Hingga celurit Pak Juder bersarang di leher Eppak, seketika itu juga Eppak terjatuh dan tak bergerak lagi. Sepontan aku berlari menuju halaman rumah, saat aku keluar dari dalam rumah ternyata Pak Juder sudah diamankan oleh warga, dan Eppak dibopong kedalam rumah, darah segar keluar di sekitar tubuh Eppak, aku bingung harus melakukan apa Aku tetap berdiri termenung di halaman rumah, sungguh aku tak tega melihat tubuh Eppak yang penuh dengan darah, rasa sakit yang dialami Eppak seakan aku juga merasakannya. Saat aku tersadar dari lamunanku, aku melihat celurit Eppak yang tergeletak disampingku seketika itu juga kata-kata Eppak terngiang dalam ingatanku.
"Heb, celurit ini sangkolan dari kakekmu yang diberikan kepada Eppak, untuk menjaganya dan menggunakannya. Dan saat besar nanti Eppak akan turunkan celurit ini pada kamu Heb, dan kamu harus menjaganya sebagaimana yang Eppak lakukan."Â
Kulihat lagi celurit Eppak yang masih tergeletak disampingku. Lalu aku beranikan untuk mengambilnya, tangan ku bergetar saat menyentuh celurit yang sudah berlumuran darah. kuangkat celurit Eppak ke atas kepalaku.
"Aku bersumpah, demi celurit sangkolan Eppak. Saat besar nanti akan aku balaskan dendam Eppak."
"Mak, Soheb mau berangkat bekerja dulu." Ucapku setelah semua barang yang ingin kubawa telah siap.
"Hati-hati dijalan cong." Jawab Emmak singkat. Setelah kucium tangan Emmak segera kutinggalkan Emmak. Ditengah perjalanan aku bertemu dengan seseorang yang sangat aku tunggu-tunggu dari dulu.
 "Ooo... rupanya kau telah bebas dari dalam penjara." Gumamku dalam hati. Kini dendamku berkobar lagi. Dendam yang telah tiga belas tahun kupendam. Tak dapat kutahan lagi. Dengan segera, Aku kembali menuju rumah. Tanpa sedikitpun menjawab pertanyaan Emak, aku melangkah menuju sebuah ruangan tempat biasa aku bercumbu sendiri. Aku segera membuka lemari yang sudah tua. Celurit sangkolan Eppak sudah ada ditanganku.
"Hey..... Juder keluar kau, Mati kau sekarang." Ucapku dengan lantang, setelah sampai di depan rumah Pak. Juder, tak lama kemudian pak. Juder keluar dari dalam rumahnya, dengan sebilah celurit terpegang rapi ditangan kanannya.
"Kau yang telah membunuh Eppak, maka sekarang aku yang akan memisahkan kepala itu dari tubuhmu." Itulah gertakan yang keluar dari mulutku, tanpa menunggu komentar, aku berlari dengan celurit yang sudah siap mencari mangsanya. Celuritku semakin liar untuk memotong leher Pak Juder. Saat aku mempunyai kesempatan untuk menebas leher Pak Juder, aku kerahkan semua tenagaku untuk melayangkan celurit sangkolan Eppak ke leher Pak. Juder. Tapi, tebasanku selalu mengenai angin kosong.
"Hentikan cong aku ini adalah ep..." Sebelum Pak Juder menyelesaikan kata-katanya celuritku telah menebas lehernya dan darah segarpun muncrat dari leher Pak Juder. Kepala Pak juder terlepas dari lehernya, kemudian jatuh tak jauh disampingku, dengan seketika tubuh Pak Juder ambruk. Tiba-tiba Emmak berteriak memanggilku.
"Soheb...!" Ucap Emmak sambil meneteskan air mata.