Â
Indonesia, dengan lebih dari 75.000 desa di seluruh penjuru negeri, menjadi rumah bagi sebagian besar penduduknya. Desa merupakan tempat di mana pembangunan harus dimulai untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan di tingkat akar rumput. Namun, meski banyak program pemerintah yang dirancang untuk mendorong kemajuan desa, masih ada masalah besar yang menghambat kemajuan tersebut: kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pemerintahan desa, khususnya kepala desa dan perangkatnya.
Masalah SDM rendah di desa bukan hanya soal kurangnya pendidikan atau keterampilan teknis, tetapi juga mencakup masalah sikap, perilaku, dan cara bekerja yang sering kali tidak memadai. Dalam banyak kasus, kepala desa dan perangkatnya tidak menjalankan tugas mereka dengan serius atau semangat yang dibutuhkan untuk memastikan desa berkembang. Hal ini menciptakan masalah serius yang berpengaruh pada pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat.
Sikap dan Attitude yang Lemah: Hambatan Besar bagi Kemajuan Desa
Kepala desa dan perangkat desa memegang peran kunci dalam memastikan bahwa berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat desa dapat berjalan dengan baik. Namun, sikap malas, kurang disiplin, dan tidak ada rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka sering kali menjadi penghambat utama. Dalam banyak kasus, kepala desa dan perangkatnya sering kali dianggap tidak berkomitmen dalam menjalankan tugas mereka dengan maksimal.
Banyak warga desa yang mengeluhkan bahwa kepala desa lebih banyak sibuk dengan urusan pribadi atau mencari keuntungan pribadi daripada memperhatikan kebutuhan masyarakat. Begitu juga dengan perangkat desa yang sering kali terkesan tidak proaktif dan hanya menunggu instruksi dari atas tanpa inisiatif untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi desa mereka.
Sikap seperti ini tidak hanya merugikan kemajuan desa, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa. Masyarakat yang seharusnya merasa dilayani dan diperhatikan, justru merasa diabaikan, yang pada akhirnya berdampak pada apatisme terhadap program-program pemerintah yang diharapkan dapat membawa perubahan positif.
Menjalankan Tugas dengan Semaunya: Kurangnya Profesionalisme
Masalah lainnya yang sering ditemui di pemerintahan desa adalah perilaku yang cenderung semaunya dalam menjalankan tugas. Kepala desa dan perangkat desa terkadang tidak memiliki standar kerja yang jelas dan tidak berpegang pada prinsip profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Salah satu contoh nyata adalah pengelolaan dana desa yang kurang transparan. Meski ada peraturan yang mengatur penggunaan dana desa, sering kali kepala desa dan perangkat desa tidak menjalankan kewajiban mereka untuk melaporkan pengeluaran dengan jujur atau menyusun laporan yang sesuai dengan standar yang berlaku. Dana yang seharusnya digunakan untuk membangun infrastruktur atau program pemberdayaan ekonomi, justru disalahgunakan atau tidak dimanfaatkan secara optimal.
Tidak jarang pula program-program pemerintah yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, justru tidak terlaksana dengan baik karena ketidakpedulian kepala desa dan perangkatnya. Misalnya, bantuan langsung tunai atau program pemberdayaan masyarakat sering kali tidak sampai kepada yang membutuhkan karena lemahnya koordinasi dan ketidakmampuan untuk mengelola sumber daya yang ada.
Tidak Menghargai Waktu: Ketidakdisiplinan dalam Pelayanan Masyarakat
Salah satu masalah lain yang mencuat di pemerintahan desa adalah ketidakdisiplinan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Banyak kepala desa dan perangkat desa yang tidak menepati waktu kerja atau sering absen tanpa alasan yang jelas. Hal ini berpengaruh besar terhadap pelayanan kepada masyarakat, karena warga yang datang ke kantor desa untuk urusan administrasi atau keperluan lainnya sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang memadai.
Ketidakdisiplinan ini juga membuat program-program yang sudah direncanakan menjadi molor atau bahkan terbengkalai. Sebagai contoh, program pembangunan infrastruktur yang seharusnya selesai dalam jangka waktu tertentu sering kali mengalami penundaan karena tidak ada pengawasan atau kurangnya koordinasi antara kepala desa dan perangkatnya.
Penyalahgunaan Kekuasaan dan Korupsi
Selain sikap malas dan ketidakdisiplinan, masalah lainnya yang cukup besar adalah penyalahgunaan kekuasaan. Kepala desa yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat dalam hal kejujuran dan integritas, terkadang malah terjebak dalam praktik korupsi. Penyalahgunaan anggaran desa, baik itu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, menjadi masalah klasik yang tidak kunjung selesai.
Hal ini tidak hanya merugikan masyarakat desa, tetapi juga menurunkan kualitas pelayanan dan pembangunan di desa. Program-program yang seharusnya memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, justru terhambat karena adanya praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh oknum-oknum tertentu.
Mengatasi SDM Rendah di Tingkat Desa: Langkah yang Perlu Ditempuh
Tantangan SDM rendah yang dihadapi oleh kepala desa dan perangkatnya memerlukan perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah. Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah memperkuat pengawasan terhadap kinerja kepala desa dan perangkat desa. Tidak hanya pengawasan administratif, tetapi juga pengawasan terkait dengan integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas.
Selain itu, peningkatan komunikasi antara pemerintah desa dan masyarakat juga sangat penting untuk mencegah ketidakpercayaan yang semakin meluas. Masyarakat harus diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di desa, serta diberi akses untuk melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi.
Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan kepada kepala desa dan perangkatnya mengenai tata kelola pemerintahan yang baik, serta memberikan insentif bagi mereka yang menunjukkan kinerja baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai integritas. Dengan cara ini, diharapkan ada perubahan signifikan dalam kualitas SDM di tingkat pemerintahan desa, yang akhirnya berdampak pada kemajuan desa secara keseluruhan.
Kepala Desa dan Perangkat yang Tidak Memahami Tanggung Jawabnya
Penyebab utama rendahnya kualitas SDM di tingkat pemerintahan desa adalah kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab yang diemban. Banyak kepala desa yang terpilih melalui mekanisme pemilihan umum desa, namun tidak semuanya benar-benar memahami esensi dari jabatan tersebut. Mereka terkadang melihat posisi tersebut lebih sebagai kewenangan atau peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi daripada sebagai amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Perangkat desa yang ada pun sering kali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang tugas mereka dalam menjalankan pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Banyak yang terjebak dalam rutinitas administratif tanpa memperhatikan dampak dari keputusan mereka terhadap masyarakat. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk menjalankan tugas dengan profesional, seperti dalam hal pengelolaan dana desa, pelaksanaan program sosial, atau bahkan dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Ketidakpedulian terhadap Program Pemerintah yang Membantu Masyarakat
Salah satu fenomena yang sering kali terjadi adalah ketidakpedulian kepala desa dan perangkatnya terhadap berbagai program pemerintah yang dirancang untuk membantu masyarakat desa. Misalnya, program pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembangunan infrastruktur desa, atau bantuan sosial untuk masyarakat kurang mampu.
Banyak kepala desa dan perangkat desa yang tidak memprioritaskan pelaksanaan program-program tersebut. Sebagai contoh, dana desa yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan infrastruktur atau mendukung program kesehatan masyarakat sering kali tidak sampai kepada yang membutuhkan. Kepala desa mungkin lebih fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu daripada mendayagunakan dana desa untuk kebaikan bersama.
Fenomena ini sangat merugikan karena tujuan utama dana desa adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki fasilitas umum, dan membuka peluang ekonomi yang lebih luas. Ketika dana desa tidak digunakan sesuai peruntukannya, maka program pemerintah yang seharusnya memberikan manfaat langsung kepada masyarakat menjadi terhambat.
Sikap Semaunya dalam Menjalankan Tugas: Menunda-nunda Pekerjaan yang Vital
Ketidakdisiplinan menjadi masalah besar lain dalam pemerintahan desa. Kepala desa dan perangkat desa sering kali tidak melaksanakan tugasnya dengan semestinya. Proyek-proyek yang sudah disepakati atau kebijakan yang telah ditetapkan kerap kali tertunda tanpa alasan yang jelas. Ketika ada pekerjaan yang memerlukan perhatian mendalam, kepala desa sering kali menganggapnya tidak begitu penting dan lebih memilih untuk menundanya.
Sikap ini mengarah pada pengabaian terhadap kepentingan publik. Salah satu contoh yang sering ditemui adalah penundaan dalam pembangunan infrastruktur penting, seperti jalan desa atau fasilitas umum lainnya. Padahal, pembangunan tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk mendukung aktivitas ekonomi mereka sehari-hari. Ketika tidak ada upaya yang maksimal dalam menyelesaikan proyek tersebut, masyarakat yang seharusnya menikmati hasilnya menjadi frustrasi dan kecewa.
Praktik Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan
Korupsi di tingkat desa adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan. Kepala desa dan perangkat desa sering kali memiliki kontrol penuh terhadap anggaran desa, dan apabila tidak ada pengawasan yang ketat, ini membuka peluang bagi praktik korupsi. Tidak jarang ditemukan kasus di mana kepala desa atau perangkat desa memanipulasi anggaran desa untuk kepentingan pribadi atau kelompok mereka. Korupsi ini tidak hanya merugikan keuangan desa, tetapi juga memperburuk kemiskinan dan ketimpangan sosial di desa.
Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk nepotisme atau favoritisme juga sering terjadi di pemerintahan desa. Kepala desa dapat menunjuk anggota keluarganya atau teman-temannya untuk menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan desa, meskipun mereka tidak memiliki kualifikasi yang memadai. Hal ini tentunya merusak efektivitas dan kualitas pelayanan publik yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.
Tidak Peduli dengan Kebutuhan Masyarakat
Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan masyarakat juga menjadi salah satu ciri dari kepala desa dan perangkat desa yang tidak efektif. Kepala desa seharusnya menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah, mendengarkan aspirasi dan keluhan warganya, serta mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Namun, seringkali mereka tidak cukup peduli dengan kebutuhan warganya dan hanya berfokus pada urusan administratif atau personal.
Sebagai contoh, ketika ada keluhan tentang buruknya kualitas jalan di desa atau masalah dengan pelayanan kesehatan, kepala desa dan perangkatnya terkadang terkesan tidak responsif. Mereka lebih memilih untuk mengabaikan keluhan tersebut daripada mencari solusi yang efektif. Padahal, dengan sedikit usaha dan komitmen, masalah-masalah tersebut bisa diselesaikan, atau setidaknya, ditangani dengan cara yang transparan dan akuntabel.
Solusi untuk Meningkatkan Kualitas SDM Pemerintahan Desa
Untuk mengatasi masalah SDM yang rendah di tingkat pemerintahan desa, beberapa langkah perbaikan sangat diperlukan. Salah satunya adalah meningkatkan pengawasan terhadap kinerja kepala desa dan perangkatnya. Pemerintah pusat dan daerah harus lebih tegas dalam memastikan bahwa setiap kepala desa dan perangkatnya menjalankan tugas dengan integritas dan profesionalisme.
Selain itu, pembentukan sistem pelaporan yang transparan dan akuntabel juga penting untuk memonitor penggunaan dana desa dan pelaksanaan program-program pemerintah. Masyarakat juga harus diberdayakan untuk turut serta dalam pengawasan, baik melalui forum musyawarah desa maupun mekanisme lain yang memungkinkan mereka memberikan masukan atau melaporkan jika ada penyalahgunaan wewenang.
Akuntabilitas dan Transparansi Sebagai Kunci Pembangunan Desa
Kunci utama untuk memperbaiki kualitas SDM di tingkat desa adalah akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan pemerintahan desa. Kepala desa dan perangkat desa harus menyadari bahwa mereka bukan hanya pemimpin administratif, tetapi juga pengayom masyarakat yang harus bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Jika kepala desa dan perangkat desa memiliki komitmen untuk bekerja dengan integritas, maka program-program yang dilaksanakan di desa akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Pembangunan desa akan lebih terarah, partisipasi masyarakat akan lebih tinggi, dan hasil yang dicapai akan lebih optimal.
Kesimpulan
Masalah SDM rendah di tingkat kepala desa dan perangkat desa memang menjadi salah satu penghambat terbesar bagi kemajuan desa di Indonesia. Sikap malas, ketidakdisiplinan, penyalahgunaan wewenang, dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan masyarakat menjadi masalah yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan pembangunan desa. Namun, dengan pengawasan yang lebih ketat, peningkatan akuntabilitas, dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, diharapkan desa-desa di Indonesia dapat memiliki pemerintahan yang lebih efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Ke depannya, dengan SDM yang lebih baik di tingkat desa, Indonesia akan mampu menciptakan pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI