Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Kesimpulan tentang Status Gunung Kerinci, Menanggapi Artikel Hafiful Hadi Sunliensyar

21 Februari 2018   19:43 Diperbarui: 21 Februari 2018   20:03 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dia tempuh Pariang Padang Panjang, maka dia ruang rimba yang dalam, dia turun pematang panjang, tetapat di rojung tanjung babunga mas, dia hendak naki pula gunung Jelatang, maka dia daki gunung Jelatang, berapa lama, dua kali tujuh hari, maka sampailah di puncak gunung Jelatang, maka bertemu bidadari, turun datang langit yang ketujuh.

Muka dia bawa balik kerujung tanjung babunga mas maka nikah nenek Indar Bayang dengan bidadari, maka bergelar Dayang Seti Penghulu 'Alam. Maka beranak empat orang, pertama dayang Seti Malin 'Alam, dua Bujang Pariang, tiga Bujang Hiang, empat Seteri Mato, yaitu Bujang Hiang balik ke batang Bunga, bertempat di tanah abang, Bujang Pariang di Iyang, Seteri Mato".

Selanjutnya dalam Credential Letter dari Yang Dipertuan Pagaruyung untuk Kaampek Suku (Raja Nan Barampek Sungai Pagu,pen) dalam Kerajaan Sungai Pagu yang disimpan oleh Tuanku Rajo Bagindo pucuk pimpinan Kampai nan 24 di Balun dapat pula kita kutip sebagai berikut "iyolah sultan yang menaruh pohon nagotaran (pohon tataran nago,pen) dikaruniakan Allah, iyolah sultan yang manaruah ameh sijato jati patah diliuak pandagangnyo, iyolah sultan yang manaruah curiak cumandang giri sumbiang saratuih sambilan puluah pamancuang sikatimuno, Iyolah sultan yang manaruah lambiang lambuhari batataran sagar jantan, iyolah sultan yang manaruah sewah paduko jati, iyolah sultan yang mampunyoigunuang berapi sandirinyo bakayakan bungo cimpago biru batambahkan bungo sari manjari disitu buluh perindu tampek sagalo burung liar mati". 

Seterusnya dalam Credential Letter/Surat Cap untuk Orang Kaya Ma' Penghulu koleksi Leiden University Library Cod.Or 5825 dari Yang Dipertuan Pagaruyung sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Katalog Teuku Iskandar sebagai berikut "12 yang manaruah pohon nagotaran ialah sultan yang menaruhkan surik simandanggiri memancungkan sandirinyo pamancung sikati muno sumbing seratus Sembilan puluh ialah sultan 13. yang menaruah lambing Lambahari bertatarankan sagar jantan, iyalah sultan yang menaroh sewah  paduko jati bilang pandai ialauh sultan yang menaroh kuda samburani iyalah sultan yang menaruah 14.

Gunung Berapi sendirinya iyalah sultan yang menaruah bunga cempaka kembang biru, ialah sultan yang menaruah bunga sari manjari, ialah sultan yang menaroh buluh 15.perindu tempat segala burung  liar mati semuanya kesana. Ialah sultan yang menaruahh gendang saliguri tabuh pulut pulut bergatang jangat tumo, iyalah sulthan yang menaroh tiang taras jelatang".

Selanjutnya dalam Credential Letter/Surat Cap untuk sicaya koleksi Leiden University Library Cod.Or 4818 A IV "ialah Sultan yang menaruhkan emas Jata Jati Patah diliuk pandagangnya, ialah Sultan yang menaruhkan pohon tataran nago yang bertahtakan sri ratna mutu manikam ialah sultan yang menaruhkan Siriah Pinang Kepala Baru hingga tafakur sendirinya dengan takdir Allah taala, ialah sultan yang menaruhkan Curik Cumandang Giri Sumbing Seratus Sembilan puluh pamancuang sikatimuno pandai mamancungkan sendirinya, ialah Sultan manaruahkan Gunung Bungsu tempat segala wali Allah diam, ialah Sultan yang menaruhkan Gunung Berapibuluh Perindu dibatasi dengan tempat burung liar berhimpun mati, ialah Sultan yang menaruhkan bukik Gombak Sati, ialah Sultan yang menaruhkan Balai batu Lantai batu, ialah Sultan yang menaruhkan sungai emas airnya bunga, ialah sultan yang menaruhkan lembing lambuhari nan bertataran sagar jantan saruangnya kayu gaharu tulisnya Tilawatil Quran". 

Hal yang sama dapat pula kita temui di Credential Letter/Surat Cap Kerajaan Padang Laweh dharmasraya yang saya kutip sebagai berikut "Iyalah Sultan yang mempunyai balai dalam nagari sumpur kudus yang amat indah, tempat ia bermain pada bulan zulhijjah menghadap segala alam dan muazhim, fakih, maulana, kari dan pandita. Berpersembahkan istihar serta memuja Allah.. dst.. Iyalah sultan yang menaruah gunung berapi dan bukit siguntang-guntang, iyalah sultan yang empunya candi mati".

Oleh karena berdasarkan dari tujuh sumber di atas, menemui kenyataan bahwa di dataran tinggi sumatera terdapat dua istilah yakni "Gunung Berapi" yang sama-sama merujuk kepada Gunung Kerinci dan Gunung Merapi sekarang. Saya tidak paham dan tidak bisa menemukan sumber-sumber yang layak unutk menjelaskan bagaimana pembedaan kedua "Gunung berapi" ini di masa yang lampau. Asumsi saya, berangkat dari inilah istilah "Gunung berapi hilir" itu lahir untuk membedakan kedua gunung tersebut. Wallahu'alam.

III. Tentang Batas Sebelah Utara Gunung Kerinci

Dikatakan di dalam artikel saudara Hafiful Hadi Suliensyar tersebut bahwa "Namun, wilayah di sebelah Utara Gunung Berapi sudah termasuk wilayah adat lain yaitu wilayah Kerajaan Sungai Pagu-- yang menjadi cikal bakal Kabupaten Solok Selatan--". Pada tulisan saya yang pertama telah saya mintakan dasar dari pendapat saudara Hafiful Hadi Sunliensyar tersebut, beliau menjawab bahwa "Rantau XII Koto memang tidak familiar dalam telinga masyarakat adat Kerinci, sehingga batas-batas di Utara Wilayah Kerinci selalu disebutkan berwatas dengan Yang dipatuan Marajo Bungsu Bagumbak Putih Bajanggut Merah diam (berkedudukan) di Lekuk (lembah) Sungai Pagu". 

Jawaban kedua yang disampaikan oleh saudara Hafiful tersebut tidak dicantumkan sitasinya sehingga saya mintakan pula kejelasanya pada balasan tulisan saya yang kedua. Namun, sumber dari pernyataan tersebut baru disampaikan pada tulisan beliau yang terakhir sebagai berikut "Pendapat saya tentang YDP Marajo Bungsu Bagumbak Putih Bajanggut Merah berkedudukan di lekuk Sungai Pagu memang berdasarkan tambo tutur lisan (bukan piagam) di Kerinci seperti berikut "Tersekut Gunung Berapi (ke arah Utara), terus ka Gunung Tirai Embun, lepas ka Bukit Amparan Kain, lalu Ka Gunung Kuduk Jawi, lepas ka Batu Sigai Kambing, bertemu dengan Yang Dipatuan Marajo Bungsu Bagumbak Putih Bajanggut Mirah diam di lekuk Sungai Pagu, Kalu Sehinggo itu Mudik ingatkan dio nian, kalo Sehinggo itu hilir ingatkan kito yang Tigo Luhah". Saya sejatinya tidak memaparkan Tambo lisan ini dari awal karena sifatnya yang subjektif, makanya saya kemukakan naskah piagam yang lebih valid".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun