Tepat jam 10.30 Eppak baru datang dengan membawa rumput. Tak biasanya Eppak datang cepat sekali. Emmak menyambut kedatangan Eppak dengan mencium tangan Eppak. Aku tetap berada didalam kamar sambil mengamati Eppak dan Emmak dari salah satu celah dinding kamarku,Â
karena dinding kamarku terbuat dari anyaman bambu yang disusun dengan rapi. Aku lihat Emmak sangat terkejut saat Eppak mengatakan sesuatu. Aku tak tahu apa yang dibicarakan Eppak dan Emmak karena kamarku dengan ruang tamu agak sedikit jauh.
"Hey, Mat Behri, kaloar sampean!" Suara itu membangunkanku dari mimpi yang begitu indah, jambeker disampingku menunju angka15.34.
"Hey, kaluar sampeyan, kalau sampean memang laki-laki!" Suara itu kembali mengagetkanku. Aku langsung mengintip dari celah jendela kamar. Ternyata Pak Juder yang berteriak di halaman rumah, dengan sebilah celurit yang terangkat diatas kepalanya, sedikit ada kilauan dari celurit tersebut, sangat tajam.Â
Tidak lama kemudian Eppak keluar dari dalam rumah dengan celurit yang telah tergantung ditangan kirinya, ternyata celurit itu adalah sangkolan dari kakek yang kelak akan diturunkan kepadaku, kata Eppak dulu. Dalam hati aku bertanya mau apa mereka berdua. Kupandang mereka lebih tajam dengan perasaan yang tidak enak.
"Ri, aku akan mengabulkan keinginanmu sekarang!" Bentak Pak. Juder.
"Aku takkan pernah takut melawan siapapun demi membela keluargaku sendiri, walau nyawa sebagai taruhannya." Setelah Eppak berkata seperti itu, Pak Juder berlari menuju Eppak. Sebuah sayatan menghampiri Eppak, dengan sigap Eppak menghindari sayatan celurit Pak. Juder.Â
Terdengar dentingan celurit yang kemudian  disusul dengan cipratan api akibat dua celurit yang saling beradu. Eppak terus melayangkan serangan, hingga bahu Pak Juder terkena sabetan celurit Eppak, Pak. Juder merintih kesakitan, dia mundur sedikit kearah belakang, dengan mata yang masih menatap tajam kearah Eppak.Â
Tak berselang lama Pak Juder bangkit kembali, dia tidak menghiraukan rasa sakit yang dialaminya. Eppak terus saja menyerang Pak Juder, tanpa memperhitungkan serangan yang akan dilancarkan Pak Juder. Sedikit demi sedikit Pak Juder mulai membangun serangan. Pak Juder semakin membabibuta,
"Classss..." Celurit Pak Juder mengenai perut Eppak. Â Darah segar mulai mengalir dari tubuh Eppak.
"Tolong...tolong...tolong, ada orang carok." Teriak Emmak yang langsung kelur dari dalam rumah. Pak Juder tidak menghiraukan teriakan Emmak tersebut.Â