Untunglah masa seperti itu tidak terlalu lama. Kami mulai bosan dan jenuh dengan permainan itu. Apalagi korban-korban sudah hafal dan cuma tertawa saat teror kami menggema mengiringi lewatnya mereka. Teror akustik kami tak ampuh lagi, tak seronok, tak asyik lagi. Kami pun berhenti. Pasukan teror akustik sepakat jadi veteran.
Itulah cerita tentang salah satu mainan kami. Mainan tak beli yang kami cari bahannya dan kami rakit sendiri. Meski tak terpuji, paling tidak, ada bentuk dan bukti akan kreativitas kami. Mohon beri kami maaf dan berlapang dada. Kreativitas anak-anak kadang memerlukan objek penderita.
Secara filosofi kami sebenarnya punya pembelaan. Bahwa di manapun orang berjalan harus selalu waspada, jangan melamun dan jangan bengong. Pokoknya aja kagetan kalau orang Jawa bilang. Maka teror akustik kami bisa jadi pelatihan. Tapi alasan itu hanya kami cari-cari saja. Sengaja mengagetkan orang, apalagi orang tua, tetap saja tak baik adanya. Maka ini sekadar cerita untuk dibaca. Bukan untuk ditiru oleh siapa saja, terutama jika tanpa bimbingan mama–papa atau ayah–bunda.
Daa.. daa..
–
dolanan = mainan
slentik = sentil
aja kagetan = jangan mudah terkejut
wura-wari bang = semacam tanaman bunga lonceng yang biasa digunakan sebagai pagar hidup
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H