Mohon tunggu...
Giffa satria putra
Giffa satria putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa aktif semester 3 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangungan Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Israel dan Palestina

12 Desember 2023   09:53 Diperbarui: 12 Desember 2023   09:55 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Konflik antara Israel dan Palestina telah menjadi sorotan internasional selama beberapa dekade, menyisakan tragedi kemanusiaan, perdebatan politik, dan ketegangan regional yang mendalam. Sejak berakhirnya Mandat Britania atas Palestina pada tahun 1948, kawasan ini telah menjadi saksi dari berbagai bentuk ketegangan, serangan, dan perundingan yang belum membuahkan solusi yang berkelanjutan.

Konflik ini melibatkan sejumlah isu kompleks, seperti hak atas tanah, nasib pengungsi Palestina, status Yerusalem, pembentukan negara Palestina, dan keamanan Israel. Ketidaksepakatan dalam menyelesaikan isu-isu tersebut telah menyulitkan upaya perdamaian dan menciptakan ketidakstabilan yang berkelanjutan.

Peristiwa-peristiwa terkini menunjukkan bahwa konflik Israel dan Palestina masih sangat relevan, dengan insiden kekerasan yang terus berlanjut, meningkatnya ketegangan di Yerusalem, dan perbedaan pendekatan politik yang mempersulit upaya rekonsiliasi. Oleh karena itu artikel ini akan mengulas perkembangan terkini dari konflik tersebut, menganalisis faktor-faktor yang memperkeruh suasana, dan mengeksplorasi upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencapai perdamaian serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut.

LATAR BELAKANG MASALAH

Konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung selama beberapa dekade, menjadi sebuah perbincangan yang mendalam dalam konteks sejarah kontemporer. Akar masalah berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, menciptakan dampak yang signifikan tidak hanya di tingkat regional tetapi juga secara global. Pertempuran berkepanjangan antara pejuang rakyat Palestina dan pasukan militer Israel menciptakan situasi yang penuh ketegangan dan kebuntuan. Ketidaksetujuan ini tidak hanya bersifat lokal, melainkan juga merambat ke dunia Arab dan bahkan melibatkan perhatian masyarakat internasional.

Pentingnya pemahaman terhadap dimensi konflik menjadi krusial, terutama dalam konteks klaim atas tanah di wilayah Palestina. Meskipun banyak yang menganggap konflik ini bersifat agama, akar permasalahan sebenarnya terletak pada persaingan klaim atas tanah yang dianggap sebagai tanah dijanjikan. Israel, dengan motivasi dasarnya yang dapat dikategorikan sebagai id, menginginkan tanah Palestina sebagai tanah air nasional, memandangnya sebagai "tanah dijanjikan" dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dimensi ini menciptakan konflik yang melibatkan ketegangan moral dan etika, mengingat wilayah Palestina juga dianggap sebagai bagian strategis dunia Arab.

KONSEP ATAU TEORI YANG DIGUNAKAN

Dalam konteks teori kepribadian yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, terdapat tiga struktur utama kepribadian yang saling berinteraksi, yaitu ID, Ego, dan Superego. Jika terapkan teori ini pada analisis konflik Israel-Palestina:

 

1. ID (Israel):

 

ID mewakili aspek kepribadian yang bersifat primitif dan didasarkan pada dorongan-dorongan naluriah dan keinginan instan. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, keinginan Israel untuk memiliki tanah Palestina dapat diartikan sebagai dorongan dari ID. Israel mungkin merasa kebutuhan mendalam untuk memenuhi keinginan dasarnya akan keberadaan sebagai negara dan memiliki tanah air nasional.

 

2. Superego (Palestina):

 

Superego adalah bagian kepribadian yang mencerminkan norma-norma sosial, moral, dan nilai-nilai yang diajarkan oleh masyarakat. Dalam kasus ini, klaim Palestina terhadap tanah mereka, didasarkan pada aspek agama, sejarah, dan norma-norma moral, dapat dianggap sebagai representasi Superego. Mereka mempertahankan tanah mereka sebagai hak yang didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan moral.

 

3. Ego (Upaya Penyelesaian):

 

Ego berfungsi sebagai perantara antara ID dan Superego, mencoba mencapai keseimbangan antara keinginan dan tuntutan moral. Dalam konteks konflik ini, upaya-upaya perdamaian, negosiasi, dan rekonsiliasi dapat dianggap sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Ego. Ego berusaha menemukan solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak dan mengurangi konflik.

 

4. Konflik antara ID dan Superego:

 

Konflik utama dalam teori Freud adalah pertarungan antara ID yang menginginkan kepuasan segera dan Superego yang memegang prinsip moral. Dalam kasus konflik Israel-Palestina, terdapat pertarungan antara keinginan Israel untuk memiliki tanah (ID) dan klaim moral serta nilai-nilai sosial yang dipegang oleh Palestina (Superego). Konflik ini menciptakan ketegangan yang sulit diatasi.

 

5. Dampak Global:

 

Dampak global dari konflik ini dapat diartikan sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara ID dan Superego. Konflik lokal antara kebutuhan dasar dan pertimbangan etika menjadi masalah global yang melibatkan komunitas internasional. Konflik ini bukan hanya menjadi persoalan antara dua pihak lokal, tetapi juga melibatkan perhatian dan keterlibatan dari berbagai negara dan organisasi internasional.

 

Dengan mengaitkan konsep-konsep ini, kita dapat memahami konflik Israel-Palestina sebagai perang antara dorongan-dorongan primitif untuk memenuhi kebutuhan dasar (ID) dan tuntutan moral serta nilai-nilai sosial (Superego), dengan upaya penyelesaian konflik yang diwakili oleh usaha ego untuk mencapai keseimbangan dan rekonsiliasi. Pemahaman psikologis ini dapat memberikan pandangan tambahan terhadap kompleksitas faktor-faktor yang terlibat dalam konflik ini.

ANALISIS

Konflik Israel-Palestina merupakan salah    satu    konflik    terpanjang    dan    paling    kompleks    dalam    sejarah kontemporer dan telah menewaskan banyak orang dan menghancurkan dasar kehidupan masyarakat sipil yang tak bersalah. Akar masalah  ini bermula  dari  pendudukan  wilayah  Palestina  oleh  Israel,  menyebabkan dampak  yang  signifikan tidak hanya  bagi wilayah tersebut tetapi juga  berdampak besar pada  dunia  secara  keseluruhan dan  khususnya  di  Dunia  Arab.  Tidak  dapat disangkal  bahwa  ketegangan  dan  pertempuran  terus dirasakan  oleh  kedua  belah pihak.  Pertempuran berkepanjangan  melibatkan  perlawanan  dari pihak  pejuang rakyat  Palestina  di  satu  sisi,  dan pasukan  militer  Israel  di  sisi  lain,  yang  belum pernah surut sejak dimulainya konflik hingga saat ini. Konflik antara Palestina dan Israel terus berlanjut hingga sekarang. Sumber ketidaksetujuan ini berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, mengakibatkan dampak  yang  signifikan  tidak  hanya  untuk  daerah  tersebut,  tetapi juga  menimbulkan  dampak besar secara global dan terutama di wilayah Dunia Arab. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketegangan    dan    pertempuran    terus berlangsung    antara    kedua    belah    pihak.    Pertempuran    yang berkelanjutan melibatkan  perlawanan  dari  pejuang  rakyat  Palestina  di  satu  sisi,  dan  pasukan militer Israel  di sisi  lain, yang belum pernah reda sejak dimulainya konflik hingga saat ini.

Sebagian besar masyarakat dunia menganggap bahwa konflik antara Israel dan Palestina memiliki dimensi agama. Namun, akar konflik sebenarnya berasal dari persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina.  Konflik  ini  timbul  karena  bangsa  Yahudi  berkeinginan  untuk mendirikan  tanah  air nasional  di  tanah  Palestina.  Mereka  menganggap  Palestina sebagai  tanah  yang  dijanjikan,  dengan keyakinan  bahwa  Yerusalem  harus  menjadi ibu  kota  Israel.

Israel yang merupakan pendatang dan memiliki keinginan besar untuk memiliki wilayahnya sendiri dapat dikategorikan sebagai id. Id di sini maksudnya adalah kebutuhan  dasar  manusia  yang  mendasarkan  pada  prinsip  kesenangan  yang  berusaha memuaskan semua keinginan dan kebutuhan. Jika ini tidak tercapai, ketakutan dan ketegangan muncul. Lalu, keinginan Israel yang besar untuk mengambil alih wilayah Palestina yang dianggap sebagai jantung hati dunia Arab karena wilayah negara Palestina yang sangat   strategis   karena   menjadi   titik hubungan  antara  benua  Asia,  Afrika,  dan  Eropa termasuk ke dalam superego. Superego disini maksudnya adalah komponen moral dalam kepribadian, yang muncul dari pengajaran orang tua atau norma  dan  nilai  sosial,  berdasarkan  pada  prinsip  moral  dan  penilaian  etika.  Superego  dan  ego  memiliki kemampuan  untuk  mengambil  keputusan  yang  serupa  terkait  suatu  hal; superego  membuat  keputusan berdasarkan  standar  moral,  sementara  ego  mengambil  keputusan  dengan  mempertimbangkan  pandangan orang lain. Kemudian ego mereka yang bertindak untuk memilih mengikuti id atau superego yang ada. Namun, mereka lebih memilih untuk mengikuti superego dan melakukan genosida di Palestina serta merebut wilayah mereka. Hal ini dapat dikategorikan sebagai ego. Ego  merupakan  bentuk  pertanggungjawaban  dari  kepribadian  dalam  menghadapi  realitas.  Proses sekunder  menjadi  sarana  yang  digunakan  oleh  ego  untuk  mencapai  tujuannya.  Proses  ini  bertujuan  untuk mengurangi  ketegangan  dan  menemukan  objek  yang  dapat  memenuhi  kebutuhan.  Secara  sederhana,  fungsi ego adalah mengelola dorongan-dorongan dari id agar sesuai dengan realitas.

KESIMPULAN

Konflik Israel-Palestina, salah satu yang terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah kontemporer, berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Pertempuran berkepanjangan melibatkan perlawanan dari pejuang rakyat Palestina dan pasukan militer Israel, menciptakan ketegangan yang belum surut sejak dimulainya konflik. Meskipun banyak yang menganggap dimensi agama sebagai penyebab konflik, akar sebenarnya adalah persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina. Bangsa Yahudi menginginkan tanah air nasional di tanah Palestina, memandangnya sebagai tanah yang dijanjikan dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dalam analisis psikologis, keinginan Israel untuk mengambil alih wilayah Palestina dapat dikategorikan sebagai dorongan dari id, mendasarkan pada prinsip kesenangan untuk memuaskan kebutuhan dasar manusia. Namun, aspek moral dan etika dalam tindakan ini dapat diinterpretasikan sebagai superego, yang seharusnya memandu tindakan manusia berdasarkan norma dan nilai sosial. Konflik ini mencerminkan pertarungan antara kebutuhan dasar manusia, dorongan id, dengan pertimbangan moral dan etika, representasi superego. Dalam konteks psikologi kepribadian, perwujudan ego terlihat dalam upaya mengelola dorongan-dorongan id agar sesuai dengan realitas.

Pertentangan antara id dan superego dalam konflik ini menunjukkan kompleksitasnya, di mana keinginan untuk memiliki tanah air bertabrakan dengan pertimbangan etika. Selain menjadi masalah regional, konflik ini memiliki dampak global, memerlukan pemahaman mendalam dan upaya bersama untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Kesimpulannya, penyelesaian konflik Israel-Palestina membutuhkan pengakuan terhadap kompleksitasnya dan komitmen bersama untuk mencapai solusi yang memperhitungkan kebutuhan dasar, etika, dan kesejahteraan kedua belah pihak.

Link Video Podcast: https://www.youtube.com/watch?v=HXrEU4UHszI

DAFTAR PUSTAKA

Habsy, B. A., Mufidha, N., Shelomita, C., Rahayu, I., & Muckorobin, M. I. (2023). Filsafat Dasar dalam Konseling Psikoanalisis: Studi Literatur. Indonesian Journal of Educational Counseling, 7(2), 189-199.

Vitry, H. S., Syamsir, S., Ummatin, K., Azzahra, M. H., Amanda, A. P., & Suci, D. P. (2023). 

KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA “ANALISIS MANAJEMEN KONFLIK YANG MEMPENGARUHI MENTAL HEALTH ANAK ANAK PALESTINA”. Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 2(2), 46-56.

Sari, M. I., & Rokhmansyah, A. (2023). Potret Tokoh Trapani “Si Anak Mami” dalam Novel Laskar Pelangi Menurut Teori Psikolanalis Sigmund Freud. Journal of Literature and Education, 1(2), 57-64.

Siallagan, S. J., Sugiarti, D. H., & Hartati, D. (2021). Analisis Aspek kepribadian Tokoh Utama Kumpulan Cerpen Nasib Seorang Penebang Kayu dan Kisah Lainnya Karya Soesilo Toer. In Seminar Internasional Riksa Bahasa (pp. 391-398).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun