapat diinterpretasikan sebagai superego, yang seharusnya memandu tindakan manusia berdasarkan norma dan nilai sosial. Konflik ini mencerminkan pertarungan antara kebutuhan dasar manusia, dorongan id, dengan pertimbangan moral dan etika, representasi superego. Dalam konteks psikologi kepribadian, perwujudan ego terlihat dalam upaya mengelola dorongan-dorongan id agar sesuai dengan realitas.
Pertentangan antara id dan superego dalam konflik ini menunjukkan kompleksitasnya, di mana keinginan untuk memiliki tanah air bertabrakan dengan pertimbangan etika. Selain menjadi masalah regional, konflik ini memiliki dampak global, memerlukan pemahaman mendalam dan upaya bersama untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Kesimpulannya, penyelesaian konflik Israel-Palestina membutuhkan pengakuan terhadap kompleksitasnya dan komitmen bersama untuk mencapai solusi yang memperhitungkan kebutuhan dasar, etika, dan kesejahteraan kedua belah pihak.
Link Video Podcast: https://www.youtube.com/watch?v=HXrEU4UHszI
DAFTAR PUSTAKA
Habsy, B. A., Mufidha, N., Shelomita, C., Rahayu, I., & Muckorobin, M. I. (2023). Filsafat Dasar dalam Konseling Psikoanalisis: Studi Literatur. Indonesian Journal of Educational Counseling, 7(2), 189-199.
Vitry, H. S., Syamsir, S., Ummatin, K., Azzahra, M. H., Amanda, A. P., & Suci, D. P. (2023).
KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA “ANALISIS MANAJEMEN KONFLIK YANG MEMPENGARUHI MENTAL HEALTH ANAK ANAK PALESTINA”. Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 2(2), 46-56.
Sari, M. I., & Rokhmansyah, A. (2023). Potret Tokoh Trapani “Si Anak Mami” dalam Novel Laskar Pelangi Menurut Teori Psikolanalis Sigmund Freud. Journal of Literature and Education, 1(2), 57-64.
Siallagan, S. J., Sugiarti, D. H., & Hartati, D. (2021). Analisis Aspek kepribadian Tokoh Utama Kumpulan Cerpen Nasib Seorang Penebang Kayu dan Kisah Lainnya Karya Soesilo Toer. In Seminar Internasional Riksa Bahasa (pp. 391-398).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H