Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Feminisme dan Benturan Realitas Sosial

11 Agustus 2020   14:14 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:06 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RA Kartini yang memperjuangkan hak perempuan dalam fase sebelum kemerdekaan harus tetap diteruskan sampai kapanpun untuk membentengi segala bentuk blockade terhadap kebebasan hak perempuan.

Gelombang pertama feminism yang ditandai dengan perjuangan terhadap hak berpartisipasi dalam bidang politik, dilanjutkan dengan gelombang kedua yang ditandai dengan perjuangan perempuan untuk menentukan eksistensi dan esensi mereka tanpa ada perihal yang dapat mengurung dan memenjarakan mereka.

Indutrialisai menjadi salah satu faktor dalam merubah eksistensi perempuan itu sendiri. Peranan modal menciptakan sebuah hegemoni untuk memberikan sekat yang lumayan besar dalam ranah gerak perempuan. 

Pembagian kerja, insentif dsb sering dilanggar oleh pemilik modal demi kepentingan insentif semata. Marx menelaah permasalahan sebagai penghisapan akumulasi primitif yang korup.

Penentuan takaran untuk lulus masuk dunia kerja didasarkan kepada tingkat kecantikan yang dimiliki oleh seorang perempuan, yang jelas mencederai makna tulus apa itu --cantik. 

Perempuan yang mempunyai kriteria fisik berdasarkan kepentingan pasar yang penuh birahi akan mudah diterima dibandingkan mereka yang memahami kecantikan secara makna humanis. 

Problematika ini seolah-olah perempuan hanyalah ladang untuk memuaskan empirisme pasar dan patriarkal yang jelas menindas perempuan. Perjuangan terhadap hak perempuan harus tetap dilakukan untuk mengatasi resiko penindasan yang lebih destruktif karena sistem sosial yang kompleks ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun