Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan 75 Tahun Indonesia Merdeka

20 Agustus 2020   20:13 Diperbarui: 20 Agustus 2020   20:01 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: datacenterdynamics.com

Dirgahayu Indonesiaku, 75 tahun sudah Indonesia mendapatkan status quo terhadap eksistensi kebebasan atas cita-cita untuk keluar dari jeruji kolonialisme. Jepang pada waktu itu yang telah dihujam bertubi-tubi oleh Amerika Serikat bertepatan pada 6 dan 9 Agustus 1945 dengan dibombardirnya Nagasaki dan Hirosima terdengar oleh para pejuang Indonesia bahwa Jepang pada waktu itu sedeng terpukul dan sebagai bangsa Indonesia mempunyai peluang untuk memerdekakan diri dari kolonialisme.

Tarik ulur antara golongan tua dan golongan muda menciptakan sedikit gesekan agar segera melakukan referendum yang nantinya akan kita kenal sebagai teks sacral proklamasi.

Dunia mengalamai dinamisasi sehingga tercipta sebuah perubahan yang membawa percepatan yang berfariatif dari berbagai negara. Ada yang hilang dari peta dunia, dan ada pula yang eksis pasca perang dunia melalui revolusi yang digencarkan sesuai dengan versi perjuangan masing-masing negara. 

Berbicara percepatan berarti berbicara tentang keuletan bangsa dari sepak terjang untuk menciptakan bangsa yang jaya. Hal ini tidak seluruhnya diserahkan kepada pemerintahan pusat ataupun otoriter tunggal, melainkan harus melibatkan secara penuh rakyat dalam membangun bangsa yang madani. Indonesia pasca kemerdekaan yang sedang mencari jati diri dalam membangun negeri, dilumatlah segala bentuk sistem pemerintahan mulai dari liberal, otoriter, hingga normalisasi demokrasi hingga demokrasi yang remang-remang.

Percepatan bangsa sebagai bentuk progresifitas dalam membangun sebuah tatanan masa depan bangsa, tak pelak beberapa dari warganya mempertentangka way of life konsensus bersama --pancasila, dengan membangun way of life tandingan yang bersifat konservatif --DI/TII, PRRI PERMESTA, Hingga Konservatif Komunis.

Hujaman bertubi-tubi secara simultan membentuk sebuah pondasi kuat untuk mempertahankan pancasila sebagai konsensus bersama. Bila kita resapi bersama hujaman ini sebagai bentuk rasa sadar sosial terhadap sesama dalam segala bentuk aktifitas untuk kemajuan bangsa dan tanah air. Hingga kini hujaman terhadap bangsa Indonesia khususnya terkait dengan ideology sering terjadi dan sampai kapanpun akan tetap terjadi.

Memasuki Babak Baru

Indonesia sedang memasuki babak baru dimana, pada babak ini akan ditempa beberapa perubahan yang memaksa dan sangat dinamis sehingga menyentuh ke berbagai lini sektor. Salah satu pemantik dalam perubahan ini yaitu dari sektor teknologi.

Sektor teknolgi mampu mempengaruhi dan merubah sistem lama kepada tatanan yang lebih simple dan baru. Kekayaan pengetahuan dalam teknologi ini, secara langsung berakibat kepada beberapa sistem yang ada.

Peranan penjaga TOL, Layanan transportasi konvensional --ojek, becak dsb, terpaksa dipukul mundur dengan kemajuan teknologi yang memberi kenikmatan bagi pengguna dan pemodal. Beberapa subsektor tertentu akan terusik oleh kehadiran tekonologi dan apabila tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik, maka akan membebani negara dengan pengangguran.

Pemerintah yang ditimpa oleh masalah dan harus memberikan solusi nampaknya tidak selamanya kita harus menunggu dan menunggu rekomendai pemerintah.

Kita dipaksa untuk suvive secara liberal dan radikal untuk membentuk sekrup-sekrup baru dalam memperkuat tatanan nasional yang lebih madani. Bukan saatnya untuk menjelekan sana-sini karena logaritma dalam kehidupan terus berkembang dan berjalan begitu cepat.

Beberapa negara lain telah menyatukan diri dan memfokuskan diri untuk kepentingan bangsa mereka dengan menciptakan beberapa tekonologi yang mumpuni bagi daya kembang subsektor tertentu. Elon Musk selaku pihak swasta yang bekerja sama dengan pihak nasional bahu-membahu untuk membangun sektor pengetahuan alam untuk mengeksplorasi luar angkasa.

Deng Xiaoping yang mampu merubah tataran prespektif berkehidupan yang sebelumnya koservatif dan mampu menjadikan Tiongkok yang mampu bersaing dan mengakibatkan rasa iri luar biasa negara lain, menjadi sebuah contoh bahwa peranan individu harus dituntuk secara total bagi kepentingan bangsa negara bukan lagi mendahulukan kepentingan individu atau partai politik yang diabdi.

Babak yang telah usang seperti perilaku konservatisme, rasisme dan pesimisme seharusnya sudah ditinggalkan dengan berbenah memperkuat social capital bagi terjalinnya sebuah keselarasan untuk menunjuk musah bersama kita yaitu kemunduran.

Konstruk Pendidikan

Teringat pidato yang disampaikan Bapak Nadiem Makarim, bahwasannya di era ini penuh dengan ketidakpastian, perlu ada sebuah pencerdasan yang sistematis yang harus digali oleh para siswa diseluruh Indonesia untuk mengetahui algoritma yang ada di Indonesia.

Pendidikan tidak menjamin kita kelak akan mematahkan virus pengangguran dan kemiskinan, perusahaan mulai berbondong-bondong untuk mengadopsi sistem outsourcing karena pengamatan realitas yang telah mengalami infalsi sumber daya alam, sehingga dengan mudah untuk memilah dan memilih dengan leluasa sumber daya yang ada.

Di Era ini lulusan tidak selamnya harus bekerja di pabrik atau di layanan jasa tertenu. Teknlogi sudah mulai mengusik sektor kognitif yang biasa dikerjakan oleh masyarakat akan dialihkan dengan penggunaan teknologi yang rendah biaya dan tahan lama --Mesin.

Masyarakat dipakasa untuk mengetahui algoritma dengan baik untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka dan bangsa Indonesia pada khususnya.

Misleading makna pendidikan terjadi karena masyarakat terbius oleh pengaruh pasar yang membutuhkan ijazah mereka sebagai syarat masuk perusahaan dan pihak perguruan tinggi takut rugi apabila tidak memberikan nilai tinggi --Nilai A bagi kepentingan pasar. 

Dan parahnya mereka melupakan Tri Darma perguruan tinggi yang kaya akan rekomendasi bagi kehidupan yang lebih madani dengan menciptakan riset untuk menjawab problematika yang ada.

Keragaman Budaya

Keragama budaya menjadi nilai lebih bagi bangsa Indonesia. Tak pelak keragaman ini selalu dijadikan alat penyampai kepada masyarakat luar --bahwa bangsa kami berbeda dengan bangsa lain. Keragama ini menciptakan dua belah mata pisau yang berakibat kepada ketentraman berkehidupan. Bisa saja menjadi sebuah alat untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dengan proses mengenal dan bisa berakibat kepada retaknya persatuan karena etnosentrisme.

Etnosentrisme dapat menghambat perkembangan bangsa Indonesia kepada tataran yang lebih baik. Dikarenakan kontruk pemikiran kaum etnosentris lebih kepada sekup yang lebih kecil tidak untuk kepada sekup yang lebih besar dengan membangun kepentingan bersama diluar kepentingan pribadi.

Permasalahan klasik seperti siapa yang paling besar, siapa yang paling kuat dan siapa yang benar tidak relevan lagi kita gunakan dikehidupan yang serba cepat ini. Bisa-bisa kita akan tergilas oleh pencapaian negara lain yang mampu mengeksplorasi keunggulan komparatif mereka sedangan kaum etnostentris ini masih berkutat pada nafsu jahiliyah untuk bisa dikatakan paling benar.

Sudah saatnya kita mengedepankan ego kita masing-masing dengan bergerak bersama untuk menghadapi tantangan zaman yang lebih kuat. Pancasila sebagai alat yang menyatukan kita tanpa egoisme yang merusak kerukunan berkehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun