Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan 75 Tahun Indonesia Merdeka

20 Agustus 2020   20:13 Diperbarui: 20 Agustus 2020   20:01 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: datacenterdynamics.com

Kita dipaksa untuk suvive secara liberal dan radikal untuk membentuk sekrup-sekrup baru dalam memperkuat tatanan nasional yang lebih madani. Bukan saatnya untuk menjelekan sana-sini karena logaritma dalam kehidupan terus berkembang dan berjalan begitu cepat.

Beberapa negara lain telah menyatukan diri dan memfokuskan diri untuk kepentingan bangsa mereka dengan menciptakan beberapa tekonologi yang mumpuni bagi daya kembang subsektor tertentu. Elon Musk selaku pihak swasta yang bekerja sama dengan pihak nasional bahu-membahu untuk membangun sektor pengetahuan alam untuk mengeksplorasi luar angkasa.

Deng Xiaoping yang mampu merubah tataran prespektif berkehidupan yang sebelumnya koservatif dan mampu menjadikan Tiongkok yang mampu bersaing dan mengakibatkan rasa iri luar biasa negara lain, menjadi sebuah contoh bahwa peranan individu harus dituntuk secara total bagi kepentingan bangsa negara bukan lagi mendahulukan kepentingan individu atau partai politik yang diabdi.

Babak yang telah usang seperti perilaku konservatisme, rasisme dan pesimisme seharusnya sudah ditinggalkan dengan berbenah memperkuat social capital bagi terjalinnya sebuah keselarasan untuk menunjuk musah bersama kita yaitu kemunduran.

Konstruk Pendidikan

Teringat pidato yang disampaikan Bapak Nadiem Makarim, bahwasannya di era ini penuh dengan ketidakpastian, perlu ada sebuah pencerdasan yang sistematis yang harus digali oleh para siswa diseluruh Indonesia untuk mengetahui algoritma yang ada di Indonesia.

Pendidikan tidak menjamin kita kelak akan mematahkan virus pengangguran dan kemiskinan, perusahaan mulai berbondong-bondong untuk mengadopsi sistem outsourcing karena pengamatan realitas yang telah mengalami infalsi sumber daya alam, sehingga dengan mudah untuk memilah dan memilih dengan leluasa sumber daya yang ada.

Di Era ini lulusan tidak selamnya harus bekerja di pabrik atau di layanan jasa tertenu. Teknlogi sudah mulai mengusik sektor kognitif yang biasa dikerjakan oleh masyarakat akan dialihkan dengan penggunaan teknologi yang rendah biaya dan tahan lama --Mesin.

Masyarakat dipakasa untuk mengetahui algoritma dengan baik untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka dan bangsa Indonesia pada khususnya.

Misleading makna pendidikan terjadi karena masyarakat terbius oleh pengaruh pasar yang membutuhkan ijazah mereka sebagai syarat masuk perusahaan dan pihak perguruan tinggi takut rugi apabila tidak memberikan nilai tinggi --Nilai A bagi kepentingan pasar. 

Dan parahnya mereka melupakan Tri Darma perguruan tinggi yang kaya akan rekomendasi bagi kehidupan yang lebih madani dengan menciptakan riset untuk menjawab problematika yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun