Mohon tunggu...
R. Bindoeng
R. Bindoeng Mohon Tunggu... Seniman - Pembual

Seorang lelaki berpostur kecil. Banyak yang menjuluki dengan 'pria menjengkelkan'. Usil, suka menulis keusilan dengan puisi, prosa, cerpen, catatan dkk. Pegiat di Majelis Tobung Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dongeng Si Pembual

10 Maret 2019   23:10 Diperbarui: 10 Maret 2019   23:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bah!" Aku tak akan mendengarkannya. Si pembual itu memang pengarang cerita. Ceritanya memang seru. Tapi palsu. Aku mau yang seru tapi tak palsu. Aku akan mencari pendongeng kisah nyata, bukan pembual cerita belaka. 

Aku mencari-cari data, siapakah tokoh pendongeng legendaris yang masih tersisa kini. Aku jadi bertanya pada pak Badri tetanggaku, dia bilang hanya tahu salah satu, diantaranya Mbah Sukri dan Mbah Tima, mereka adalah Pasangan pasutri tua, yang selalu memadukan kisah yang mereka dengar. 

Riwayat cerita-ceritanya banyak nyata. Kata pak Badri, mereka berdua adalah pendongeng kisah unik orang-orang terdahulu. Kisah terbarunya yang terkenal dan selalu mereka dongengkan, adalah kisah perjalanan Mbah Mampa si penghulu hewan. 

Pak Badri sedikit bercerita tentang dongeng terkenal itu. Konon Mbah Mampa adalah sosok penyayang hewan. Hewan apa saja pasti ia sayangi, meski tak jarang hewan yang ia sayangi menggigitnya, menyengatnya, mencakarnya. Tapi gigitan hewan itu, sengatan hewan itu, cakaran hewan itu Tak ada efeknya, sebab Mbah Mampa punya darah istimewa, darah pahit namanya. ceritanya sedikit seru, namun Pak Badri tidak bisa melanjutkan kisah unik itu lantara lupa sudah menginap di ingatan.

Aku penasaran dengan kelanjutan kisah itu. Aku ingin bertemu dengan Mbah Sukri dan Mbah Tima. Penuturan pak Badri, mereka berdua tinggal di rumah kecil yang terletak di desa Penang. Aku berangkat kesana dengan motor Supra X kesayangan bapakku. 

Aku bertanya-tanya kepada penduduk sekitar, ternyata tidak sulit mencari rumah Mbah sukri dan Mbah Tima. Tinggal mengikuti jalan kecil desa penang, lalu mengikuti alur kanan satu-satunya jalan itu. 

Aku sudah sampai di rumah mereka. Rumah mereka memang tak pantas dibilang besar, hanya terbuat dari bambu dan kayu, luasnya seperti dapur rumahku, di sekitarnya hanya ada sawah, depan ruamahnya berdiri pohon sawu. Aku berjumpa mereka berdua. Mereka sedang duduk-duduk di atas lencak, bernaung dibawah pohon sawu yang ada di depan rumah. Ku hampiri mereka berdua, ku salami, lalu ku beritahu maksud kedatanganku.

"Jau-jauh kesini hanya sebatas mendengarkan sebuah dongeng? Alasannya?" tanya Mbah sukri. 

Mbah Tima hanya diam saja. Aku agak sedikit bingung menjawab pertanyaan itu. Karena alasan yang ada padaku tidak begitu penting bagi mereka. Namun bagaimana lagi. Harus aku katakan, bahwa aku wajib membawa sebuah cerita ketika aku kembali ke Pesantren, Sebab tuntutan janji. Namun aku tak bilang pada Mbah sukri sarat cerita yang harus aku bawa ke pesantren. Mendengar alasanku, Mbah Sukri tertawa disertai batuk yang keluar dari tenggorakannya.

"Kenapa Mbah?"

"Oleh-oleh kok dongeng".

Aku hanya tersenyum dan tak faham letak kelucuan yang membuat Mbah Sukri terkekeh-kekeh. Mbah Tima hanya memandangku dengan gelengan kepala, diiringi senyum ia rekahkan, yang sedikit menghapus keriput wajahnya. Aku tambah tak faham.

"Sudah, Ceritakan saja padanya". Mbah Tima menyuruh suaminya untuk menceritakannya padaku. Mbah sukri menyulut sebatang rokok.

 Satu sedotan, dua sedotan asap berhamburan dari mulutnya yang sudah mulai hilang bentuk. Mbah Sukri mulai bercerita. Ia menceritakan bagaimana asal-usul Mbah Mampa disebut sebagai penghulu hewan. Ternyata berawal dari sebuah kejadian. Di waktu hampir lebaran, ada salah seorang warga, datang pada Mbah Mampa mengadu ingin punya kambing, untuk menu masakan lebaran. 

Namun orang itu hanya punya seekor ayam betina saja, yang sengaja ia bawa. Mbah Mampa minder mendengar keluhan itu. Bahkan ia hampir berkata tidak bisa membantu orang itu, karena Mbah Mampa bukanlah seorang hartawan. Tapi berkat dari kasih sayang Mbah Mampa terhadap hewan apapun. Suatu hal ajaib terjadi saat itu. 

Mbah Mampa berdialog dengan ayam betina yang dipegang pemiliknya. Ayam itu memberi saran pada Mbah Mampa, agar dikawinkan dengan kambing milik warga desa sebelah. Dengan sarat, Mbah Mampa harus menjadi penghulunya. Mbah Mampa melakukannya. Ia datang ke desa sebelah bersama pemilik ayam betina, mencari seorang yang memiliki kambing jantan.

 Tak sulit, Mbah Mampa menemukannya. Lantas Mbah Mampa langsung menemui sang pemilik, dan mengutarakan maksud kedatangannya. Pemilik kambing itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Mbah Mampa.

"Sampeyan sudah gila Mbah?"

"Bukan saya yang gila Mas, tapi ayam ini yang edan"

Dengan sedikit tidak percaya, si Pemilik kambing mengeluarkan kambing itu.

"Ini, terserah Mbah saja".

Mbah Mampa lekas melakukan saran ayam betina itu. Sulit dibayangkan, ayam betina itu bertelur dan menetaskan seekor kambing. Bahkan kambingnya sudah layak untuk disembelih. Sang pemilik kambing geleng-geleng kepala. 

Si pemilik ayam pulang bersama Mbah Mampa dengan gembira, tak sabar ingin menyembelih kambing di tangannya. Sejak itulah banyak orang yang datang pada Mbah Mampa. Nama Mbah Mampa terdengar kemana-mana, Mbah Mampa si Penghulu hewan.

Ceritanya sangat seru. Meski agak sedikit tak masuk akal. Tapi bagiku, cerita ini sudah melebihi dari cukup sebagai oleh-oleh ke Pesantren. Dan Mbah sukri memang sang Pendongeng yang hebat.

"Mbah Sukri, boleh saya tanya?"

"Apa, kisahnya kurang jelas?"

"Iya sudah Mbah, tapi data cerita ini Mbah dapat dari mana?".

"Si Pembual"

"Bah!".  

03 02 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun