Rindu Bunda
teringat aku akan bunda
kala mereka semua di depan mata.
ada bapaknya, Saudara-saudarinya,
beserta keluarga mereka,
walau tidaklah semua.
senangku mengharu biru
dalam diam yang nan syahdu.
mataku berkaca-kaca sendu
bagaikan bunda ada di dekatku,
aku rindu.
tapi hatiku juga sedih,
perih teriris-iris kasih.
rinduku senantiasa masih,
masih melangkah tertatih-tatih.
aku mencintaimu bunda.
maafkan aku, baktiku hanyalah doa.
semoga kau bahagia di sana.
aku mencintaimu juga,
orang-orang yang dekat dengan bunda.
maafkan aku. aku kedinginan setengah mati,
membeku dalam gerak yang tak pasti.
aku bermimpi.
(Trenggalek, 28 Januari 2015)
Dua Orang Tua
dua orang tua,
lelaki dan wanita.
mereka pasangan renta.
sungguh sudah saatnya
beristirahat saja,
diurus oleh anak-anaknya.
tetapi,
di manakah anak-anaknya,
hingga mereka berdua
sebegitu sengsaranya,
mendorong gerobak
di bawah panas terik yang membara,
menjajakan apa saja yang ada
untuk makan ala kadarnya.
namun,
si bapak mengaku bahagia
karena si ibu selalu menyertainya.
penat pun tiada dirasa
karena di sana ada cinta.
(Trenggalek, 28 Januari 2015)
Administrasi Rencana Studi
riuh sekali,
ruangan ini jadi sempit sekali,
ruangan bapak kaprodi.
ratusan mahasiswa menyerbu,
tumpah ruah hingga meluber
jauh dari pintu.
mereka minta dilayani.
biasalah, masalah administrasi,
urusan rencana studi.
sungguh penuh sensasi.
kaprodi bagaikan sesosok selebriti
yang dikejar penggemar sejati.
tanda tangan sana, tanda tangan sini.
tapi cukup ia duduk di kursi,
nyaman sekali ataukah lelah sekali
hmm... kasihan juga bapak kaprodi
namun mahasiswa nggrundel
karena waktu pun dihabisi
harus menunggu hingga dua hari.
adik-adik didahulukan,
kakak-kakaknya harus bersabar
walaupun ada yang diistimewakan.
Hhh... andaikan dibuatkan jadwal sekalian.
(Trenggalek, 28 Januari 2015)
Biarkan Kecantikan Diam
Â
mataku suram,
pandanganku muram.
aku tak sanggup membedakan
mana yang hitam,
mana yang buram,
apakah itu kecantikan,
dan apa pula makna keindahan.
sungguh hanyalah bayangan
yang diterpa oleh hembusan angin malam,
bergentayangan hantu-hantu
menyambut nafsu setan,
sunyi dan terdiam.
tak cukup hanya melihat alam,
atau alam terlalu luas untuk dicengkeram.
aku tak 'kan bersedu sedan,
keluh kesah kasihan.
biarkan!
biarkan kecantikan diam.
tak perlu berjalan-jalan,
karena yang terlihat hanyalah kelam,
hanya sekedar remang-remang.
kecuali, Yang diberkati Tuhan.
(Trenggalek, 29 Januari 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H