Mohon tunggu...
Gian Sugianto
Gian Sugianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Profil Gian Sugianto

Kerja Keras Tidak Pernah Menghianati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Program Makan Bergizi : Apa yang Terjadi Ketika Tujuan Sosial Diterpa Kepentingan Bisnis?

12 Januari 2025   13:57 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Makan Bergizi (MBG): Ketika Niat Baik Terkendala Kepentingan Pribadi

Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam mengatasi masalah stunting dan kekurangan gizi pada anak-anak. Program Makan Bergizi (MBG), yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto, diharapkan menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Dengan tujuan memberikan makanan bergizi kepada keluarga miskin, program ini seharusnya memberikan dampak positif langsung pada kesehatan masyarakat dan juga membuka peluang ekonomi bagi mereka yang berada di level bawah.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam berbagai inisiatif besar lainnya, pelaksanaan MBG menghadapi tantangan berat. Di balik niat baik pemerintah, ada fenomena yang patut dicermati: program ini malah dimanfaatkan oleh mereka yang tidak memiliki kaitan langsung dengan sektor katering, tetapi berlomba-lomba untuk meraup keuntungan pribadi. Ada kekhawatiran bahwa program yang seharusnya menghidupkan ekonomi masyarakat bawah, justru malah menguntungkan pemain besar yang sudah menguasai sektor bisnis.

Kritik dari Budiman Sujatmiko: Fokus pada Ekonomi Kelas Bawah

Budiman Sujatmiko, Kepala Badan Pengentasan Kemiskinan, pernah dengan tegas mengingatkan bahwa MBG harus bisa menghidupkan ekonomi masyarakat bawah. Dalam beberapa kesempatan, ia menekankan bahwa tujuan utama program ini bukan sekadar pemberian bantuan makanan, tetapi lebih kepada bagaimana menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi kalangan bawah. Bagi Budiman, jika program ini hanya menguntungkan pihak-pihak besar yang sudah berada di atas, maka esensi pemberdayaannya akan hilang.

Sebagaimana diungkapkan oleh Budiman, sektor ekonomi bawah, seperti usaha mikro dan kecil, seharusnya menjadi pemain utama dalam program ini. Mereka adalah pihak yang memiliki pengalaman langsung dalam menyediakan makanan bagi masyarakat lokal, yang sudah lama hidup berdampingan dengan kebutuhan gizi warga. MBG, jika dijalankan dengan benar, seharusnya membuka pasar bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) agar mereka bisa berkembang melalui kerjasama dengan pemerintah.

Namun kenyataannya, pemain besar dengan modal kuat justru menjadi aktor dominan dalam implementasi program ini. Mereka yang sebelumnya tidak ada kaitannya dengan bisnis katering atau distribusi makanan, kini berhasil meraih kontrak besar untuk memasok makanan dalam skala nasional. Mereka tidak hanya menguasai pasar, tetapi juga mendominasi sumber daya yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pengusaha lokal.

Penyalahgunaan Program: Dari Katering ke Bisnis Jebakan

Salah satu persoalan terbesar dalam implementasi MBG adalah keterlibatan pihak-pihak yang tidak memiliki latar belakang atau pengalaman dalam bisnis katering. Banyak orang yang terjun ke dunia katering dan pengadaan makanan hanya untuk mengambil keuntungan dari dana program yang digelontorkan pemerintah. Munculnya aktor-aktor baru yang hanya mengejar keuntungan finansial ini mengancam keberlanjutan tujuan asli MBG.

Sebagai contoh, beberapa perusahaan besar yang sebelumnya tidak terlibat dalam bisnis pangan, kini terjun dalam pengadaan makanan bergizi melalui program ini. Mereka memperoleh kontrak-kontrak besar dengan nilai yang fantastis, sementara pelaku UMKM yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam menyediakan makanan sehat untuk masyarakat lokal justru terpinggirkan. Program yang seharusnya memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat bawah, malah justru menguntungkan segelintir orang yang hanya melihat peluang ini sebagai cara untuk menambah pundi-pundi kekayaan mereka.

Mengapa Ini Menjadi Masalah?

Tantangan utama dalam penyalahgunaan program ini adalah ketimpangan dalam distribusi manfaat ekonomi. Seharusnya, MBG dapat memberdayakan pelaku usaha kecil yang berbasis di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Program ini bisa menjadi jembatan untuk menciptakan pasar yang lebih luas bagi mereka yang sebelumnya kesulitan berkembang. Namun, jika pihak-pihak besar yang sudah kaya raya mengambil alih, maka program ini tidak akan memiliki dampak yang signifikan bagi ekonomi kelas bawah.

Fenomena ini juga mencerminkan kurangnya transparansi dan pengawasan dalam proses pengadaan dan distribusi makanan. Program sebesar MBG membutuhkan sistem yang lebih kuat dan terorganisir agar setiap anggaran yang digelontorkan benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Jika tidak, maka bukan hanya tujuan pemberdayaan ekonomi yang gagal tercapai, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah akan semakin menurun.

Solusi: Mengembalikan Kepercayaan dan Fokus pada Pengusaha Lokal

Untuk memperbaiki implementasi MBG, diperlukan evaluasi yang lebih mendalam terhadap mekanisme pengadaan dan distribusi. Pemerintah perlu memastikan bahwa program ini benar-benar dapat membuka peluang bagi pelaku usaha lokal, bukan hanya menjadi ajang keuntungan bagi pemain besar yang sudah mapan.

Salah satu langkah konkret yang bisa diambil adalah dengan memastikan bahwa UMKM diberi akses yang lebih mudah dalam mengikuti tender pengadaan makanan bergizi. Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pengusaha kecil agar mereka dapat memenuhi standar kualitas yang diperlukan dalam program MBG. Selain itu, perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan bahwa anggaran yang dikeluarkan tepat sasaran dan tidak jatuh ke tangan mereka yang hanya mengejar keuntungan pribadi.

Membangun Ekonomi yang Berkelanjutan

Pada akhirnya, MBG bukan hanya tentang pemberian makanan bergizi, tetapi tentang bagaimana menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat bawah. Program ini seharusnya menjadi alat pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan, yang tidak hanya menanggulangi masalah gizi, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal.

Jika program ini benar-benar dijalankan dengan prinsip keadilan dan transparansi, maka MBG bisa menjadi model sukses pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin. Namun, jika terus diwarnai dengan penyalahgunaan dan monopoli oleh pihak-pihak yang tidak memiliki niat baik, maka MBG hanya akan menjadi ilusi belaka, yang tidak membawa perubahan nyata bagi mereka yang paling membutuhkan.

Dengan pengawasan yang lebih baik dan komitmen untuk melibatkan lebih banyak pengusaha kecil, Program Makan Bergizi bisa menjadi alat yang efektif dalam mengatasi masalah gizi sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat Indonesia.

Menciptakan Keadilan dalam Implementasi Program MBG

Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan, MBG harus bisa memastikan bahwa distribusi makanan bergizi berjalan dengan adil, dan manfaat program tidak hanya terpusat pada pihak-pihak besar yang sudah mapan. Dibutuhkan pendekatan yang lebih inklusif, yang mampu melibatkan lebih banyak pelaku usaha mikro dan kecil yang memiliki hubungan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan.

Penting bagi pemerintah untuk membuka peluang bagi kelompok-kelompok ini dengan menciptakan mekanisme yang adil dalam pengadaan barang dan jasa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan prioritas kepada pelaku UMKM yang berada di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi. Misalnya, program ini bisa menyertakan kriteria lokalitas dan kebutuhan pengusaha kecil untuk ikut serta dalam proses pengadaan. Dengan demikian, pelaku usaha kecil di daerah-daerah yang membutuhkan akan lebih mudah mendapat kesempatan untuk berpartisipasi.

Selain itu, pengawasan yang lebih ketat dari pihak berwenang juga sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya korupsi atau monopoli. Pemerintah perlu memastikan bahwa tidak ada pihak yang dapat dengan mudah mendapatkan kontrak hanya karena memiliki koneksi atau pengaruh besar, tanpa memperhatikan apakah mereka benar-benar berkomitmen untuk mendukung tujuan program. Melibatkan lembaga independen atau organisasi masyarakat sipil dalam pengawasan ini juga bisa menjadi langkah positif untuk menambah transparansi dan akuntabilitas.

