Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Quo Vadis Ekonomi Pancasila

7 Oktober 2020   02:13 Diperbarui: 7 Oktober 2020   02:18 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Borneonews.co.id

Dalam ranah pendidikan pelajar sering dibenturkan dengan prespektif perekonomian yang mengarah kepada sifat liberalis-kapitalistik dengan diajarkannya aliran ekonomi arus utama --Neoklasik.

Gilang gemilang bangsa yang menggunakan perkonomian ini mencuci otak para penerus bangsa dengan menganggap bahwa jalur liberalism-kapitalistik merupakan jalur ridho dalam menciptakan rute perekonomian yang madani.

Masyarakat kecil yang menangis akibat tabiat kapitalis untuk menguasai tanah dengan alasan filantropik, melukai sebuah esensi ekonomi pancasila yang digadang-gadang memberika kesejehteraan dan keadilan sosial.

Nahas, yang terjadi sebuah analogi berupa keterjajahan dinegara sendiri. Konservatif sering dituduhkan bagi mereka yang tidak sepekat dengan dogma populis kaum bermodal.

Dalam prespektik ekonomi pancasila, digencarkan untuk menciptakan dinamika sosial yang koperatif. Kerja sama antar individu atau kelompok demi kemaslahatan kolektif.

Keterjebakan mindset masyarakat Indonesia dengan pemahaman yang bersifat liberalistis berdampak kepada kerakusan yang dapat mencederai golongan satu dengan yang lain.

Thomas Hobbes mendeskripsikan virus ini sebagai Homo Homini Lupus. Prespektif ekonomi liberal membawa individu kepada arah yang lebih kompetitif.

Ada dua sisi pandang esensi kompetitif yang dimimpikan oleh Adam Smith ketika hasil dari persaingan akan membantu golongan yang lemah menjadi lebih baik akan tetapi orang surga seperti itu hanya secuil ditengah kehidupan yang kompleks ini.

Ekonomi pansila seharusnya datang untuk menyadarkan dan menetralisir asas-asas liberal yang kadang melupakan makna kolektif yang terdapat dalam pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun