Mohon tunggu...
Giffa satria putra
Giffa satria putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa aktif semester 3 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangungan Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Israel dan Palestina

12 Desember 2023   09:53 Diperbarui: 12 Desember 2023   09:55 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar masyarakat dunia menganggap bahwa konflik antara Israel dan Palestina memiliki dimensi agama. Namun, akar konflik sebenarnya berasal dari persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina.  Konflik  ini  timbul  karena  bangsa  Yahudi  berkeinginan  untuk mendirikan  tanah  air nasional  di  tanah  Palestina.  Mereka  menganggap  Palestina sebagai  tanah  yang  dijanjikan,  dengan keyakinan  bahwa  Yerusalem  harus  menjadi ibu  kota  Israel.

Israel yang merupakan pendatang dan memiliki keinginan besar untuk memiliki wilayahnya sendiri dapat dikategorikan sebagai id. Id di sini maksudnya adalah kebutuhan  dasar  manusia  yang  mendasarkan  pada  prinsip  kesenangan  yang  berusaha memuaskan semua keinginan dan kebutuhan. Jika ini tidak tercapai, ketakutan dan ketegangan muncul. Lalu, keinginan Israel yang besar untuk mengambil alih wilayah Palestina yang dianggap sebagai jantung hati dunia Arab karena wilayah negara Palestina yang sangat   strategis   karena   menjadi   titik hubungan  antara  benua  Asia,  Afrika,  dan  Eropa termasuk ke dalam superego. Superego disini maksudnya adalah komponen moral dalam kepribadian, yang muncul dari pengajaran orang tua atau norma  dan  nilai  sosial,  berdasarkan  pada  prinsip  moral  dan  penilaian  etika.  Superego  dan  ego  memiliki kemampuan  untuk  mengambil  keputusan  yang  serupa  terkait  suatu  hal; superego  membuat  keputusan berdasarkan  standar  moral,  sementara  ego  mengambil  keputusan  dengan  mempertimbangkan  pandangan orang lain. Kemudian ego mereka yang bertindak untuk memilih mengikuti id atau superego yang ada. Namun, mereka lebih memilih untuk mengikuti superego dan melakukan genosida di Palestina serta merebut wilayah mereka. Hal ini dapat dikategorikan sebagai ego. Ego  merupakan  bentuk  pertanggungjawaban  dari  kepribadian  dalam  menghadapi  realitas.  Proses sekunder  menjadi  sarana  yang  digunakan  oleh  ego  untuk  mencapai  tujuannya.  Proses  ini  bertujuan  untuk mengurangi  ketegangan  dan  menemukan  objek  yang  dapat  memenuhi  kebutuhan.  Secara  sederhana,  fungsi ego adalah mengelola dorongan-dorongan dari id agar sesuai dengan realitas.

KESIMPULAN

Konflik Israel-Palestina, salah satu yang terpanjang dan paling kompleks dalam sejarah kontemporer, berasal dari pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Pertempuran berkepanjangan melibatkan perlawanan dari pejuang rakyat Palestina dan pasukan militer Israel, menciptakan ketegangan yang belum surut sejak dimulainya konflik. Meskipun banyak yang menganggap dimensi agama sebagai penyebab konflik, akar sebenarnya adalah persaingan klaim atas tanah di wilayah Palestina. Bangsa Yahudi menginginkan tanah air nasional di tanah Palestina, memandangnya sebagai tanah yang dijanjikan dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dalam analisis psikologis, keinginan Israel untuk mengambil alih wilayah Palestina dapat dikategorikan sebagai dorongan dari id, mendasarkan pada prinsip kesenangan untuk memuaskan kebutuhan dasar manusia. Namun, aspek moral dan etika dalam tindakan ini dapat diinterpretasikan sebagai superego, yang seharusnya memandu tindakan manusia berdasarkan norma dan nilai sosial. Konflik ini mencerminkan pertarungan antara kebutuhan dasar manusia, dorongan id, dengan pertimbangan moral dan etika, representasi superego. Dalam konteks psikologi kepribadian, perwujudan ego terlihat dalam upaya mengelola dorongan-dorongan id agar sesuai dengan realitas.

Pertentangan antara id dan superego dalam konflik ini menunjukkan kompleksitasnya, di mana keinginan untuk memiliki tanah air bertabrakan dengan pertimbangan etika. Selain menjadi masalah regional, konflik ini memiliki dampak global, memerlukan pemahaman mendalam dan upaya bersama untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Kesimpulannya, penyelesaian konflik Israel-Palestina membutuhkan pengakuan terhadap kompleksitasnya dan komitmen bersama untuk mencapai solusi yang memperhitungkan kebutuhan dasar, etika, dan kesejahteraan kedua belah pihak.

Link Video Podcast: https://www.youtube.com/watch?v=HXrEU4UHszI

DAFTAR PUSTAKA

Habsy, B. A., Mufidha, N., Shelomita, C., Rahayu, I., & Muckorobin, M. I. (2023). Filsafat Dasar dalam Konseling Psikoanalisis: Studi Literatur. Indonesian Journal of Educational Counseling, 7(2), 189-199.

Vitry, H. S., Syamsir, S., Ummatin, K., Azzahra, M. H., Amanda, A. P., & Suci, D. P. (2023). 

KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA “ANALISIS MANAJEMEN KONFLIK YANG MEMPENGARUHI MENTAL HEALTH ANAK ANAK PALESTINA”. Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial, 2(2), 46-56.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun