Mohon tunggu...
gifaritaufani
gifaritaufani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa, Penulis, Pujangga, Konten Kreator

Ghiffari Taufani adalah seorang mahasiswa fakultas bahasa Arab di LIPIA, Jakarta, berasal dari kota Cianjur dan kini sudah menikah. Dia pernah beberapa kali mengikuti lomba cerpen dan artikel. Dia tergabung di komunitas penulis FLP cabang Cianjur. Sudah pernah menerbitkan 4 buku secara mandiri dan sering menulis opini-opini dan puisi. Kini dia mulai membuat konten sederhana di akun Instagramnya berisikan pikiran-pikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencermati Arti Mukjizat Al-Quran dari Segi Bahasa

15 November 2024   06:14 Diperbarui: 15 November 2024   06:18 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja, mereka sangat-sangat terpengaruh, maka dari itu, para pembenci Islam dari kafir Quraisy melarang manusia dari mendengar Al-Quran, mereka melarang mendekati majelis Rasulullah, karena mereka tahu bahwa jika manusia mendengarkan Al-Quran mereka akan terpengaruh olehnya, sebagaimana firman Allah,

Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Alquran ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka)." (Fussilat: 26)

Terus, apa yang menghalangi mereka dari iman?

Yaitu, keras kepala dan sombong, atau gengsi. Mereka tak mau percaya pada kemujizatan Al-Quran yang dibawakan oleh Rasulullah, karena mereka merasa bahwa Rasulullah ini "anak baru lahir". Walaupun hati kecil mereka berkata bahwa mereka percaya akan kebenaran Al-Quran dan Rasulullah tidak mungkin berdusta karena seluruh orang Arab sudah mengenal perangai Rasulullah sebagai Al-Amin (orang yang terpercaya).

Sebagai contoh, Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Al-Akhnas bin Syariq pernah mengendap-endap untuk mendengar bacaan Al-Quran Rasulullah ketika beliau shalat, mereka berpencar sehingga mereka tidak berkumpul di tempat yang sama, mereka duduk mendengarkan bacaan itu hingga fajar. Ketika fajar, mereka pun bertemu dan berkata salah satu di antara mereka, "Jangan kembali lagi, kalau ada salah satu dari kalian kembali lagi, aku akan lakukan sesuatu padanya."

Keesokan harinya, mereka kembali di tempatnya masing-masing, dan saling bertemu lagi ketika fajar dan berkata salah satu dari mereka, "Jangan kembali lagi, kita ambil janji."

Lalu, Al-Akhnas bertanya pada Abu Jahal, "Bagaimana pendapatmu soal bacaan tadi?"

Ia menjawab, "Hah! Apa yang aku dengar tadi! Aku tak akan percaya selamanya!"

Tatkala mereka berjalan berdua saja, Al-Akhnas bertanya lagi, "Wahai Abul Hikam (julukan asli Abu Jahal), apakah Muhammad itu adalah orang jujur atau pembohong? Beritahu aku, tak ada orang lain yang mendengarkan perkataanmu selain aku." 

Kemudian Abu Jahal menjawab, "Demi Allah, aku percaya bahwa Muhammad adalah orang jujur, dan dia tak akan pernah berdusta, hanya saja kalau Bani Qushay (salah satu kabilah Quraisy yang Rasulullah berasal dari sana) mengambil urusan Bendera (simbol persatuan Quraisy), Pemberian air pada jamaah haji, Hijabah (urusan pengurusan Ka'bah), Darun Nadwah, dan (sekarang) Nubuwah, maka apa yang akan diurusi oleh kabilah Quraisy yang lain?." Di Sini Abu Jahal mempolitisi masalah.

Bahkan orang kafir Arab kala itu pun mengakui kemukjizatan Al-Quran, hanya saja mereka hasad (iri-dengki) kepada Nabi Muhammad karena Al-Quran tidak turun kepada para pembesar Arab, sebagaimana Allah berfirman,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun