Mohon tunggu...
Ghema Mulya Agatha
Ghema Mulya Agatha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Negara

4 Mei 2024   16:17 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:09 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sadarkah kalian harga dollar terhadap rupiah sudah nyaris menyentuh level teringgi?

Saat tahun lalu, tepatnya 27 April 2023 1 dollar seharga Rp 14.692. Sekarang naik di harga Rp 16.000-an. Jika diingat pada masa Presiden SBY, harga 1 dollar hanya Rp 9.000-an, tidak sampai Rp 10.000 dan dalam waktu sekitar 1 dekade  nilai mata uang rupiah melemah sampai 50% dibanding nilai mata uang Amerika. Pelemahan rupiah ini sangat berpengaruh dengan daya beli terhadap barang & jasa dari luar negeri.

Mari kita ketahui konsep fluktuasi harga dengan contoh sederhana.

Apakah kalian ingat saat covid merajalela tahun 2020 lalu harga masker naik drastis? Selain masker, harga hand sanitizer, sabun cuci tangan dan multi vitamin juga naik waktu covid. Kenapa sih harganya bisa naik? Alasannya sederhana saja, pada masa covid dulu ada lonjakan kebutuhan. Permintaan naik, barangnya cepat laku. Otomatis para penjual memanfaatkan kesempatan dengan menaikkan harganya supaya keuntungannya lebih maksimal. Pun harga naik sekalipun, masyarakat tetap membeli dan dagangannya juga tetap laku. Fenomena ini wajar dalam dunia perdagangan dan ekonomi. Sama halnya seperti harga daging kurban yang naik menjelang Idul Adha, dan juga harga tiket pesawat yang naik ketika musim liburan sekolah.

Nah, prinsip dagang yang sama juga terjadi dalam fluktuasi nilai mata uang. Ketika ada lonjakan kebutuhan, kenaikan permintaan dan banyak pihak yang berkepentingan untuk memiliki mata uang tertentu, maka harga mata uang tersebut juga akan naik alias nilai tukarnya menguat. Sebaliknya, jika mata uang tertentu tidak banyak dibutuhkan, permintaannya menurun, maka harga mata uang itu akan menurun alias nilai tukarnya melemah. Jadi sederhananya, faktor yang membuat nilai mata uang naik turun adalah hukum dagang, yang kita lihat sehari-hari. Karena, pada dasarnya setiap mata uang selalu diperjual-belikan dalam hubugan dagang antar negara.

Terdapat bermacam-macam bentuk hubungan dagang;

  • Dinamika transaksi ekspor-impor yang nilainya triliunan rupiah
  • Penukaran mata uang yang dilakukan wisatawan atau turis yang saling mengunjungi antar negara di dunia
  • Pengembangan bisnis perusahaan korporasi raksasa ke negara tertentu
  • Perdagangan surat berharga antar institusi keuangan yang nilai asetnya dipatok pada mata uang tertentu

Semua aspek tersebut berkontribusi terhadap fluktuasi nilai mata uang antar negara, termasuk nilai rupiah terhadap dollar.

Prinsipnya fluktuasi nilai mata uang dapat kita pahami dengan ilmu dagang sederhana, dalam konteks nilai tukar dollar misalnya. Berarti, semakin banyak orang yang membutuhkan dollar apapun alasan dan motifnya, hal itu akan membuat permintaan dollar naik, dan ketika permintaan dollar naik, harga dollar akan semakin mahal, juga nilai tukarnya jadi menguat.

Apa sih contoh-contoh konkret yang membuat permintaan sebuah mata uang itu meningkat sampai pada akhirnya bikin nilai tukarnya menguat? Yuk kita bahas faktornya!

1. Perdagangan barang dan jasa antar negara

Bayangkan ada sebuah negara yang bisa memproduksi barang & jasa yang dibutuhkan konsumen di seluruh dunia, dimana negara produsen ini mematok harga barang dan jasa menggunakan mata uang mereka dan para pembeli di seluruh dunia harus beli mata uang negara tersebut untuk bisa dapatkan barang dan jasa itu. Dalam hal ini, kalian bisa bayangkan negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa sebai produsen barang-barang kelas dunia. Sementara negara-negara berkembang seringkali merupakan konsumen dari barang-barang tersebut. Artinya, permintaan terhadap mata uang negara-negara maju relatif stabil dan meningkat seiring dengan bertumbuhnya distribusi produk-produk negara maju ke seluruh dunia. Maka, tidak heran nilai mata uang negara maju cenderung menguat seiring dengan kesenjangan transaksi perdagangan antar negara maju dan negara berkembang

2. Penanaman modal atau investor asing terhadap pengembangan ekonomi & bisnis

Kenaikan minat penanaman modal asing atau ivestasi asing terhadap pengebangan ekonomi dan bisnis di sebuah negara. Bayangkan sebuah negara, ekonominya sedang amat sangat baik dan menarik banyak investor dari seluruh dunia untuk menanamkan modalnya. Ketika ada aliran dana besar dari investor asing yang masuk ke sektor rill perdagangan sebuah negara, artinya dana dari para investor tersebut harus ditukar ke mata uang negara tujuan. Hal ini akan membuat permintaan mata uang negara tujuan meningkat, karena ada lonjakan pembelian dari para investor raksasa di seluruh dunia dan akhirnya membuat nilai tukarnya cenderung menguat. Contoh dari faktor kedua ini bisa kita lihat dari sejarah ekonomi berbagai negara, misalnya ketika negara Jepang berkembang pesat di era 70-90an, saat itu ada banyak institusi asing yang berinvestasi ke Jepang dan seiring dengan itu nilai tukar Yen Jepang juga meningkat. Contoh lainnya bisa kita lihat dari era kemajuan negara Singapura tahun 60an yang kebanjiran investor asing dan membuat nilai tukarnya cenderung terus menguat.

3. Perdagangan surat berharga yang diterbitkan oleh negara

Perdagangan surat berharga yang diterbitkan setiap negara dalam berbagai bentuk, salah satunya paling populer adalah obligasi atau surat utang negara yang nilainya dipatok ke tingkat suku bunga bank di negara penerbitnya. Jadi seperti ini konsepnya, obligasi negara itu bisa dibilang jenis investasi paper asset yang paling aman karena dijamin langsung negara, dimana jenis investasi surat berharga ini tidak hanya diburu oleh investor atau trader individual, tapi juga jadi barang buruan institusi-institusi keuangan raksasa dari seluruh dunia yang memiliki modal fantastis untuk bisa mengamankan aset keungan mereka, dan para manajer investasi di berbagai institusi keuangan raksasa ini tentunya memburu surat berharga yang ngasih imbalan hasil atau bunga yang tinggi, dimana tingkat suku bunga bank yang tinggi akan menarik minat para trader keuangan dari seluruh dunia untuk beli surat obligasi negara yang diterbitkan oleh negara tujuan tersebut. Contohnya bisa kita lihat ketika suku bunga bank di Amerika naik, maka para trader keuangan individu ataupun institusi dari seluruh dunia akan serentak membeli obligasi negara Amerika, selagi imbal hasil sedang tinggi-tingginya. Dengan adanya lonjakan pembelian surat berharga Amerika, otomatis ada kenaikan permintan terhadap USD dari seluruh dunia. Akibatnya nilai dolar cenderung menguat.

Jangan kaget jika beberapa tahun ke depan, 1 dollar Amerika tembus Rp 20.000. Kenaikan dollar seolah-olah tidak terhindarkan dan ternyata bukan cuma rupiah saja, tapi juga mata uang banyak negara lainnya. Banyak mata uang negara lain yang nilainya juga makin melemah dari waktu ke waktu terhadap USD. Termasuk beberapa mata uang negara besar seperti Rubel Rusia, Yuan China, Yen Jepang, Lira Turki. Hal yang sama juga terjadi di negara tetangga kita yaitu Ringgit Malaysia, Baht Thailand dan masih banyak lagi. Hanya sedikit sekali mata uang yang bisa mengejar nilai tukar dollar atau mempertahankan nilainya terhadap USD, contohnya Franc Swiss, Poundsterling Inggris, dan Euro Eropa.

Kenapa mata uang Amerika terus menguat terhadap sebagian besar mata uang lain?

Sederhananya nilai dari sebuah mata uang, komoditas atau unit ekonomi itu akan semakin menguat kalau terjadi 2 hal:

1. Barang semakin dibutuhkan dan permintaannya tinggi

2. Jumlah barang semakin langka

Dalam kasusnya, USD kuat pada satu aspek yaitu masih sangat dibutuhkan dan permintaanya tinggi sekali dari seluruh dunia.

Kok bisa ya USD masih sangat dibutuhkan? Bukannya semua negara sudah mempunyai mata uang masing-masing? Faktanya, nyaris setengah dollar ada di luar negara Amerika. Kenapa ada banyak uang dollar di luar negeri?

Jawabannya karena banyak negara yang menjadikan dollar Amerika sebagai cadangan kas atau cadangan devisa negara mereka. Bisa dibilang hampir 60% mata uang yang paling banyak disimpan di seluruh dunia adalah mata uang dollar Amerika. Bahkan jumlah dollar yang dijadikan cadangan kas di banyak negara itu jumlahnya 3x lipat ketimbang euro yang bisa dibilang mata uang no. 2 terkuat di dunia. Ternyata masih banyak sekali negara yang bergantung pada dollar. Lebih parah lagi di beberapa dekade lalu dimana dollar Amerika mencakup 70% dari cadangan kas negara di seluruh dunia. Makanya ada julukan dollar Amerika sebagai “WORLD RESERVE CURRENCY” atau mata uang cadangan dunia.

Meskipun jumlah dollar terus bertambah, di sisi lain kebutuhan dunia terhadap dollar Amerika juga meningkat setiap tahun. Jadi, walaupun kondisi ekonomi Amerika sempat bergejolak, inflasinya tinggi, banyak bank-bank yang berjatuhan, dan rasio utangnya juga naik terus perlu diakui secara suka atau tidak suka secara psikologis, mayoritas negara di dunia sudah terlanjur menjadikan dollar Amerika sebagai tolak ukur dalam nilai indikator apapun. Dimana dollar ini juga masih sangat berperan sebagai:

1. Alat transaksi lintas negara

2. Alat pembayaran utang

3. Media pencairan investasi atau asset

Misalnya di perjanjian kontrak komoditas strategis seperti minyak, emas, tembaga, batu bara dalam skala internasional satuannya pasti pakai dollar. Lalu transaksi valuta asing seperti perdagangan forex, mayoritas dipasangkan dengan dollar sebagai acuan. Bahkan  bitcoin transaksinya masih di dominasi oleh USD, dan industri crypto juga menerbitkan stable coin yang nilainya dipatokkan ke dollar. Selanjutnya, pasar saham terbesar di dunia (Wall Street) semua transaksinya menggunakan dollar. Tercatat sekitar 42% nilai saham di seluruh dunia berasal dari bursa saham Amerika. Artinya, hampir setengah nilai kapitalisasi di semua pasar saham di dunia berasal dari Amerika yang likuiditasnya pakai dollar Amerika.

Dengan semua fakta ini, kita bisa bayangkan betapa tingginya permintaan dunia terhadap dollar yang terus terakumulasi dari tahun ke tahun. Dan karena itu, walaupun belakangan beberapa negara mulai menyerukan unttuk melepas dollar, tapi faktanya dollar tidak akan rontok semudah itu selama banyak negara yang masih pakai dollar sebagai cadangan kas, selama semua komoditas kunci masih pakai satuan dollar sebagai indikator nilai, selama permintaan produk Amerika masih mendominasi pasar dunia. Jangan heran kalau dalam beberapa tahun ke depan nilai dolar terhadap rupiah masih akan terus mengalami kenaikan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Perlu diketahui, pelemahan nilai mata uang rupiah tidak selalu berdampak negatif terhadap semua pihak di Indonesia. Karena untuk para pihak yang dapat penghasilan dalam bentuk dollar, justru diuntungkan dengan kenaikan dollar ini. Contohnya para eksportir yang menjual barang produk Indonesia ke luar negeri. Kenaikan dolar ini meningkatkan keuntungan mereka dan juga meningkatkan daya saing harga produk Indonesia di luar negeri. Selain iti para TKI, TKW, freelancer, dan juga pekerja Indonesia yang berpenghasilan dalam bentuk dollar juga sangat diuntungkan dengan kenaikan dollar ini. Lalu para pekerja di sektor pariwisata Indonesia juga diuntungkan dengan pelemahan rupiah, karena biasanya penurunan nilai tukar ini akan memicu banyaknya wisatawan dan turis asing yang masuk Indonesia untuk bisa menikmati produk dan jasa pariwisata Indonesia.

Kamu sendiri kira-kira diuntungkan atau dirugikan nih dengan kenaikan dollar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun