Aku hanya tersenyum dan tak faham letak kelucuan yang membuat Mbah Sukri terkekeh-kekeh. Mbah Tima hanya memandangku dengan gelengan kepala, diiringi senyum ia rekahkan, yang sedikit menghapus keriput wajahnya. Aku tambah tak faham.
"Sudah, Ceritakan saja padanya". Mbah Tima menyuruh suaminya untuk menceritakannya padaku. Mbah sukri menyulut sebatang rokok.
 Satu sedotan, dua sedotan asap berhamburan dari mulutnya yang sudah mulai hilang bentuk. Mbah Sukri mulai bercerita. Ia menceritakan bagaimana asal-usul Mbah Mampa disebut sebagai penghulu hewan. Ternyata berawal dari sebuah kejadian. Di waktu hampir lebaran, ada salah seorang warga, datang pada Mbah Mampa mengadu ingin punya kambing, untuk menu masakan lebaran.Â
Namun orang itu hanya punya seekor ayam betina saja, yang sengaja ia bawa. Mbah Mampa minder mendengar keluhan itu. Bahkan ia hampir berkata tidak bisa membantu orang itu, karena Mbah Mampa bukanlah seorang hartawan. Tapi berkat dari kasih sayang Mbah Mampa terhadap hewan apapun. Suatu hal ajaib terjadi saat itu.Â
Mbah Mampa berdialog dengan ayam betina yang dipegang pemiliknya. Ayam itu memberi saran pada Mbah Mampa, agar dikawinkan dengan kambing milik warga desa sebelah. Dengan sarat, Mbah Mampa harus menjadi penghulunya. Mbah Mampa melakukannya. Ia datang ke desa sebelah bersama pemilik ayam betina, mencari seorang yang memiliki kambing jantan.
 Tak sulit, Mbah Mampa menemukannya. Lantas Mbah Mampa langsung menemui sang pemilik, dan mengutarakan maksud kedatangannya. Pemilik kambing itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Mbah Mampa.
"Sampeyan sudah gila Mbah?"
"Bukan saya yang gila Mas, tapi ayam ini yang edan"
Dengan sedikit tidak percaya, si Pemilik kambing mengeluarkan kambing itu.
"Ini, terserah Mbah saja".
Mbah Mampa lekas melakukan saran ayam betina itu. Sulit dibayangkan, ayam betina itu bertelur dan menetaskan seekor kambing. Bahkan kambingnya sudah layak untuk disembelih. Sang pemilik kambing geleng-geleng kepala.Â