"Ya... apa salahnya ngaku, kan memang benar aku salah. Kita harus bertanggung jawab kepada apa yang telah kita perbuat." Jawab Faris santai. Taklama kemudian K. Ridho Datang untuk mengimami sholat Dzuhur. Faris dan Bagas menghentikan pembicaraan. Setelah iqomah di kumandankan, K Ridho langsung memulai sholat jemaahnya.
"Ada Faris?" Tanya K. Ridho, setelah sholat jamaah Dzuhur. Faris yang duduk di shof paling belakang terkejut, mendengar dirinya ditanyakan oleh K. Ridho. Tanpa menunggu K. Ridho bertanya dua kali, Faris mengacungkan tangan yang langsung di susul oleh tatapan santri yang lain tak terkecuali K. Ridho.
"Sekarang kamu ikut saya ke ruang tamu." Setelah K. Ridho berkata seperti itu, K. Ridho langsung beranjak dari tempat duduknya, Faris langsung mengikuti K. Ridho turun dari mushalla. Faris semakin bingung kenapa K. Ridho memanggilnya, berbagai pertanyaan menghampiri otaknya.
"Kamu tahu kenapa kamu dipanggil kesini?" Tanya K. Ridho setelah mereka berdua sampai di ruang tamu. Faris hanya menggelengkan kepala tanpa sedikit pun menatap wajah K. Ridho. keringat dingin mulai mengalir di balik baju yang Faris kenakan. Karena memang hanya kali ini dia dipanggil oleh K. Ridho, bahkan hanya berdua tidak ada santri yang lain.
Lalu K. Ridho menjelaskan duduk permasalahannya dari awal. Betapa terkejutnya hati Faris, setelah dia mengetahui alasan kenapa dirinya dipanggil oleh K. Ridho.
"Benar itukan Faris? Saya paling tidak suka orang yang tidak jujur. Maka kamu harus jawab dengan jujur." Suara K. Ridho yang tegas membuat hati Faris berdebar tak karuan. Keringat dingin semakin membasahi bajunya, bahkan keringat yang ada di dahinya mengalir kesamping kanan pipinya.
"Enjih Kiai." Jawab Faris singkat, tanpa sedikitpun melihat wajah K. Ridho, karena dia merasa malu, tertangkap basah telah mengintip santri putri. Tapi, yang sangat menyakitkan bagi Faris, dia ketahuan langsung oleh sang kiai, pengasuhnya sendiri, bukanlah pengurus.
"Maka dari itu, sekarang kamu harus menjalankan hukumannya. Ayo ikut saya." K. Ridho terus berjalan memasuki halaman kompleks santri putri dan Faris mengekor di belakangnya. Semua santri berdiri hormat, saat melihat kedatangan K. Ridho.
"Kamu harus berdiri disini, sampai adzan magrib tiba." Ucap K. Ridho setelah mereka sampai di tengah halaman santri putri. Lalu K. Ridho mengalungkan sebuah kertas keleher Faris yang dibawanya tadi, dan disana terdapat tulisan "MELANGGAR ATURAN PESANTREN. BERUPA MENGINTIP SANTRI PUTRI SAAT BERANGKAT SEKOLAH." Tak lama kemudian K. Ridho pergi meninggalkan Faris di halaman putri. Di sekelilingnya Faris menyadari banyak santri putri yang sedang memperhatikan dirinya. Faris sangat malu sekali telah di perlakukan seperti ini. Faris berkeinginan untuk melarikan diri saja. Tapi, dia sadar bahwa dirinya harus bertanggung jawab atas apa yan telah dirinya perbuat. Dia tidak ingin lari dari tanggung jawab, karena dia bukanlah seorang pengcut.
Faris menatap kearah langit yang sedikit mendung, dia merasa sebentar lagi langit akan meneteskan air mata kebahagiaannya, karena melihat ke adaan dirinya seperti ini.
"Classs..." Setetes air bening menghantam pipinya, Faris membiarkan air itu mengalir hingga jatuh ketanah. Tak lama kemudian beribu tetesan juga menyusul. Semua santri putri berlari mencari tempat berlindung dari guyuran air hujan yang deras sekali, sebagian berlari menuju kamar masing-masing, ada juga yang berlindung di sebuah gubuk kecil yang sudah tua.