Mohon tunggu...
Wahyu Gievari Hidayat
Wahyu Gievari Hidayat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis Itu nikmat. Maka, nikmatilah menulis...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Babu...

25 Agustus 2015   14:09 Diperbarui: 25 Agustus 2015   14:21 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Memang Imah ngomong begitu?”

Elis diam lalu menelengkan kepala

“Ma?”

“Ya, pastilah.” Wajah Elis cemberut

“Belum tentu juga kan, Ma? Tidak baik berprasangka buruk.”

Tiba-tiba Elis diserang rasa bersalah. Betul juga kata Mas Hendro. Pikirnya. Tapi sudah terlanjur basah. Elis sudah mengusir Imah dari rumah.

Setelah kejadian itu, Elis lebih suka merenung di dalam kamar. Persisnya menangis. Laila dan Imah telah membangkitkan memorinya. Dalam dan jauh. Sesungguhnya ia takut ditinggalkan sang suami. Lelaki yang sangat ia cintai.

Elis sadar selama 10 tahun pernikahanya ia belum bisa memberikan anak kepada Hendro. Apakah gara-gara ini Papa lantas berpaling? Pa, mama sayang kamu. Jangan tinggalkan mama. Tapi, maafkan mama yang belum bisa memberikan kamu keturunan. Pikiran Elis berkecamuk penuh tanda tanya, hatinya kacau. Tangisnya pecah lagi. Ia membasuh wajahnya dengan air mata.

Elis juga sadar telah bersikap kasar kepada dua pembantunya. Padahal, ia tahu ia juga pernah ada dalam posisi itu. Elis masih ingat betul bagaimana ia memendam rasa cemburunya terhadap seorang lelaki yang kini menjadi suaminya. Ia sadar kalau dulu ia juga seorang babu di rumah Hendro. Babu yang kemudian masuk dalam kehidupan Hendro dan berubah status menjadi majikan. Ia resmi menjadi istri Hendro setelah istri pertama Hendro memilih kabur dengan lelaki lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun