Kalau Pak Djarot yang lama di Jawa Timur tentu lebih akrab dengan ludruk. Dari sisi genre bahasa yang digunakan, ludruk bisa dikatakan sebagai lenongnya Jawa Timur. Sebaliknya, lenong bisa dikatakan sebagai ludruknya Jakarta. Jadi, jangan mengira kalau Pak Djarot tak bisa ngelenong. Mungkin background-nya yang akademisi (dosen) membuatnya terbiasa mengendalikan mimik muka dan tutur kata.
Namun secara potensi teatrikal, pasangan calon ini bukan cocok ngelenong atau ngeludruk, melainkan cocok sebagai pasangan kuda lumping alias jathilan. Karena akronim kombinasi nama keduanya sering diteriakkan dalam pertunjukan kuda lumping, yaitu "Hok–Dja … Hok–Dja…"
Tapi hati-hati, biasanya ada yang kesurupan. Baru dengar "hok-dja .. hok-dja" saja sudah panas badannya dan mencak-mencak ala silat Cimande, Cikalong, Cikeas… #isssh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H