Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Pelukis Permaisuri Bopeng

16 November 2016   13:33 Diperbarui: 16 November 2016   13:42 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Silakan meninggalkan ruangan, lukisan akan segera dinilai dewan juri!" ia menambahkan.

Si pelukis karbitan terlihat paling dulu meninggalkan ruangan. Bahkan sebelum panitia menutup mulutnya di akhir pengumuman lisan. Tapi banyak pelukis lain yang terlihat kaget dan kebingungan saat mendengar pengumuman. Akhirnya, sebagian besar di antaranya membawa serta karya mereka keluar ruangan… karena belum selesai .. atau bahkan belum ada sedikitpun coretan. Sebagian membawa serta alat lukis yang harganya setara kiloan emas di pasaran meski sejatinya bukan milik mereka.

Panitia pun heran. Perasaan sih, waktunya lebih dari cukup untuk menyelesaikan sebuah lukisan, bahkan oleh pelukis pemula sekali pun. Terus ngapain saja mereka barusan? Kalau soal alat lukis yang dibawa pulang, panitia pun tak mempermasalahkan. Karena masih banyak alat lukis yang ditinggalkan dan itu bakal jadi jatah panitia.

***

Sekarang waktunya penjurian. Dewan juri yang hanya beranggotakan dua orang pria kakak beradik, berkeliling memeriksa lukisan. Cukup lama mereka memeriksa, kadang terlihat mengelus-elus kanvas di hadapannya sambil menarik nafas panjang tapi tertahan-tahan.

Panitia yang tak sabar menunggu terlalu lama segera mengingatkan," Tuan dewan, mohon segera diputuskan lukisan mana yang paling elegan!"

Yang diingatkan kaget bukan kepalang. Entah kenapa wajah mereka berdua tersipu-sipu kemalu-maluan. Segera keduanya terlihat serius berdiskusi. Akhirnya terpilihlah sebuah lukisan. Dewan juri memutuskan lukisan itulah yang paling elegan dan pelukisnya berhak atas hadiah kemenangan.

Panitia lega. Lukisan itu memang indah sekali, sangat mirip objek aslinya, sang permaisuri yang seksi jelita. Pantas saja dewan juri tergoda lama-lama mengelus-elusnya tadi.

Oleh ketua panitia, keputusan dewan juri diberitahukan pada Tuan Horen dan Permaisuri. Lukisan yang dinobatkan paling elegan dibawa serta. Tuan Horen tersenyum senang sekaligus cemburu. Ia tak suka gambar lukisan itu dipelototi orang lain, meski itu panitia dan dewan jurinya. Karena di mana-mana laki-laki sejati itu sama; sama-sama tertarik pada keindahan wanita.

Namun, Tuan Horen menyembunyikan rasa cemburunya. Ia ingin terlihat sempurna di mata rakyatnya. Lukisan yang menurut dewan juri paling elegan itu pun disetujuinya. Sang permaisuri pun tersenyum gembira, tak menyangka jika dirinya ternyata sangat cantiknya. Ia pun jatuh cinta pada lukisannya sendiri. Diamatinya lukisan itu sambil tersenyum-senyum sendiri. Tapi ….

"Oh, tidakk‼‼" sang permaisuri tiba-tiba menjerit sambil meraba pipinya sendiri. Tuan Horen terkejut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun