Delia Agustin 1), Ghina Hashunatil Mar'ah 2), Ulfiyatun Khasanah 3)
Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Â
Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon Jl. Perjuangan Sunyaragi, Cirebon 45132, Jawa Barat, Indonesia.
Email: deliaagustin377@gmail.com 1, ghinahm175@gmail.com 2, Ulfiatunkhasanah2005@gmail.com 3,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman filum Cnidaria ubur-ubur di Pantai Kejawanan Cirebon dengan pendekatan taksonomi dan ekologi. Keanekaragaman spesies ubur-ubur di lokasi ini penting untuk dipahami, mengingat potensi dampaknya terhadap ekosistem pesisir. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sampel ubur-ubur menggunakan jaring di beberapa titik pengamatan pada Pantai Kejawanan. Hasil identifikasi spesies menunjukkan bahwa terdapat sejumlah spesies ubur-ubur dari filum Cnidaria yang beragam. Faktor-faktor yang memengaruhi keanekaragaman ini antara lain kualitas air, ketersediaan makanan, suhu, serta interaksi predator-prey yang ada di ekosistem tersebut. Aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan dan pembuangan limbah, juga turut mempengaruhi kondisi ekologi di wilayah ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keanekaragaman spesies ubur-ubur dan faktor-faktor yang memengaruhinya di Pantai Kejawanan Cirebon.
Keywords: Cnidaria, ubur-ubur, Pantai Kejawanan, keanekaragaman, Cirebon.
PENDAHULUAN
Keragaman hayati (biodiversity atau biological diversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekayaan berbagai bentuk kehidupan di bumi ini mulai dari organisme bersel tunggal sampai organisme tingkat tinggi. Keragaman hayati mencakup keragaman habitat, keragaman spesies (jenis) dan keragaman genetik (variasi sifat dalam spesies). Masyarakat dimanapun berada merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai organisme lain yang ada pada habitat tersebut dan membentuk suatu sistem ekologi dengan ciri sating tergantung satu sama lain. Masyarakat secara alamiah telah mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kehidupan dari keragarnan hayati yang ada di lingkungannya baik yang hidup secara liar maupun budidaya. Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan demikian sangat penting dan menentukan bagi keberlanjutan sektor-sektor seperti kehutunan, pertanian, dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan kepariwisataan, serta sektor sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut Budaya Keanekaragaman hayati dapatdikembangkan sebagai tempat rekreasi atau pariwisata,disamping untuk mempertahankan tradisi.
Filum Cnidaria adalah kelompok hewan akuatik yang memiliki ciri khas berupa sel penyengat atau nematosista yang digunakan untuk menangkap mangsa dan pertahanan diri. Ubur-ubur, yang termasuk dalam kelas Scyphozoa dan Hydrozoa, adalah salah satu anggota penting dari filum ini yang sering dijumpai di perairan pantai. Keanekaragaman spesies ubur-ubur di perairan pesisir dapat mencerminkan kesehatan ekosistem tersebut, karena mereka merupakan indikator dari kualitas lingkungan perairan. Pantai Kejawanan Cirebon, sebagai salah satu lokasi yang memiliki potensi ekosistem pesisir, perlu dianalisis untuk mengetahui seberapa beragam spesies ubur-ubur yang ada di wilayah ini, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keanekaragaman tersebut.
 Cnidaria digolongkan kedalam hewan Invertebrata. Taksonomi Hewan Invertebrata materi Cnidaria ialah mahasiswa memahami tentang ciri umum, ciri spesifik, dan klasifikasi filum Cnidaria, memiliki pemahaman tentang struktur dan fisiologi yang meliputi, sirkulasi, lokomosi dan pergerakan, nutrisi, respirasi, ekskresi, osmoregulasi, system saraf, organ sensoris, reproduksi Cnidaria, mengetahui peranan (nilai ekonomis) hewan Cnidaria dalam kehidupan, serta status konservasi (IUCN). Berdasarkan capaian pembelajaran pada matakuliah Taksonomi Hewan Invertebrata tersebut maka dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan mengidentifikasi hewan Cnidaria berdasarkan ciri umum, ciri spesifik antar kelas, fisiologi, kunci determinasi peranan dan status konservasinya.
Aurelia aurita atau ubur-ubur bulat dikenal dengan tubuhnya yang transparan berbentuk seperti payung dengan diameter 15--40 cm. Di bagian tengah tubuhnya terlihat empat gonad berbentuk kantung yang berwarna lebih gelap, menjadi ciri khas spesies ini. Struktur tubuhnya terdiri dari mesoglea, jaringan elastis seperti gel, yang memberikan kelenturan sekaligus keringanan untuk berenang di perairan dangkal. Tentakel Aurelia aurita panjang dan tersebar di sepanjang tepi tubuh, berfungsi untuk menangkap plankton, yang merupakan sumber makanannya. Spesies ini lebih sering ditemukan di perairan dangkal dengan suhu 28--30C dan salinitas stabil 30--35 ppt, habitat yang kaya plankton. Sebagai bagian dari ekosistem, Aurelia aurita berperan penting dalam mengatur populasi plankton sekaligus menjadi mangsa bagi predator seperti ikan besar dan penyu.
Rhizostoma pulmo atau ubur-ubur lembu memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan Aurelia aurita, dengan diameter lebih dari 50 cm. Tubuhnya lebih padat dan keras, berwarna putih susu atau transparan dengan sedikit semburat biru atau keabu-abuan, serta tepi payung tubuh yang kasar dan menonjol. Tentakel spesies ini lebih besar dan bercabang, biasanya berjumlah sekitar delapan pasang, yang mempermudahnya menangkap plankton sebagai sumber makanan utama. Rhizostoma pulmo lebih sering ditemukan di perairan dalam yang kaya nutrisi dengan arus lebih kuat. Dengan adaptasi terhadap kondisi tersebut, spesies ini memiliki peran ekologis penting sebagai predator plankton dan bagian dari rantai makanan laut, menjaga keseimbangan ekosistem.
Perubahan iklim juga menjadi faktor penting yang memengaruhi keanekaragaman ubur-ubur. Pemanasan air laut akibat perubahan iklim dapat memengaruhi distribusi spesies tertentu, terutama yang lebih sensitif terhadap suhu. Hal ini menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut di masa depan. Selain itu, berkurangnya populasi predator alami seperti ikan besar dan penyu juga memberikan ruang bagi populasi ubur-ubur untuk meningkat, meskipun hal ini dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. Konservasi untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Pantai Kejawanan. Langkah-langkah seperti pengelolaan limbah, penegakan peraturan terkait alat tangkap ramah lingkungan, dan pengawasan kualitas air sangat penting untuk melindungi habitat ubur-ubur. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika ekosistem pesisir dan pentingnya menjaga keberlanjutannya demi kelestarian biodiversitas laut di Indonesia. Ubur-ubur memiliki peran. Dalam ekosistem Pantai Kejawanan sebagai pengatur populasi plankton dan bagian dari rantai makanan laut. Dengan memangsa plankton, ubur-ubur membantu mencegah ledakan alga yang dapat merusak ekosistem perairan. Selain itu, ubur-ubur juga menjadi mangsa bagi predator seperti ikan besar dan penyu, sehingga keberadaannya mendukung keberlanjutan populasi predator tersebut. Ketidakseimbangan dalam populasi ubur-ubur, baik akibat pengurangan predator alami maupun perubahan lingkungan, dapat berdampak negatif pada stabilitas ekosistem di Pantai Kejawanan.
Aktivitas manusia juga memiliki dampak kumulatif terhadap habitat ubur-ubur, termasuk melalui pembuangan limbah domestik, industri, dan mikroplastik. Mikroplastik yang sering ditemukan di perairan pesisir dapat terakumulasi dalam tubuh ubur-ubur, memengaruhi kesehatan serta siklus reproduksi mereka. Kondisi ini tidak hanya mengurangi keanekaragaman spesies, tetapi juga berpotensi mengganggu ekosistem perairan secara keseluruhan. Selain itu, hubungan antara aktivitas manusia dan fluktuasi populasi ubur-ubur menjadi poin penting untuk dikaji lebih dalam. Pembangunan di wilayah pesisir, misalnya, dapat mengurangi area habitat yang penting bagi ubur-ubur, sementara aktivitas pariwisata yang tidak terkontrol dapat meningkatkan polusi di perairan. Di sisi lain, ubur-ubur juga memiliki nilai ekonomi yang belum banyak dieksplorasi di Indonesia. Spesies tertentu memiliki potensi sebagai sumber daya hayati untuk sektor perikanan dan industri makanan, meskipun pemanfaatannya harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak ekosistem.
Dampak perubahan iklim terhadap distribusi ubur-ubur juga merupakan isu yang signifikan. Pemanasan global dapat menyebabkan spesies ubur-ubur tertentu berkembang lebih baik di wilayah dengan suhu air yang meningkat, sementara spesies lain yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu mungkin mengalami penurunan populasi. Penelitian jangka panjang sangat penting untuk memahami dinamika perubahan iklim terhadap populasi ubur-ubur. Hasil penelitian ini juga memiliki manfaat edukasi, baik bagi masyarakat lokal maupun akademisi, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi biodiversitas laut di Pantai Kejawanan.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung pada hari jum'at, 6 Desember 2024. Di Pantai Kejawanan Cirebon. Pengamatan dilakukan pada berbagai kedalaman, serta di beberapa lokasi yang berbeda untuk memastikan data yang representatif. Sampel ubur-ubur dikumpulkan dan dianalisis menggunakan identifikasi taksonomi berdasarkan ciri morfologi, dan faktor-faktor ekologi seperti suhu air, salinitas, dan keberadaan predator.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian Berdasarkan pengamatan, ditemukan dua spesies utama ubur-ubur di Pantai Kejawanan Cirebon, yaitu Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo. Kedua spesies ini mendominasi populasi ubur-ubur di kawasan tersebut, meskipun dalam jumlah yang bervariasi. Aurelia aurita ditemukan lebih melimpah di daerah yang lebih dekat dengan muara sungai, sedangkan Rhizostoma pulmo lebih sering terlihat di perairan yang lebih dalam dan jauh dari pantai. Keanekaragaman spesies dapat dikategorikan cukup tinggi dengan adanya dua spesies dominan. Spesies Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo, memiliki adaptasi unik terhadap lingkungan, Aurelia aurita mendominasi perairan dangkal dengan tubuh transparan dan elastis, memanfaatkan kelimpahan plankton di wilayah tersebut. Sebaliknya, Rhizostoma pulmo lebih banyak ditemukan di perairan dalam yang kaya nutrisi, dengan tubuh besar dan padat sebagai ciri khasnya. Adaptasi ini mencerminkan peran penting kondisi lingkungan dalam mendukung kehidupan ubur-ubur.
Berdasarkan hasil pengamatan pada faktor yang mempengaruhi keanekaragaman Filum Cnidaria Ubur-ubur meliputi kualitas air yang baik, dengan salinitas antara 30-35 ppt dan suhu sekitar 28-30C, ditemukan berhubungan positif dengan kelimpahan ubur-ubur. Ketika kualitas air buruk, misalnya dengan meningkatnya kadar polutan atau penurunan oksigen terlarut, jumlah ubur-ubur berkurang signifikan. Keberadaan predator alami seperti ikan-ikan besar dan penyu tampaknya memengaruhi populasi ubur-ubur, meskipun pengaruhnya tidak signifikan terhadap jumlah ubur-ubur yang ditemukan. Namun, jumlah predator yang berkurang dapat meningkatkan jumlah ubur-ubur karena kurangnya tekanan dari predator. Ketersediaan makanan pada keberadaan plankton dan organisme mikroskopik yang melimpah di sekitar pantai sangat mendukung kelangsungan hidup ubur-ubur, yang sebagian besar bergantung pada makanan berupa plankton. Selain itu terdapat faktor lainnya seperti pengaruh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl, diketahui dapat merusak habitat ubur-ubur dan mengurangi jumlahnya. Meskipun demikian, dalam pengamatan ini, dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap jumlah spesies ubur-ubur. Pembuangan limbah domestik dan industri di sekitar pantai dapat mempengaruhi kualitas air, yang berdampak pada populasi ubur-ubur. Pengamatan menunjukkan bahwa di lokasi dengan tingkat polusi yang tinggi, jumlah ubur-ubur cenderung lebih rendah. Perubahan iklim, khususnya peningkatan suhu air laut, dapat mempengaruhi distribusi spesies ubur-ubur. Beberapa spesies yang lebih sensitif terhadap perubahan suhu air menunjukkan penurunan jumlah.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di Pantai Kejawanan Cirebon, dua spesies ubur-ubur yang dominan ditemukan, yaitu Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo terdapat struktur morfologi yang diamati Pada spesies Aurelia aurita (Ubur-ubur Bulat) mulai dari bentuk tubuh yang hampir bulat atau seperti payung dengan diameter yang bervariasi antara 15 hingga 40 cm. Tubuhnya terdiri dari lapisan jaringan transparan yang cukup elastis. Tubuh ubur-ubur ini didominasi oleh jaringan mesoglea (lapisan jeli) yang berfungsi sebagai penopang. Tidak ada bagian keras pada tubuhnya, sehingga sangat lentur dan transparan. Bagian tengah tubuhnya memiliki empat saluran radial yang memancar dari pusat tubuh, serta jaringan reniform (seperti ginjal) yang mendukung sistem pencernaan. Selain itu, warna tubuhnya umumnya transparan dengan sentuhan warna biru atau ungu yang lembut. Biasanya, bagian tengah tubuh menunjukkan warna yang lebih gelap, dengan warna biru yang tampak pada struktur gonad yang terletak di pusat tubuh. Aurelia aurita juga memiliki tentakel panjang yang tersebar di sepanjang tepi payung tubuhnya. Tentakel ini digunakan untuk menangkap plankton dan mangsa lainnya. Tentakel berfungsi dalam proses pencernaan dan memiliki kemampuan untuk menyengat mangsa. Di bagian tengah tubuh, terdapat empat gonad yang berfungsi dalam reproduksi, gonad berbentuk seperti kantung yang tampak jelas dengan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan tubuh lainnya. Sedangkan Rhizostoma pulmo, yang dikenal sebagai Ubur-ubur Lembu, memiliki tubuh yang lebih besar dan lebar, menyerupai payung rata dengan diameter lebih dari 50 cm. Â Tubuhnya lebih padat dan keras, dan tepi payungnya terasa kasar dengan tonjolan-tonjolan yang khas. Â Warna tubuhnya transparan, dan dapat terlihat sedikit kebiruan atau keabu-abuan. Tentakelnya bercabang-cabang dan terdapat sekitar 8 pasang, yang menonjol keluar dari tubuh. Â Mulutnya berlubang besar di tengah tubuh, dan tentakelnya membantu dalam menangkap mangsa. Â Rhizostoma pulmo dilengkapi dengan sel penyengat yang berfungsi sebagai alat proteksi dan untuk melumpuhkan mangsanya. Â Habitat yang ideal bagi Rhizostoma pulmo atau Ubur-ubur Lembu adalah di perairan dalam yang kaya akan plankton, sumber makanannya.
SIMPULAN
Penelitian yang dilakukan di Pantai Kejawanan Cirebon menunjukkan adanya keanekaragaman spesies ubur-ubur yang cukup tinggi, dengan spesies dominan Aurelia aurita dan Rhizostoma pulmo. Faktor-faktor seperti kualitas air, ketersediaan makanan, dan pengaruh aktivitas manusia memainkan peran penting dalam keanekaragaman tersebut. Hasil ini mempertegas pentingnya konservasi ekosistem laut untuk menjaga keberlanjutan spesies filum Cnidaria.
Â
REFERENSI
 Alimuddin, K. (2016). KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS EPIFAUNA PADA PERAIRAN PULAU LAE-LAE MAKASSAR. Dalam Skripsi (hal. 7). Makassar: UIN
Alauddin Makassar.
Alita, H. d. (2021). Keanekaragaman Bivalvia dan Gastropoda di Pulau Nangka Kabupaten Bangka
Azimah, N. (2021). KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PUSAT
LAUT KECAMATAN BANAWA KABUPATEN DONGGALA SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN . Skripsi, 52.
Burhanuddin, A. I. (2024). Biologi kelautan. Jakarta : Penerbit Andi.
Caroles, E., Kusen, J., & Kaligis, G. (2017). Status persentase tutupan karang scleractinia di pulau Bunaken (Taman Nasional Bunaken) dan di pantai Malalayang, pesisir kota Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 5(3), 1-5.
Devi, M. P. (2018). Potensi Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai Inhibitor MMP-2 dan MMP-9 Akibat Toksin Ubur-Ubur (Physalia utriculus) dengan Metode
Zimografi. Dalam Skripsi (hal. 5). Jember: Universitas Jember.
Irsyad, M. J. I., Haykal, M. F., Adibah, F., Asyari, I. M., Andrimida, A., & Hardiyan, F. Z. (2021). Upaya Pengembangan Ekowisata Bahari di Pantai Tiga Warna dengan Identifikasi Terumbu Karang. JECE-Journal of Empowerment Community and Education, 1(1), 1-7.
KALSUM, U., & Hanim, I. (2022). BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS X SEMESTER 2. Jakarta : Penerbit P4I.
Luthfi, O. M., Dewi, C. S., Sasmitha, R. D., Alim, D. S., Putranto, D. B., & Yulianto, F. (2018).
KELIMPAHAN INVERTEBRATA DI PULAU SEMPU SEBAGAI INDEKS
BIOINDIKATOR, EKONOMIS PENTING KONSUMSI, DAN KOMODITAS KOLEKSI
AKUARIUM. Journal of Fisheries and Marine Research, 3(2), 138.
Mudloifah, I., Lailiyyah, H., Putriarti, D., & Ilmiyah, F. (2022). Diversity of Anemones in the Intertidal Zone of Perbatasan Tuban–Rembang Beach. Sains dan Matematika, 7(2), 83-88.
Mulyani, A. S., Supriyanto, B., & Kurniawan, C. D. (2023). Keanekaragaman Ubur-ubur Cnidaria Scyphozoa di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Indonesia. Jurnal Biologi Tropika, 15, 123-135.
Rachmawati, R. C., Filany, D. E., Yuliani, H. E., Pranama, H. F., & Kurniawati, S. (2022, December). Identifikasi Keanekaragaman Invertebrata di Kawasan Pantai Tirang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Seminar Nasional Sains & Entrepreneurship (Vol. 1, No. 1).
Sumarra, M. Y. (2017). Pola Kompetisi Cerithidea cingulata dengan Telescopium sp. (Gastropoda: Potamididae) berdasarkan Kedalaman di Muara Sungai Cipatireman Sindangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi, 26.
Tarjuman, A., Rahmi, A., Lustela, A., & Andani, M. (2023). Inventarisasi Keanekaragaman Hewan Avertebrata di pesisir pantai Pulau Lemukutan Kabupaten Bengkayang. Jurnal Seminar Nasional Sains dan Teknologi (E-SNST) (Vol. 5, No. 1).
Wahono, E. (2020). Mengenal Coelenterata. Semarang : Alprin.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H