Pentingnya Pendidikan dan Pendampingan untuk UMKM

Tidak hanya sekadar memberi peluang, tetapi para pelaku UMKM juga harus dibekali dengan kemampuan yang cukup untuk dapat bersaing dalam program MBG. Oleh karena itu, program pendampingan dan pendidikan sangat penting untuk memastikan bahwa mereka bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal kualitas makanan bergizi, pengelolaan logistik, dan manajemen usaha.

Bentuk pendampingan ini bisa dilakukan dalam bentuk pelatihan yang membantu pengusaha lokal memahami standar kualitas makanan yang dibutuhkan dalam MBG, serta bagaimana cara mengelola usaha mereka dengan lebih efisien. Pendampingan ini juga bisa mencakup manajemen keuangan dan pemasaran produk yang dihasilkan, agar UMKM bisa berkembang secara berkelanjutan dan tidak hanya menjadi supplier sementara yang bergantung pada proyek pemerintah.

Menjaga Kepercayaan Publik terhadap MBG

Kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah sangat penting agar program seperti MBG bisa berhasil. Ketika masyarakat melihat bahwa anggaran untuk makanan bergizi justru mengalir ke kantong orang-orang yang tidak memiliki niat baik, kepercayaan mereka akan terkikis. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menjaga transparansi dalam setiap langkah implementasi MBG.

Masyarakat juga perlu diajak untuk lebih aktif dalam mengawasi jalannya program ini. Misalnya, melalui forum-forum warga atau kelompok masyarakat yang terlibat dalam pemantauan distribusi makanan, sehingga mereka dapat memberikan feedback langsung tentang kualitas dan keadilan dalam pengadaan. Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga bagian dari sistem pengawasan yang dapat menjaga program tetap berjalan sesuai dengan tujuannya.

Menjaga Esensi Program: Untuk Siapa Sebenarnya MBG?

Pada akhirnya, pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah: untuk siapa sebenarnya Program Makan Bergizi ini dirancang? Apakah untuk kepentingan masyarakat bawah, atau untuk kepentingan kelompok-kelompok yang telah lama menguasai pasar? Program ini harus tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat yang paling membutuhkan, yakni mereka yang berada dalam garis kemiskinan dan kesulitan akses terhadap makanan bergizi.

Jika tujuan awal program ini masih ingin dipertahankan, maka harus ada komitmen kuat dari pemerintah untuk memastikan bahwa MBG tidak jatuh ke tangan mereka yang hanya melihatnya sebagai ladang bisnis. Ini adalah ujian besar bagi kebijakan publik: apakah akan mampu mempertahankan integritasnya, ataukah akan tergerus oleh kepentingan ekonomi yang lebih besar.

Kesimpulan: Mengembalikan Fokus pada Tujuan Utama MBG

Program Makan Bergizi harus menjadi sebuah contoh tentang bagaimana pemerintah bisa berperan aktif dalam memperbaiki kualitas hidup rakyat, terutama mereka yang berada di lapisan paling bawah. Namun, seperti banyak program besar lainnya, MBG menghadapi godaan untuk dimanfaatkan oleh mereka yang hanya melihat peluang ekonomi, bukan untuk mencapainya tujuan sosial yang lebih besar.

Budiman Sujatmiko mengingatkan kita bahwa esensi dari MBG adalah untuk menghidupkan ekonomi masyarakat bawah, bukan sekadar memberi keuntungan kepada pemain besar. Pemerintah harus mampu memisahkan kepentingan bisnis dari tujuan program yang lebih mulia, yakni memberdayakan mereka yang paling membutuhkan. Melalui mekanisme yang lebih transparan, adil, dan inklusif, MBG bisa menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan gizi dan mengurangi angka stunting di Indonesia, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

Jika MBG dijalankan dengan baik, dengan pengawasan yang ketat dan partisipasi aktif dari masyarakat, program ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan lebih sejahtera.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun