Jawabannya karena banyak negara yang menjadikan dollar Amerika sebagai cadangan kas atau cadangan devisa negara mereka. Bisa dibilang hampir 60% mata uang yang paling banyak disimpan di seluruh dunia adalah mata uang dollar Amerika. Bahkan jumlah dollar yang dijadikan cadangan kas di banyak negara itu jumlahnya 3x lipat ketimbang euro yang bisa dibilang mata uang no. 2 terkuat di dunia. Ternyata masih banyak sekali negara yang bergantung pada dollar. Lebih parah lagi di beberapa dekade lalu dimana dollar Amerika mencakup 70% dari cadangan kas negara di seluruh dunia. Makanya ada julukan dollar Amerika sebagai “WORLD RESERVE CURRENCY” atau mata uang cadangan dunia.
Meskipun jumlah dollar terus bertambah, di sisi lain kebutuhan dunia terhadap dollar Amerika juga meningkat setiap tahun. Jadi, walaupun kondisi ekonomi Amerika sempat bergejolak, inflasinya tinggi, banyak bank-bank yang berjatuhan, dan rasio utangnya juga naik terus perlu diakui secara suka atau tidak suka secara psikologis, mayoritas negara di dunia sudah terlanjur menjadikan dollar Amerika sebagai tolak ukur dalam nilai indikator apapun. Dimana dollar ini juga masih sangat berperan sebagai:
1. Alat transaksi lintas negara
2. Alat pembayaran utang
3. Media pencairan investasi atau asset
Misalnya di perjanjian kontrak komoditas strategis seperti minyak, emas, tembaga, batu bara dalam skala internasional satuannya pasti pakai dollar. Lalu transaksi valuta asing seperti perdagangan forex, mayoritas dipasangkan dengan dollar sebagai acuan. Bahkan bitcoin transaksinya masih di dominasi oleh USD, dan industri crypto juga menerbitkan stable coin yang nilainya dipatokkan ke dollar. Selanjutnya, pasar saham terbesar di dunia (Wall Street) semua transaksinya menggunakan dollar. Tercatat sekitar 42% nilai saham di seluruh dunia berasal dari bursa saham Amerika. Artinya, hampir setengah nilai kapitalisasi di semua pasar saham di dunia berasal dari Amerika yang likuiditasnya pakai dollar Amerika.
Dengan semua fakta ini, kita bisa bayangkan betapa tingginya permintaan dunia terhadap dollar yang terus terakumulasi dari tahun ke tahun. Dan karena itu, walaupun belakangan beberapa negara mulai menyerukan unttuk melepas dollar, tapi faktanya dollar tidak akan rontok semudah itu selama banyak negara yang masih pakai dollar sebagai cadangan kas, selama semua komoditas kunci masih pakai satuan dollar sebagai indikator nilai, selama permintaan produk Amerika masih mendominasi pasar dunia. Jangan heran kalau dalam beberapa tahun ke depan nilai dolar terhadap rupiah masih akan terus mengalami kenaikan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Perlu diketahui, pelemahan nilai mata uang rupiah tidak selalu berdampak negatif terhadap semua pihak di Indonesia. Karena untuk para pihak yang dapat penghasilan dalam bentuk dollar, justru diuntungkan dengan kenaikan dollar ini. Contohnya para eksportir yang menjual barang produk Indonesia ke luar negeri. Kenaikan dolar ini meningkatkan keuntungan mereka dan juga meningkatkan daya saing harga produk Indonesia di luar negeri. Selain iti para TKI, TKW, freelancer, dan juga pekerja Indonesia yang berpenghasilan dalam bentuk dollar juga sangat diuntungkan dengan kenaikan dollar ini. Lalu para pekerja di sektor pariwisata Indonesia juga diuntungkan dengan pelemahan rupiah, karena biasanya penurunan nilai tukar ini akan memicu banyaknya wisatawan dan turis asing yang masuk Indonesia untuk bisa menikmati produk dan jasa pariwisata Indonesia.
Kamu sendiri kira-kira diuntungkan atau dirugikan nih dengan kenaikan dollar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H