Berbeda dengan intelektual tradisional. Mereka akan statis dan melakukan perihal yang sama dalam melakukan sikap dan tindakan.
Seperti patron dalam mengajar yang selalu dan hampir sama dalam menyampaikan sebuah materi kepada murid ataupun konsumen pengetahuan.
Perlu kita sadari kaitan antara pengetahuan dan kapital yang sering membawa sebuah paradoks terhadap intelektual. Universitas sebagai ladang penggarap dan pencetak pemikir sering lupa terhadap tupoksi yang seharusnya mereka lakukan.
Kapital yang sangat likuid dalam mempengaruhi kehidupan sosial kadang memaksa para pemikir agar bersikap berdasar apa yang dibutuhkan oleh penyedia kapital.
Tidak bisa dipungkiri lagi apabila perihal kapital dan pengetahuan tidak bisa dibentengi dengan sikap kesucian dalam mengemban pengetahuan.
Perbedaan antara ilmuwan dan intelektual harus bisa diulas kembali. Peranan ilmuwan dan intelektual mempunyai ranah gerak yang berbeda seperti --sikap misalnya.
Peranan ilmuwan lebih kepada netralitas yang positivis untuk bersikap, sedangkan untuk intelektual lebih menekankan kebebasan berfikir untuk bersikap tanpa terikat oleh subjek tertentu.
Intelektual yang identik dengan ketajaman berpikir diharapakan mampu untuk mengkontruksi pola pikir masyarakat berdasarakan pantikan pola pikir yang intelektual sampaikan.
Realisme masa yang kadang membuntukan nalar kritis masyarakat, mengakibatkan kemandegan dalam memandang dan mengamati sebuah realitas.
Intelektual sebagai komponen kehidupan sosial diharapkan mampu dengan riang dan semangat untuk tetap berada pada jalur pencerahan.
Institiusi maupun universitas yang dinaungi oleh penguasa ataupun pemiliki modal akan lebih jinak dalam menggunakan ilmu yang telah mereka miliki dalam mengamati realitas sosial. Sekali lagi. Keberpihakan dibutuhkan untuk tujuan mencerahkan realisme masa yang semu.