Wirid Lazim merupakan pengamalan bacaan yang berupa istighfar, shalawat dan lafaz Laa Ilaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah. Masing-masing dibaca sebanyak 100 kali dan diakhiri dengan Shalawat Fatih. Waktu yang digunakan ketika membaca wirid lazim ialah sebanyak dua kali dalam sehari semalam, yaitu ketika ba’da subuh sampai menjelang waktu dhuha, dan ba’da ashar sampai menjelang sholat isya. Pengamalan wirid lazim tersebut atas waktu-waktu yang sudah diajarkan terdapat keutamaan yang tertulis di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Ahzab ayat 41-42 dan Hadits-hadits Nabi dalam an-Nasa’i. “Apabila pagi setelahshalat Shubuh sampai waktu Dhuha tidak bisa dilakukan, maka waktu wirid lazim sampai waktu Maghrib. Untuk mendapatkan keutamaan yang besar, wirid lazim ini diamalkan sebelum waktu Shubuh dengan syarat harus selesai sebelum waktu Shubuh. Dan apabila sore setelah shalat Ashar sampai shalat Isya tidak dilaksanakan, maka waktunya sampai Shubuh”.
1. Istighfar
Tujuan membaca istighfar ialah untuk membersihkan hati, mensucikan diri dari dosa, dimudahkan dalam segala urusan, dan dapat menenangkan hati. Istighfar dilakukan sebagai langkah awal sebelum melakukan aktiftas ber tawajjuh dan wushul kepada Allah SWT.
2. Shalawat
Shalawat secara harfiah merupakan do’a kita kepada Allah SWT agar menambahkan belas kasih, keagungan kepadanya, dan sebagai bentuk ucapan rasa syukur kita, sebagaimana tercantum dalam Hadits Qudsi yang artinya :
“…Karena mengamalkan hadits qudsi, yaitu firman Allah SWT, ‘Hamba-Ku, kau belum bersyukur kepada-Ku bila kau belum berterima kasih kepada orang (Nabi Muhammad SAW) yang Kulimpahkan nikmat padanya.’ Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah perantara agung bagi kita dalam segala nikmat Allah, bahkan Nabi Muhammad SAW adalah asal penciptaan segenap makhluk, Nabi Adam AS dan lainnya,”
3. Lafaz Laa Ilaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah
Setelah melantukan lafaz istighfar dan ber shalawat, maka terakhir kita lantunkan lafaz Laa Ilaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : "Barang siapa yang awal perkaanya laa ilaha illallah dan akhir perkaannya laa ilaha illallah dan melakukan seribu kesalahan (dosa kecil) dan jika dia hidup seribu tahun, maka Allah tidak akan menanyakan satu dosapun".
Dalam hadits lain juga berbunyi : "Laa Ilaaha Illallah adalah benteng-Ku, maka dia selamat dari siksa-ku".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H