Rhizostoma pulmo atau ubur-ubur lembu memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan Aurelia aurita, dengan diameter lebih dari 50 cm. Tubuhnya lebih padat dan keras, berwarna putih susu atau transparan dengan sedikit semburat biru atau keabu-abuan, serta tepi payung tubuh yang kasar dan menonjol. Tentakel spesies ini lebih besar dan bercabang, biasanya berjumlah sekitar delapan pasang, yang mempermudahnya menangkap plankton sebagai sumber makanan utama. Rhizostoma pulmo lebih sering ditemukan di perairan dalam yang kaya nutrisi dengan arus lebih kuat. Dengan adaptasi terhadap kondisi tersebut, spesies ini memiliki peran ekologis penting sebagai predator plankton dan bagian dari rantai makanan laut, menjaga keseimbangan ekosistem.
Perubahan iklim juga menjadi faktor penting yang memengaruhi keanekaragaman ubur-ubur. Pemanasan air laut akibat perubahan iklim dapat memengaruhi distribusi spesies tertentu, terutama yang lebih sensitif terhadap suhu. Hal ini menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut di masa depan. Selain itu, berkurangnya populasi predator alami seperti ikan besar dan penyu juga memberikan ruang bagi populasi ubur-ubur untuk meningkat, meskipun hal ini dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. Konservasi untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Pantai Kejawanan. Langkah-langkah seperti pengelolaan limbah, penegakan peraturan terkait alat tangkap ramah lingkungan, dan pengawasan kualitas air sangat penting untuk melindungi habitat ubur-ubur. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika ekosistem pesisir dan pentingnya menjaga keberlanjutannya demi kelestarian biodiversitas laut di Indonesia. Ubur-ubur memiliki peran. Dalam ekosistem Pantai Kejawanan sebagai pengatur populasi plankton dan bagian dari rantai makanan laut. Dengan memangsa plankton, ubur-ubur membantu mencegah ledakan alga yang dapat merusak ekosistem perairan. Selain itu, ubur-ubur juga menjadi mangsa bagi predator seperti ikan besar dan penyu, sehingga keberadaannya mendukung keberlanjutan populasi predator tersebut. Ketidakseimbangan dalam populasi ubur-ubur, baik akibat pengurangan predator alami maupun perubahan lingkungan, dapat berdampak negatif pada stabilitas ekosistem di Pantai Kejawanan.
Aktivitas manusia juga memiliki dampak kumulatif terhadap habitat ubur-ubur, termasuk melalui pembuangan limbah domestik, industri, dan mikroplastik. Mikroplastik yang sering ditemukan di perairan pesisir dapat terakumulasi dalam tubuh ubur-ubur, memengaruhi kesehatan serta siklus reproduksi mereka. Kondisi ini tidak hanya mengurangi keanekaragaman spesies, tetapi juga berpotensi mengganggu ekosistem perairan secara keseluruhan. Selain itu, hubungan antara aktivitas manusia dan fluktuasi populasi ubur-ubur menjadi poin penting untuk dikaji lebih dalam. Pembangunan di wilayah pesisir, misalnya, dapat mengurangi area habitat yang penting bagi ubur-ubur, sementara aktivitas pariwisata yang tidak terkontrol dapat meningkatkan polusi di perairan. Di sisi lain, ubur-ubur juga memiliki nilai ekonomi yang belum banyak dieksplorasi di Indonesia. Spesies tertentu memiliki potensi sebagai sumber daya hayati untuk sektor perikanan dan industri makanan, meskipun pemanfaatannya harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak ekosistem.
Dampak perubahan iklim terhadap distribusi ubur-ubur juga merupakan isu yang signifikan. Pemanasan global dapat menyebabkan spesies ubur-ubur tertentu berkembang lebih baik di wilayah dengan suhu air yang meningkat, sementara spesies lain yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu mungkin mengalami penurunan populasi. Penelitian jangka panjang sangat penting untuk memahami dinamika perubahan iklim terhadap populasi ubur-ubur. Hasil penelitian ini juga memiliki manfaat edukasi, baik bagi masyarakat lokal maupun akademisi, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi biodiversitas laut di Pantai Kejawanan.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung pada hari jum'at, 6 Desember 2024. Di Pantai Kejawanan Cirebon. Pengamatan dilakukan pada berbagai kedalaman, serta di beberapa lokasi yang berbeda untuk memastikan data yang representatif. Sampel ubur-ubur dikumpulkan dan dianalisis menggunakan identifikasi taksonomi berdasarkan ciri morfologi, dan faktor-faktor ekologi seperti suhu air, salinitas, dan keberadaan predator.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian Berdasarkan pengamatan, ditemukan dua spesies utama ubur-ubur di Pantai Kejawanan Cirebon, yaitu Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo. Kedua spesies ini mendominasi populasi ubur-ubur di kawasan tersebut, meskipun dalam jumlah yang bervariasi. Aurelia aurita ditemukan lebih melimpah di daerah yang lebih dekat dengan muara sungai, sedangkan Rhizostoma pulmo lebih sering terlihat di perairan yang lebih dalam dan jauh dari pantai. Keanekaragaman spesies dapat dikategorikan cukup tinggi dengan adanya dua spesies dominan. Spesies Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo, memiliki adaptasi unik terhadap lingkungan, Aurelia aurita mendominasi perairan dangkal dengan tubuh transparan dan elastis, memanfaatkan kelimpahan plankton di wilayah tersebut. Sebaliknya, Rhizostoma pulmo lebih banyak ditemukan di perairan dalam yang kaya nutrisi, dengan tubuh besar dan padat sebagai ciri khasnya. Adaptasi ini mencerminkan peran penting kondisi lingkungan dalam mendukung kehidupan ubur-ubur.
Berdasarkan hasil pengamatan pada faktor yang mempengaruhi keanekaragaman Filum Cnidaria Ubur-ubur meliputi kualitas air yang baik, dengan salinitas antara 30-35 ppt dan suhu sekitar 28-30C, ditemukan berhubungan positif dengan kelimpahan ubur-ubur. Ketika kualitas air buruk, misalnya dengan meningkatnya kadar polutan atau penurunan oksigen terlarut, jumlah ubur-ubur berkurang signifikan. Keberadaan predator alami seperti ikan-ikan besar dan penyu tampaknya memengaruhi populasi ubur-ubur, meskipun pengaruhnya tidak signifikan terhadap jumlah ubur-ubur yang ditemukan. Namun, jumlah predator yang berkurang dapat meningkatkan jumlah ubur-ubur karena kurangnya tekanan dari predator. Ketersediaan makanan pada keberadaan plankton dan organisme mikroskopik yang melimpah di sekitar pantai sangat mendukung kelangsungan hidup ubur-ubur, yang sebagian besar bergantung pada makanan berupa plankton. Selain itu terdapat faktor lainnya seperti pengaruh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl, diketahui dapat merusak habitat ubur-ubur dan mengurangi jumlahnya. Meskipun demikian, dalam pengamatan ini, dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap jumlah spesies ubur-ubur. Pembuangan limbah domestik dan industri di sekitar pantai dapat mempengaruhi kualitas air, yang berdampak pada populasi ubur-ubur. Pengamatan menunjukkan bahwa di lokasi dengan tingkat polusi yang tinggi, jumlah ubur-ubur cenderung lebih rendah. Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu air laut, dapat mempengaruhi distribusi spesies ubur-ubur. Beberapa spesies yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu air menunjukkan penurunan jumlah.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di Pantai Kejawanan Cirebon, dua spesies ubur-ubur yang dominan ditemukan, yaitu Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo terdapat struktur morfologi yang diamati Pada spesies Aurelia aurita (Ubur-ubur Bulat) mulai dari bentuk tubuh yang hampir bulat atau seperti payung dengan diameter yang bervariasi antara 15 hingga 40 cm. Tubuhnya terdiri dari lapisan jaringan transparan yang cukup elastis. Tubuh ubur-ubur ini didominasi oleh jaringan mesoglea (lapisan jeli) yang berfungsi sebagai penopang. Tidak ada bagian keras pada tubuhnya, sehingga sangat lentur dan transparan. Bagian tengah tubuhnya memiliki empat saluran radial yang memancar dari pusat tubuh, serta jaringan reniform (seperti ginjal) yang mendukung sistem pencernaan. Selain itu, warna tubuhnya umumnya transparan dengan sentuhan warna biru atau ungu yang lembut. Biasanya, bagian tengah tubuh menunjukkan warna yang lebih gelap, dengan warna biru yang tampak pada struktur gonad yang terletak di pusat tubuh. Aurelia aurita juga memiliki tentakel panjang yang tersebar di sepanjang tepi payung tubuhnya. Tentakel ini digunakan untuk menangkap plankton dan mangsa lainnya. Tentakel berfungsi dalam proses pencernaan dan memiliki kemampuan untuk menyengat mangsa. Di bagian tengah tubuh, terdapat empat gonad yang berfungsi dalam reproduksi, gonad berbentuk seperti kantung yang tampak jelas dengan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan tubuh lainnya. Sedangkan Rhizostoma pulmo, yang dikenal sebagai Ubur-ubur Lembu, memiliki tubuh yang lebih besar dan lebar, menyerupai payung rata dengan diameter lebih dari 50 cm. Â Tubuhnya lebih padat dan keras, dan tepi payungnya terasa kasar dengan tonjolan-tonjolan yang khas. Â Warna tubuhnya transparan, dan dapat terlihat sedikit kebiruan atau keabu-abuan. Tentakelnya bercabang-cabang dan terdapat sekitar 8 pasang, yang menonjol keluar dari tubuh. Â Mulutnya berlubang besar di tengah tubuh, dan tentakelnya membantu dalam menangkap mangsa. Â Rhizostoma pulmo dilengkapi dengan sel penyengat yang berfungsi sebagai alat proteksi dan untuk melumpuhkan mangsanya. Â Habitat yang ideal bagi Rhizostoma pulmo atau Ubur-ubur Lembu adalah di perairan dalam yang kaya akan plankton, sumber makanannya.
SIMPULAN