Para ekonom juga mengatakan bahwa setengah juta orang di Jepang kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini. Pekerja wanita dikatakan terkena dampak yang lebih besar dibanding laki-laki karena sebagian besar dari mereka bekerja di industri ritel, restoran dan hotel yang mana sangat terpengaruh oleh keadaan pandemi.
Sudah merupakan rahasia umum kalau tingkat bunuh diri di Jepang sangatlah tinggi. Menurut WHO, terdapat 18,5 kasus bunuh diri per 100.000 populasi yang menjadikannya sebagai penyebab kematian ke-6 tertinggi di Jepang. Rasio bunuh diri itu sendiri hampir dua kali lipat dari rata-rata global tahunan, yaitu sebesar 10,6 kasus bunuh diri per 100.000 populasi yang menjadikan Jepang sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi kedua di dunia setelah Korea Selatan.Â
Tingkat bunuh diri ini juga makin meningkat dengan adanya pandemi. Menurut NLI Research Institute, kenaikan 1% dalam tingkat pengangguran berkontribusi dalam peningkatan sekitar 3.000 kasus bunuh diri di Jepang dalam setahun.
Data statistik Japan's National Police Agency menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus bunuh diri menjadi 2.153 kasus pada bulan Oktober tahun lalu. Hal ini sangat disayangkan mengingat kasus bunuh diri pada tahun 2019 lalu memiliki angka terendah semenjak otoritas kesehatan Jepang mulai mencatat kasus bunuh diri sejak 1978.Â
Peningkatan kasus bunuh diri ini juga lebih banyak terjadi pada perempuan, dengan persentase kenaikan sebesar 83%. Sementara pada laki-laki terjadi peningkatan sebesar 22%. Peningkatan tingkat pengangguran, kemiskinan dan kecemasan mengambil andil terbesar dalam peningkatan kasus bunuh diri ini.
Hutan Aokigahara yang akan kita lihat pada scene terakhir game merupakan hutan yang terletak di kaki gunung Fuji. Hutan ini terkenal sebagai tempat yang sering digunakan sebagai tempat bunuh diri. Dimana terdapat sekitar 100 kasus bunuh diri yang terjadi di sini setiap tahunnya.Â
Saking banyaknya kasus yang terjadi, pemerintah Jepang pun menempatkan tulisan-tulisan yang berisi motivasi untuk tidak melakukan bunuh diri, seperti "Hidup adalah hal berharga yang diberikan kepada kita oleh orang tua kita. Sekali lagi, mari kita dengan tenang memikirkan orang tua, saudara dan anak kita. Jangan direpotkan sendiri, silahkan bersandar pada seseorang"
Selain itu, para pemilik kedai dan restoran di sekitar Aokigahara pun biasanya akan lebih memperhatikan para tamu yang datang sendiri dan akan memberikan bimbingan agar mereka tidak jadi bunuh diri.Â
Tingginya tingkat bunuh diri di Aokigahara disinyalir akibat medan hutannya sendiri yang penuh dengan pepohonan lebat, tenang, sepi dan damai. Sehingga banyak yang berpikir bahwa Aokigahara merupakan tempat sempurna untuk tempat peristirahatan terakhir.Â
Tren bunuh diri di Aokigahara sendiri bermula dari sebuah novel yang diciptakan oleh Seicho Matsumoto pada tahun 1960 berjudul Kuroi Jukai yang menceritakan seorang kekasih yang patah hati dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di 'Lautan Pohon'. Banyak petugas yang mengatakan bahwa mereka menemukan buku ini diantara bawaan para pengunjung yang melakukan bunuh diri.